Mohon tunggu...
ALPHA MARIANI
ALPHA MARIANI Mohon Tunggu... -

Belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Tri Sakti Jiwa" Ki Hajar Dewantoro Tangkal Hoax

2 November 2017   20:05 Diperbarui: 2 November 2017   20:22 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Informasi dalam kehidupan manusia zaman sekarang

Informasi memiliki tempat yang amat penting dalam kehidupan manusia zaman ini. Informasi sudah menjadi kebutuhan seseorang untuk eksis-mengembangkan diri dalam segala dimensinya (sosial, intelektual, fisik-biologis, rohani-spiritual, psikologis-kepribadian dan afeksi) dan menjamin keberlangsungan hidup komunitas, kalau bisa memiliki pengaruh yang kuat terhadap yang lain. Informasi  yang paling sederhana sampai yang sangat rumit, baik yang diterima secara lisan maupun tertulis dapat dengan mudah kita peroleh setiap saat melalui berbagai macam sarana komunikasi media massa modern. 

Informasi semakin mudah diakses dengan pesatnya perkembangan kecanggihan teknologi komunikasi-informatika. Hanya dengan menggerakkan jari ke layar telepon genggam, keyboard komputer, remoteTV maka puluhan bahkan ratusan  informasi yang kita butuhkan sudah terpampang dalam hitungan detik. Kita tinggak klik mana yang dibutuhkan, bentuk tertulis,  suara atau dalam bentuk video. Mudah bukan?

Kebutuhan orang akan informasi ini sungguh disadari dan ditangkap oleh "produsen" informasi. Para produsen informasi berlomba--lomba menciptakan dan membagikan informasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka. Ada  produsen informasi yang membuat dan menyebarkan sesuai dengan kebutuhan pemesan. 

Ada produsen informasi bidang ekonomi dengan gagah mengklaim produknya selalu nomor satu, sementara produsen informasi bidang politik  akan mengunggah berita positif dari jagoan partainya dan menuliskan hal negatif dari lawan politiknya. Demikian pula bidang--bidang yang lain akan memproduksi informasi sesuai kepentingan masing--masing.

Informasi pada saat ini semakin mudah didapat dan semakin mudah disebar dengan dukungan piranti canggih dengan banyak aplikasi media sosial di dalamnya. Namun kemudahan mengakses informasi ini sering kali tidak diimbangi dengan penelaahan kebenaran berita di dalamnya. Tidak semua informasi yang ada bisa dipertanggungjawabkan isi kebenarannya. 

Hal ini bisa terjadi mengingat latar belakang kepentingan pembuatnya. Tidak mustahil akan sering muncul kebohongan-kebohongan dalam liputan berita mereka. Berita tidak benar atau berita bohong ini dalam kamus Besar Bahasa Indonesia disebut hoaks, sedangkan dalam Oxford English Dictionary disebut sebagai hoaxyang didefinisikan sebagai kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat.

Munculnya Berita bohong dan mentalitas berpikir "dangkal"

Mengapa akhir-akhir ini berita bohong kerap muncul dan meresahkan bahkan secara nyata membawa dampak sangat negatif bagi hidup manusia : perpecahan, kebencian, pembakuan kebenaran, dan lain sebagainya. Pada satu sisi pengaruh kesadaran akan keyakinan bahwa siapa yang dapat "menguasai" dunia adalah mereka yang menguasai informasi. Kesadaran ini dimanfaatkan betul oleh mereka yang memiliki kepentingan politis-ekonomis sampai dengan kelompok-kelompok radikal-fundamentalis dengan menghalalkan segala cara merekayasa pembuatan dan penyebara informasi sedemikian rupa sehingga cita-cita mereka terwujud. 

Dari sanalah sumber munculnya berita bohong atau hoax. Pembuatan informasi dan penyebarannya sangat kental dengan tujuan-tujuan yang bertentangan dengan kebenaran obyektif, apalagi didukung dengan perkembangan kecanggihan sarana teknologi komunikasi, meskipun ada juga yang membuat berita bohong hanya karena demi kesenangan belaka atau iseng (persentasenya sangat kecil). Sarana teknologi komunikasi informatika ini membuat penyajian informasi bagaikan arus yang mengalir cepat dalam hitungan detik. Akibatnya kita tidak memiliki waktu jeda yang cukup untuk mencerna,  dengan mudah informasi kita telan mentah-mentah termasuk juga berita bohong di dalamnya.

Di sisi lain, gaya hidup manusia saat ini dipengaruhi oleh kehausan informasi. Indikasinya adalah perasaan tidak update, tidak eksis manakala kita ketinggalan informasi tentang dunia yang berlari kencang ini. Lihatlah bagaimana profil picture atau status seseorang di media sosial bergonta-ganti dengan cepat. Orang ingin banyak-banyak dan cepat-cepat mereguk informasi dan membagikan kepada yang lain supaya terpuaskan dahaga mereka akan kesan dan penilaian yang lain tentang dirinya yang up to date. Maka tidak heran dalam proses mencari, menerima dan membagikan informasi itu unsur menganalisa kebenaran menjadi  terabaikan.

Dua hal itulah yang akhirnya menjadi lahan yang subur bagi maraknya berita bohong dewasa ini. Tidak sadar bahwa dampak negatif yang dihasilkan dapat memporak-porandakan tatanan kehidupan bersama dalam lingkup manapun.

Teliti sebelum "membeli" dan membagi

Kecenderungan menerima berita tanpa analisis yang memadai menunjukkan bahwa seseorang/kelompok memiliki latar belakang pendidikan yang "pas-pasan", paling tidak menunjukkan bahwa keinginan untuk belajar (menganalisa dengan logika, membandingkan, mencari second opinion, mencari sumber utama/baku) masih rendah.

Beberapa cara praktis untuk mengidentifikasi sebuah berita merupakan hoax adalah dengan memperhatikan judul dari sebuah berita. Banyak sekali beredar artikel maupun informasi yang diberi judul provokatif-bombastis, bahasa sekarang lebay, yang sebenarnya tidak sama dengan isi artikelnya. Namun ada kalanya informasi yang  terkandung di dalam artikel / berita merupakan informasi yang benar namun merupakan berita lama yang dimunculkan kembali. Munculnya berita lama dan beredar lagi akan membuat kesan bahwa berita tersebut baru terjadi sehingga bisa menyesatkan pembaca yang tidak teliti dalam melihat kembali tanggal berita. 

Berita-berita yang secara provokatif mengajak untuk melakukan suatu gerakan yang memiliki nuansa kekerasan (baik kekerasan fisik maupun simbolis) misalnya : mengandung kata-kata memboikot, melarang, menolak dengan keras, memusnahkan atau menyerang dapat kita "curigai" mengandung kebohongan. Kita juga bisa mendeteksi kebohongan berita dari sumber yang disajikan/terkutip. Jangan mudah percaya pada berita-berita yang sumbernya tidak jelas, tidak  kredibel, tidak pernah didengar dan bisa dicek status keberadaannya atau hanya meneruskan dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Seperti berita berantai contohnya. 

Ada cara lain untuk mengidentifikasikan sebuah berati mengandung kebenaran atau tidak yakni dengan mencari second opinion, nara sumber yang lain dengan cara banyak membaca, membandingkan atau mendiskusikan dengan mereka-mereka yang berkompeten di bidangnya.

Hoaxberkaitan dengan jenis tanaman hias yang dapat menyebabkan kanker pernah menjadi heboh di sekolah penulis. Tanaman yang dimaksud adalah zamioculcas zamiifolio dikenal dengan nama tanaman dolar. Tampilan daunnya mengkilap indah serta dapat diperbanyak dengan mudah. Karena tampilan yang menarik dan dapat dipelihara dengan mudah, maka tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman hias di kelas--kelas sekolah penulis.

Kabar mengenai tanaman dolar yang menyebabkan kanker darah (leukimia) beredar melalui WA (Whatsapp). Diberitakan seseorang meninggal karena leukimia, almarhum semasa hidupnya meneliti tanaman ini untuk meraih gelar master di kampus USM (Universitas Sains Malaysia). Dikabarkan pula bahwa teman peneliti satu tim sudah meninggal setahun sebelumnya dengan mengidap penyakit yang sama. Dalam WA diinformasikan bahwa bahaya tanaman ini sudah diketahui sejak dulu di China tapi hanya diberitakan intern dalam surat kabar di China. Di akhir berita ada ajakan untuk memusnahkan dan membakar tanaman ini sebelum berbunga, karena bunganya dapat menyebabkan kanker darah(leukimia).

Berita ini tersebar dengan cepat melalui WA, alhasil beberapa rekan dan karyawan sekolah mulai menyingkirkan tanaman dolar ini. Ada seorang karyawan yang memverifikasi berita tersebut ke saya. Keterbatasan pengetahuan mengenai tanaman ini membuat saya menunda menjawab pertanyaan tersebut. Informasi Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa tanaman ini yang termasuk keluarga talas -- talasan biasanya memiliki kandungan oksalat pada bagian tubuh tanaman. 

Sedangkan senyawa oksalat sendiri bukan senyawa karsinogen penyebab kanker. Selain itu ada artikel tertulis dari Universitas Sains Malaysia (USM) yang membantah tentang berita meninggalnya dua peneliti. Pihak USM justru menghimbau agar pengguna media sosial berhenti menyebarkan berita ini. Setelah informasi yang diperoleh saya rasa cukup, barulah saya memberikan jawaban dengan memberikan artikel--artikel sebagai bukti untuk meyakinkan karyawan tersebut bahwa berita yang beredar di WA adalah hoax.

Belajar dari Ki Hajar Dewantoro

Kita bisa belajar dari nilai budaya yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro. Salah satu warisan nilai budaya beliau adalah konsep Tri Sakti Jiwa yang terdiri dari cipta, rasadan karsa. Beliau mengajarkan bahwa untuk melaksanakan sesuatu harus ada sinergi antara hasil olah pikir(cipta), hasil olah rasa(rasa)serta motivasi yang kuat di dalam dirinya (karsa). Jika kita hanya mengandalkan salah satu hal tersebut maka keseimbangan tidak akan terpenuhi. Keseimbangan ini yang akan menentukan keberhasilan dari tujuan yang akan kita capai.

Dampak negatif hoaxyang berbahaya dapat kita tangkal dengan ajaran luhur Tri Sakti Jiwa dari sang guru Ki Hajar Dewantoro. Ajaran pertama adalah olah cipta yaitu serangkaian kerja otak yang menunjukkan bahwa kita adalah manusia pembelajar. Olah cipta bisa kita mulai dengan "mengerem" artinya tidak serta merta tergesa-gesa menelan mentah-mentah sebuah berita atau bahkan langsung menyebarkannya. 

Kita harus mengembangkan daya kritis dan rasa penasaran akan kebenaran, kemudian diikuti dengan serangkaian proses pembelajaran : penelaahan sumber berita, membandingkan atau mencari second opinion untuk menemukan kebenaran obyektif, mendiskusikan dengan mereka yang berkompeten dalam bidangnya, menemukan asas manfaatnya, juga mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan seandainya sebuah berita itu akan kita bagikan.

 Langkah berikutnya adalah olah rasa, memposisikan diri kita sebagai obyek berita, bagaimana seandainya berita tersebut mengenai kita/kelompok kita? Olah rasa menyangkut soal sensitifitas dan etika moral. Artinya kita bisa memilah dan memilih berita-berita mana yang menggunakan kata-kata atau gambar-gambar (video) yang dapat menciderai kebersatuan, melukai perasaan orang lain, atau merendahkan martabat yang lain, dan sebagainya. Kepekaan rasa ini hanya bisa diperoleh melalui pendidikan nilai dalam pengalaman-pengalaman konkret sehari-hari.

Sedangkan langkah terakhir adalah memutuskan apakah berita tersebut akan kita share atau tidak dengan banyak pertimbangan di dalamnya (karsa). Keinginan berbagi itu harus didasari pada keutamaan-keutamaan bahwa tujuan atau motivasi berbagi sebenarnya adalah untuk saling meneguhkan, melengkapi, memperkaya. Kita harus memiliki motivasi yang kuat bahwa berbagi adalah sebuah bentuk kerendahan hati, keterbukaan diri untuk berjumpa dan membantu yang lain, lebih-lebih kalau yang kita bagikan adalah kebenaran, kegembiraan, penghiburan.. Apabila ketiga konsep ajaran luhur tersebut kita lalui maka akan meminimalkan hoax yang beredar di masyarakat. Alangkah indahnya dunia .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun