Gema asmaradhana
rangkumku di semasa kisah
melalui jari-jari puisi
tanamku benih kelukaan nurani
di pekarangan senja
aksara biasa, tulisku sebagai saksi
Â
Pada sepasang mata yang dihidupi cinta
warna-warni rindu terkemas sederhana
resah udara menanti kepastian kekasih
dan hanya bayangnya saja
menyeruak masuk ke dalam pemikiran
menari bebas
merampas garis batas waras
membekukan sejenak urat-urat paru
lalu keluar melalui kerah baju
mengambang bersama cahaya sendu
Â
Beginikah sebentuk cinta yang berpuisi?
Â
Oh, kasih
takdirku bukanlah keabadian matahari
hanya sejenak warna langit senja
yang mengharap wangi kasturi asmaralaya
walau sekedar bahasa puisi
di atas kertas yang tiada dipeduli
tetap cintaku mengalir seadanya
dengan keutuhan arwah sang perindu
gema asmaradhana mengalun merdu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI