Koran atau surat kabar saat itu didedikasikan untuk keperluan politik bangsa Inggris yang menjajah mereka.
Setelah kemerdekaan, para produsen koran merasa ragu mengenai peran dari koran itu sendiri di masa demokrasi, karena pemerintah pusat mereka diisi oleh orang-orang lokal (India asli).
Mereka kebingungan untuk memproduksi berita seperti apa, karena sebelumnya mereka menayangkan berita mengenai perjuangan untuk merdeka. Sampai akhirnya, mereka menemui titik terang.
Koran pada saat itu difungsikan untuk mempublikasi mengenai masalah sosial dan ekonomi, walau isu politik mendominasi setelahnya.
Produksi surat kabar saat itu sangat masif, dan menyediakan ruang untuk berbagai isu lain seperti isu kekeringan, kelangkaan makanan, bahkan berbagai macam berita yang dikategorikan sesuai audiensnya.
Namun, pada tahun 1982 surat kabar bertemu pesaing ketat yaitu televisi berwarna. Pengguna merasakan pengalaman baru dengan dimanjakannya mata melalui tayangan berwarna di televisi.
Selain itu, pengguna jadi memiliki banyak pilihan berita dan hiburan.
Melihat persaingan yang semakin ketat, surat kabar harian dan media cetak lainnya merubah strategi mereka. Mereka mencoba menawarkan 24 jam channel siaran televisi.
Media elektronik tidak membawa ancaman terhadap sirkulasi dan pendapatan iklan surat kabar. Walaupun begitu, media cetak india berkembang semakin agresif.
Seperti penerbit menambahkan halaman tambahan, edisi dari berbagai daerah, bahkan publikasi menggunakan bahasa lainnya, media cetak berwarna dengan kertas yang glossy.
Beberapa penerbit sudah mulai melakukan konvergensi media teknologi, seperti memiliki channel televisi sendiri dan saluran radio pribadi. Bahkan beberapa juga memiliki portal berita internet yang bervariasi seperti berita terupdate, lelucon, bahkan konseling.