Remang wajah bumi
desau lirih pertanda mata langit gerimis
di sisi pagi
bercengkrama dalam kelembutan kabut
tiada warna distorsi diri
cukuplah puisi
dan itulah harmoni
Â
Pada selangkah detik yang terlewati
senyap ditawan naluri
bayang cinta berlawanan arah
terasing rindu
di kelembaban rahim tanah
ambigu
Â
Pagi tiada mentari
citra gerimis menghapus embun tanpa arti
bunga-bunga kasih bersemedi
tertunduk insan bumi
khidmat menjiwai instrumen Illahi
larut dalam kekata puisi
seperti pasir waktu
sabda rahsa anglocita
tertulis melaui jari-jari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H