Mata penaku masih mencari
setitik tinta cinta yang tersisa
di kenihilan udara yang bergoyang
dalam ruang kebenaran insan
dari birai yang telah runtuh
aksaraku menyusun kata
menjelma daun puisi
hingga layu
jatuh ke labirin enigma
cipta kerumitan dilema
Â
Seutuh pandang rahsaku
nampaklah pepohonan mengering
sebab dahan beranting yang sederhana
tlah dirampas keegoisan dunia
hanya menyisa kerinduan semata
sekedar penenang akar jiwa
Â
Wahai daun-daun puisiku
terbanglah menghenti waktu
melewati air di antara tanah
melalui udara di ujung langit
walau layu seutuh kalbu
sampaikanlah rinduku kepada ia (kekasih)
sebagai pesan cinta
dariku, aksara biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H