Mohon tunggu...
Aloysia Bwariat
Aloysia Bwariat Mohon Tunggu... Guru - #iTeach

Hogwarts wasn't hiring, so i teach muggles instead

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Menurut Jerome Bruner

5 November 2021   18:10 Diperbarui: 5 November 2021   18:15 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerome Bruner adalah seorang psikolog Amerika yang memberikan kontribusi penting bagi psikologi kognitif manusia serta teori pembelajaran kognitif dalam psikologi pendidikan. 

Teori belajar yang dikemukannya berfokus pada mode representasi dan ia memperkenalkan konsep discovery learning dan spiral curriculum. Bruner memandang tujuan pendidikan adalah menciptakan pembelajar mandiri yang dapat mempelajari bagaimana mereka belajar (learned how to learn).

Penelitiannya tentang perkembangan kognitif anak-anak mengusulkan tiga tahap representasi:

Representasi Enaktif

Pada tahap enaktif, peserta didik belajar sambil melakukan (learning by doing). Hal ini melibatkan pengkodean informasi berbasis tindakan untuk disimpan dalam memori peserta didik. Misalnya, seorang bayi mengingat menggoyang mainan dengan mengembangkan memori otot dari aktivitas tersebut. Bayi dan orang dewasa akan mengingat aktifitas melalui memori otot mereka. Contohnya, meniru orang lain mencuci piring akan lebih mudah dibandingkan melakukan hal tersebut berdasarkan penjelasan verbal dari orang lain.

Representasi Ikonik

Tahap ini Ini adalah kemampuan untuk menyimpan gambaran dalam pikiran. Saat mempelajari topik baru, akan sangat membantu jika menggunakan gambar dan diagram untuk mendukung penjelasan verbal. Pada tahap ini peserta didik melakukan observasi terhadap suatu kejadian. Tidak secara langusng, namun mereka melakukan melalu sumber-sumber lain seperti tulisan ataupun gambar.

Representasi Simbolik

Tahap ini adalah yang terakhir dikembangkan dan lebih fleksibel dari dua tahapan sebelumnya. Sebagian besar melalui media bahasa, informasi disimpan menggunakan kode dan symbol yang dapat dimanipulasi, diurutkan dan diklasifikasikan. Hal ini dapat dilakukan sehingga peserta didik tidak dibatasi hanya menggunakan tindakan atau gambar. Penyimpanan data dilakukan melalui kata-kata, tanda-tanda matematika atau sistem simbol lainnya.

Teori ini menyiratkan peserta didik (bahkan orang dewasa) untuk menangani materi baru dengan berkembang dari enaktif ke ikonik ke representasi simbolik. Implikasi lain adalah bahwa peserta didik mampu mempelajari materi apa pun, asalkan diatur dengan tepat dan sesuai dengan tingkat kemampuan mereka saat ini.

Bruner percaya bahwa semua anak mampu menangkap informasi yang kompleks: 'Mata pelajaran apa pun dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk yang benar secara intelektual kepada anak mana pun dan pada tahap perkembangan apa pun.' Ide ini mendasari konsepnya tentang spiral curriculum. 

Spiral Curriculum adalah menyusun informasi untuk pertama-tama mengajarkan ide-ide kompleks dalam bentuk yang sederhana, dan kemudian mengunjunginya kembali dalam bentuk yang lebih kompleks. Oleh karena itu, semua mata pelajaran akan diajarkan dengan tingkat kesulitan yang rendah ke tingkat kesulitan yang tinggi secara bertahap.

Bruner juga mengembangkan konsep discovery learning dimana peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri untuk diri mereka sendiri. Pengetahuan yang diperoleh melalui discovery learning akan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. 

Discovery learning meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Dalam pandangannya, menemukan informasi adalah cara belajar yang lebih efektif daripada hanya diberitahu oleh seorang guru.

Banyak kelebihan dari discovery learning seperti dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa yang lebih tinggi, dapat membantu siswa untuk mampu menyelesaikan masalah secara mandiri dan menganalisis serta memanipulasi informasi. Discovery learning juga meningkatkan penalaran siswa dan mengasah kemampuan siswa untuk berfikir secara bebas.

Namun di sisi lain, discovery learning membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga kurang cocok untuk short courses. Discovery learning juga menuntut peserta didik memiliki mental yang matang dan memiliki keberanian serta keinginan yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun