Diaspora mereka menguasai dunia keuangan, media, dan teknologi di Barat, membantu melobi kepentingan Israel di manapun baik di Eropa atau Amerika. Anda kira bagaimana Israel bisa dibentuk? kenapa Israel bisa sekuat sekarang? Ini semua berkat support dari Amerika & negara-negara barat yang mana dibalik ini ada lobby-lobby diaspora Yahudi yang mendorong bantuan miliaran USD ke Israel setiap tahunnya & backingan absolut dari Amerika yang selalu pro Israel. Bayangkan jika jaringan diaspora Indonesia sekuat diaspora Yahudi atau India dalam melobby kepentingan Indonesia, apakah sekiranya Palestina akan tetap terinjak-injak seperti sekarang? Mungkin tidak.
3) Diaspora Cina, jepang & Korea: Kekuatan Jaringan Diaspora yang Mengubah Negara Asal
Di masa lalu, Korea membiayai mahasiswa-mahasiswa terbaiknya ke luar negeri tanpa wajib pulang, hanya dengan satu syarat: BE THE BEST. Tentunya tidak semua diaspora akan sukses tapi bagaimana hasil keseluruhannya? Mayoritas diaspora mereka bekerja di perusahaan global, membawa teknologi seperti semikonduktor ke Korea, membangun raksasa seperti Samsung & LG, serta memperluas jaringan perdagangan. Korea kini jadi pusat teknologi & budaya global. Hal yang mirip juga diterapkan oleh Pemerintah Jepang pada masa restorasi Meiji & Cina sekarang sehingga mereka bisa sangat maju saat ini.
Jika LPDP memberikan kebebasan serupa, penerima beasiswa bisa menjadi aset strategis jangka panjang untuk membawa investasi, teknologi, dan pengaruh global kembali ke Indonesia.
Kita perlu memupuk diaspora berprestasi agar mereka menjadi kekuatan global, bukan sekadar mengunci mereka di dalam negeri tanpa peluang optimal, justru ini yang menyia-nyiakan uang rakyat.
4) Bagaimana dengan Diaspora Indonesia?Â
Meskipun secara keseluruhan mayoritas diaspora kita adalah buruh & pembantu, tapi ada sebagian kecil alumni olimpiade sains internasional dari Indonesia yang kini bekerja di Google, Microsoft, dll. Mereka juga dibiayai negara bahkan hingga S3, tapi kenapa tidak pernah ada yang protes? Saya rasa karena mereka membanggakan nama negara & saya yakin mereka juga tetap bangga sebagai orang Indonesia dan siap jika dipanggil pulang untuk kepentingan proyek strategis negara.
C. Pembunuhan Talenta Terbaik Bansgsa
Banyak sekali orang disekitar yang dapat LPDP harus balik ke Indonesia yang berujung sia-sia potensinya. Satu kasus teman saya kenal dari SMA, salah satu orang yang paling cerdas yang saya pernah kenal. Dia ambil S2 pakai LPDP di suatu negara di Eropa. Dia selalu jadi mahasiswa tebaik, sudah publikasi jurnal dan membantu banyak dosen dalam konferensi luar negeri di salah satu bidang neurology.Â
Pulang ke Indo, tidak mendapat kerja dimana-mana dan bahkan banyak dikasih tau kalau meskipun ilmunya sangat bermanfaat dan dibutuhkan Indonesia, masih belum ada pengadaan infrastruktur atau pusat riset yang bisa jadi tempat dia bekerja. Ujung-ujungnya dia kerja di perusahaan si Oren sebagai HR. Setelah masa "mengabdi" selesai (5 tahun itu masa yang panjang!), dia sudah terlanjur terbawa arus sistem yang rusak, api semangatnya sudah padam dan sudah layu karena kehidupan hiruk pikuk sebagai pekerja korporat. Secara keilmuan? Â Ya sudah layu dan tidak dipandang relevan lagi kecuali dia harus balik sekolah kembali.
Jujur ini kisah yang menyayat hati. Dia terlalu cemerlang untuk terkungkung & dibungkam oleh sistem. Bukannya kasus di atas ini justru dianggap sebagai "kasus buang-buang duit" yang sesungguhnya? Bayangkan uang rakyat diinvestasikan miliaran tapi ujung-ujungnya cuma kerja jadi HR si oren dan di saat yang sama juga membunuh talenta terbaik bangsa yang seharusnya bisa lebih berkembang di luar negeri?