Mohon tunggu...
Alouette De Bali
Alouette De Bali Mohon Tunggu... Administrasi - Je dis ça je dis rien

La beauté attire l'oeil, Mais la personnalité capture le cœur.....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjalanan Menjadi Seorang Guide & Driver Berbahasa Perancis

11 Februari 2022   12:19 Diperbarui: 13 Februari 2022   07:07 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kehidupanku di dunia pariwisata pun dimulai. Aku yang sedari dulu tak mau berkecimpung di pariwisata seperti kebanyakan saudara dan orang sekitar, tapi karena situasi dan kondisi yang tak memungkinkan untuk berada di jalur lain pun memaksaku harus mengambil jalur ini. 

Setelah kursus selama +/-8 bulan di Alliance Français Bali dan berada di level 4 saat itu, ku beranikan diri untuk terjun ke lapangan. Training dengan si Bapak yang juga merupakan guide senior pun ku jalani. Kala itu beliau dkk sedang ada group, sehingga aku berkesempatan bisa training untuk mengetahui objek-objek wisata dan apa yang mesti dilakukan oleh seorang guide. Walau sudah berada di level 4, tetapi saat itu aku masih belum bisa menangkap semuanya dengan baik. Aku bahkan sempat mengecewakan si Bapak yang harus mendapat teguran dari bos travel tersebut dikarenakan etika ku kala itu yang masih kampungan dan tak mengenal tempat. Aku harusnya tak bercanda kala itu yang ternyata membuat tersinggung si pemilik travel agent. Si bapak pun harus meminta maaf atas kesalahanku itu. Semenjak itu, aku mulai tak suka becanda dan membatasi omonganku kepada orang-orang. Tetapi gaya bahasaku yang ketus, walaupun jarang mengobrol, sekalinya aku nyahut cukup akan membuat orang sakit hati dengan kata-kataku. Namun itulah aku, beratnya kehidupan ini telah membuatku menjadi orang yang keras dan jutek. Tapi hatiku masih selembut salju....

Sempat mengajukan lamaran di beberapa artshop silver di daerah Celuk Gianyar, tapi tak ada satupun yang memanggilku untuk bekerja. Sementara sepupu yang ku ajak kursus sudah diterima di artshop Daging di desa Mas. 

Akhirnya ku putuskan tuk membawa lamaran ke berbagai travel agent di sekitaran By Pass Ngurah Rai bersama Ayu (anaknya si bapak). Kami tak ingin initial kami sebagai anak dan saudara dari si Bapak diketahui sehingga travel agent mengharuskan menerima kami. Biarlah mereka diberitahu oleh sang waktu. 

Aku pun mulai dipanggil dan diberikan pekerjaan untuk handle check-in/out berhubung bahasaku masih terbata-bata. 

Kala itu aku telah bekerja untuk Golden Kris Tour sebagai awal karirku... Setelahnya aku mulai ke beberapa travel agent seperti Asian Trails, Smailing Tour, Pacto, Pearl Tour. Bahkan terkadang dalam 1 hari aku harus berganti kostum untuk bisa lompat sana-sini. 

Waktu pun berlalu dan aku mulai belajar untuk handle trip. Kerja keras tak kan menghianati hasil. September 2019 aku bisa melanjutkan pendidikanku ke jenjang D3 di AKPAR DENPASAR.  Sempet tak ingin kuliah lagi karena sudah bekerja, namun terdengar berita bahwa syarat untuk menjadi seorang pramuwisata yang berlicense setidaknya harus memiliki pendidikan minimal D3. Itulah yang juga menjadi alasanku untuk melanjutkan kuliah. Jurusan Tour and Travel pun menjadi pilihanku, agar aku tak terlalu susah mengatur waktu dan menyesuaikan pelajaran. 

Terlihat dan terdengar begitu keren kata kuliah itu. Namun ada banyak rintangan dan tingkat kestresan di dalamnya. Aku yang harus bekerja sambil kuliah, tentu tak akan memiliki semangat seperti yang lainnya. Seringkali aku tak bisa kuliah karena harus bekerja. Jika aku tak bekerja, maka aku tak akan bisa bayar kuliah. Tugas pun menumpuk dan sempat hampir menyerah. Tapi tiap saat ku ingat semua perjuanganku untuk bisa sampai dititik ini, semangatku pun kembali membara. 

Aku yang tomboy dan perkasa ku buktikan di tahun 2011. Aku yang tak puas dengan segala yang sudah ku bisa gapai, ku lanjutkan dengan terus belajar. Salah satunya belajar mengendarai mobil. Siapa tau ada rejeki sehingga bisa beli mobil suatu saat nanti (Astungkara). Motivasi itu pun didukung oleh Leo karena ia bekerja sebagai guide yang sekaligus driver. 

Aku pun mendaftarkan diriku untuk kursus mengemudi di Cahya jalan Palapa dekat rumah. Aku yang senang belajar dan cepat mengerti, membuatku menguasai 3 pedal dengan cepat. Instruktur pun mengira bahwa aku sudah mempunyai mobil atau pernah belajar sebelumnya dikarenakan aku yang terlalu cepat menangkap arahannya. Semua itu juga tak lepas dari kebiasaanku di jalanan. Aku yang sudah terbiasa dengan kopling, karena sempat mempunyai sepeda motor Jupiter MX tahun 2010, motor pertamaku berwarna biru dan berkopling. Sehingga aku cukup mudah untuk mengaplikasikannya ke dalam pembelajaran mengendarai mobil. 

Setelah selesai kursus mengemudi, aku mendapat kabar gembira dari Leo, bahwa salah satu travel agent yang ia tau sedang mencari seorang guide+driver. Sempat ragu apakah aku sanggup, tetapi ku  beranikan diri untuk melamar. Sisanya lihat nanti... Itulah yang selalu ku katakan setiap saat mencoba hal yang baru. 

Dan benar saja, aku diterima di travel agent tersebut. Aku yang anak ingusan, cewek pula ternyata diterima menjadi bagian dari team mereka. 

Aku dan seorang teman yang juga melamar di agent tersebut pun menjalani survey 3hari 2malam untuk mengetahui program dari agent tersebut. Tibalah giliran ku untuk mengendarai mobil. Sempat degdegan, namun ku coba untuk tetap santai. 

Semuanya pasti tak akan sama dan semudah yang ku pikir. Menjadi seorang guide dan driver sekaligus memerlukan konsentrasi dan kesigapan yang cepat. Dituntut untuk tetap berkomunikasi dengan tamu, konsentrasi dan memperhatikan jalanan serta lalu lintas...

Survey berakhir, dan tibalah pada masa percobaan kami untuk handle langsung. Aturannya adalah apabila kami lolos dengan 3x percobaan dalam handle tamu ini, maka kami diterima. Saat itu kami baru diberikan setengah gaji dari normalnya karena berada dalam masa percobaan. 

Syukurnya semuanya berjalan lancar, tamu senang dan memberikan komentar yang cukup bagus. 

So, Bienvenue à Bali Autrement Alouette

(Bienvenue à adalah bahasa Perancis yang artinya selamat datang di...) 

Dengan diterimanya aku di Bali Autrement Team (BA), aku merasa pencarian ku untuk menemukan agent yang sesuai dengan hatiku telah berakhir. Akupun hanya fokus bekerja di BA dan kuliah. Pekerjaan yang sebagai guide sekaligus driver tentu  cukup menguras tenaga dan pikiranku. Namun ada rasa bangga tersendiri dan syukurku pada Tuhan atas semuanya. BA yang konon katanya tak mencari guide melebihi dari 20 orang dan tak mudah untuk bergabung dengan mereka, adalah merupakan sebuah kehormatan dan tantangan tersendiri untukku. Menjadi satu-satunya guide cewek di team adalah penghargaan tertinggi untukku.

Awal tahun yang tak mudah tentunya, karena aku masih harus memahami dengan baik program, jalanan dan konsentrasi saat menjelaskan ke tamu. Sehingga di awal bekerja gaji sering terpotong untuk membayar claim asuransi dari mobil yang ku pakai karena tergorat-goret... Yah namanya saja masih belajar jadi wajarlah y... Kadang sering kita lihat mereka yang sudah berpengalaman mengendarai mobil puluhan tahun pun bisa melakukan kesalahan. Apalagi aku yang tergolong baru. Namun ku pakai semua itu sebagai pelajaran agar tak mengulanginya lagi. Karena pengalaman adalah guru terbaik. 

Berhubung tak banyak ada guide cewek yang sekaligus sebagai driver di Bali, namaku pun langsung naik daun (udah kayak artis aja hihi)... Banyak yang mengenalku apalagi menjadi bagian dari BA Team. 

Bergabung dengan BA menambah kepercayaan diriku dan semakin menemukan jati diriku. Aku yang senang dengan kebebasan bisa berkreasi dengan program-program yang ada. Tak hanya Bali, program ke Jawa khususnya Jawa Timur pun ku ambil. Kegemaranku berpetualang, berjalan, naik gunung, explore alam, menjadikanku selalu menjadi ekor bagi tamuku. Tak pernah ku biarkan tamuku berjalan sendiri walau terkadang ada guide lokal yang menemani. Selain itu, aku juga senang photography, jadi dengan selalu ikut dalam setiap trekking, aku bisa menikmati indahnya alam dan mengabadikannya dengan ponselku. Pekerjaan inipun semakin menjadikanku lebih tomboy. Pekerjaan yang tak mengharuskan ku untuk berdandan dan berpakaian anggun, membawa pada zona nyamanku... Bukan koleki high heels yang ku punya, tapi sepatu gunung... Seringnya ku lewati hari-hariku di jalanan dan di beberapa wilayah di Bali, membuatku jarang pulang. Rumah keduaku adalah di dalam mobil. Isi lemari pun ada di dalamnya. Aku yang senang menyanyi pun menyalurkan hobbyku di dalam mobil. Mobil yang menjadi pelampiasan suaraku yang merdu (merusak dunia maksudnya)... 

Begitulah perjalananku di jalanan, selalu ditemani oleh lagu-lagu dari penyanyi idola Celine Dion...

Sayangnya keluargaku tak tau betapa kerasnya perjuanganku hingga bisa berada dititik ini. Seperti apa aku diluaran, saat belajar dan bekerja. Mereka hanya tau bahwa aku kuliah, menjadi guide dan bisa mengendarai mobil. Bahkan jika ada orang yang bertanya pada keluargaku, dimana aku kuliah, jurusan apa, bahasa apa yang ku pelajari mereka tidak akan bisa menjawab. Karena tak pernah ada pertanyaan yang terlontar kepadaku. Jikapun aku harus bercerita tentang kehidupanku, mereka belum tentu akan mendengarkannya. 

*Bersambung ke judul berikutnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun