Adalah sebuah seni, teka-teki, petualangan yang tak pernah berakhir...Â
Manusia, hanya bisa berencana,
tapi Tuhanlah yang tetap menjadi Hakimnya.
Tatkala ku merenung, ku ingat kembali masa-masa itu.
Masa kecil di jaman itu yang hidup tanpa internet, masa kelam dalam hidupku.
Bersaudara dengan seorang kakak laki-laki, dengan perbedaan umur 3th lebih besar dariku.
Menjalani hidup tanpa perhatian dan kasih sayang orang tua, karena ibu sakit dari semenjak umur 9th dan akhirnya harus menyerah dan pergi saat umurku 12th.
Hidup dan besar serta tumbuh dari kesedihan dan kesendirian.Â
Bapak yang tidak begitu perhatian, pernikahannya yang kedua dan tak pernah tau atau bertanya tentang duniaku, pendidikanku, cita-citaku dll membuatku menjadi pribadi yang cuek, dan menyendiri.
Tamat SD ku lanjutkan pendidikan ke salah satu sekolah menengah pertama yang cukup favorit. Bersaing dengan mereka yang ekonominya menengah ke atas, serta mereka yang notabene adalah anak-anak pintar.Â
Kecelakaan di semester akhir membuatku tak bisa mengikuti pelajaran dengan sempurna, yang mengakibatkan aku harus lulus dengan nilai terendah.
Melihat kemampuan ekonomi keluarga, dan aku yang tak ingin terjun ke dunia pariwisata karena ku lihat pekerjaan itu adalah musiman, maka ku putuskan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah kejuruan, dengan harapan bisa bekerja di sebuah instansi pemerintah, mendapatkan gaji bulanan, cuti, tunjangan dll.
Di sekolah ini kemampuan dan kepercayaan diriku mulai melejit kembali. Teknik mengetik 10 jaripun ku kuasai. Menjadi pemimpin dalam organisasi PMR di sekolah dan mengikuti berbagai kegiatan yang berkaitan dengan PMR membuatku menambah dan bertemu teman lama.
Berhasil menyelesaikan pendidikan dengan baik, namun tak mampu melanjutkan kuliah karena terhalang dana.
Aku pun berinisiatif untuk menemui salah satu keluarga di Denpasar untuk meminta bantuan agar mencarikan pekerjaan.
Berangkat seorang diri dan memberanikan mengeluarkan kata-kata.
Ternyata, bukan pekerjaan yang ditawarkan, tetapi pendidikan.
Ditawari untuk belajar bahasa Perancis dan kursus akan dibayari serta bisa tinggal di rumah mereka.
Aku yang selalu senang belajar pun menyambut dengan riang tawaran tersebut, walau aku tak tahu apa yang akan kulakukan dengan bahasa itu.Â
Selama 8 bulan ku belajar bahasa Perancis di Alliance Franaise Renon, selama itu pula bapakku tak pernah menanyakan kabarku, menelpon, mengirim pesan, bahkan motornya yang aku pinjam dulu untuk ku bawa ke Denpasar pun diminta.
Aku bagaikan anak yang tak punya keluarga dan dipertemukan dengan keluarga yang baru.
Disini, aku dididik ulang menjadi pribadi yang lebih baik, diberikan bekal sehari-hari, dipinjami motor untuk berangkat kursus.
Waktu pun berlalu, aku telah menyelesaikan kursusku, dan mulai ikut training untuk menjadi seorang guide.Â
Aku pun bisa melanjutkan pendidikan ke D3 di tahun 2009, dengan biaya sendiri dari hasil guiding.Â
Bekerja sambil kuliah tidaklah mudah. Namun tekadku sudah bulat, bahwa aku harus bisa dan ingin ku tunjukkan pada keluarga serta mereka yang dulunya selalu menganggapku sebagai anak yang boros.
2010 aku mampu membeli sepeda motor pertamaku.
2011 aku masuk ke salah satu travel agent untuk menjadi seorang guide sekaligus driver.Â
Itu karena aku sudah belajar untuk mengendarai mobil.Â
Tidaklah mudah untuk masuk ke agent ini, karena mereka selalu memilih guide yang terbaik untuk menjadi team mereka.
Menjadi salah satu dari 20 orang guide, dan menjadi Srikandi dalam team adalah sebuah kebanggan tersendiri untukku.
2012 memutuskan untuk mencoba peruntungan di dunia kapal pesiar sebagai photographer, tetapi ku sadari bahwa itu bukan duniaku dan memutuskan untuk kembali menjadi guide di April 2013.Â
Keinginan untuk melanjutkan pendidikan muncul lagi, dan baru bisa terselesaikan di 2017 karena kesibukanku.
Gelar S1 Ekonomi pun ku kantongi, dengan biaya pendidikan dari hasil kerjaku.
Sampai titik inipun, bapakku tak pernah tau apa yang ku lakukan dan bagaimana aku melakukannya ...Â
Yang ia tau saat aku pulang, aku bisa bahasa Perancis, aku bisa mengendarai mobil, aku bisa ke kapal pesiar, aku bisa mendapatkan gelar Sarjana...Â
Tapi ia tak pernah tau kerja keras, biaya yang aku keluarkan, apa mimpi dan cita-citaku...
Ia baru akan datang ke Denpasar menengokku jika menerima berita bahwa aku sakit.
2018 tahun adalah tahun bersejarah.Â
Dimana saat itu aku hampir saja akan mewujudkan impianku untuk bisa ke Perancis namun harus tertunda karena permintaan visa ditolak.
Mendapat penolakan sebanyak 2kali membuatku berfikir bahwa bukanlah saat yang tepat untuk kesana, karena aku merasakan harus berada di Bali entah karena alasan apa.
Tentu saja, firasat itu adalah karena kakak kandung meninggal di bulan November, dan jika aku bisa ke Perancis aku harus pergi di bulan Desember.Â
Itulah yang ku sebut aku masih beruntung, karena Tuhan tidak membiarkanku pergi karena jika aku bisa pergi, maka hanya jiwa dan ragaku yang disana, namun hati dan pikiranku masih di Bali.
Di tahun ini juga merupakan tahun yang tak terlupakan karena aku bisa menonton konser Celine Dion di Jakarta 7 Juli. Salah satu mimpi besar saat aku mulai mengenal lagu-lagunya dalam bahasa Perancis yang liriknya cukup dalam untukku.
2019 dengan cerita Covidnya pun datang di akhir tahun yang berlanjut ke 2020 dimana Bali telah menutup perbatasan guna mengurangi masuknya virus ke Indonesia.
Pariwisata down...Â
Tidak ada pemasukan.
Mobil yang baru saja ku beli dengan kredit di tahun 2019 terpaksa harus aku serahkan ke leasing di Oktober 2020 karena aku tak mau menghabiskan tabunganku untuk membayar kredit ditengah ketidakpastian kapan akan bisa bekerja kembali.
Keputusan yang berat dengan kerugian yang hampir 150jt harus ku relakan...
Aku anggap bahwa itu adalah caraku menebus semua dosaku yang pernah ku lakukan...
Aku pun mulai menata hidup dari nol kembali.
Mencari pekerjaan kecil hanya untuk menyambung hidup dan mulai menabung lagi sedikit demi sedikit.Â
Maret 2021, kehidupanku berubah 180.Â
Dengan diterimanya aku bekerja di salah satu cargo di Bali, membuatku harus merelakan pekerjaan guideku menjadi yang kedua dan hanya di hari Minggu saja.
Keputusan yang berat aku ambil guna menyambung hidup dan bisa lebih stabil.
Dengan segala pertimbangan kelebihan dan kekurangan untuk kedua pekerjaan, akhirnya aku matangkan diri untuk melanjutkan pekerjaan di cargo.
Stress atas perubahan yang drastis, lingkungan kerja, rutinitasnya, sempat membuatku berada pada moment yang hampir menyerah karena tak akan mampu bekerja disebuah ruangan dan dengan 8jam menghadapi komputer.Â
Untungnya ada teman yang menguatkan dan berusaha meyakinkan bahwa perubahan itu ada, dan aku pasti bisa....
Ketakutan yang ku pikirkan bahwa jika aku bekerja disini, aku tak akan bisa bertemu dan memiliki teman bule lagi.Â
Karena mereka yang datang untuk berbisnis tidaklah sama dengan mereka yang datang untuk berlibur.Â
Hal itu terhempas saat aku mulai menikmati dan mengenal lebih baik pekerjaan ini.
Tamu-tamu yang datang ku usahakan menyapanya seperti saat aku guiding. Dan kenyataannya, ketakutanku selama ini hanyalah sebuah tembok besar yang mengahalangiku untuk melangkah maju.
Tak ku sadari, sudah hampir mau 4th sekarang aku di dunia per-cargo-an.
Syukurku bahwa masih bisa tetap guiding saat aku tidak bekerja di kantor.
Dan aku juga menemukan pekerjaan sampingan lainnya.Â
Dnegan kata lain aku bekerja untuk 3job.
Yang terpenting untukku adalah tetap bisa bekerja dan memakai bahasa Perancis yang begitu susah kupelajari.Â
Inilah jalan kehidupan, inilah rahasia Tuhan dibalik semua cobaan-Nya.Â
Inilah hasil dibalik semua yang ku relakan selama ini.Â
Ku dapatkan kembali kepercayaan diriku, ku yakinkan diriku bahwa keputusanku sudah benar dan ku lanjutkan kehidupan serta petualanganku disini...
Inilah aku yang sekarang, dengan rutinitas yang sama tiap harinya, dengan masalah yang berbeda untuk setiap shipmentnya.
Mengenal dan bertemu dengan tamu-tamu lama dan baru, menambah ruang lingkupku.
Bahkan bahasa Perancisku pun bisa lebih baik dari sebelumnya.
Tak ada kata terlambat untuk belajar, bagi mereka yang mau berusaha.
Sudah ku buktikan, bahwa tanpa pengalaman aku pun bisa bertahan sampai hampir 4th.
Jangan jadikan ketakutan dan kekuranganmu sebagian penghalang untuk bisa maju dan berubah.
Lawan dan yakinkan dirimu bahwa Tuhan tak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.
Terimakasih untuk semua lika-liku kehi
dupan ini yang tentunya masih akan berlanjut...
Dan ku katakan, " wahai masa depan" Aku siap....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H