Mohon tunggu...
Alouette De Bali
Alouette De Bali Mohon Tunggu... Administrasi - Je dis ça je dis rien

La beauté attire l'oeil, Mais la personnalité capture le cœur.....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lahirnya Alouette De Bali

9 Februari 2022   19:39 Diperbarui: 9 Februari 2022   19:43 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku merasa terlahir kembali saat menginjak umur 18th. Dibesarkan dan dididik layaknya seorang anak oleh keluarga yang utuh. 

Keinginanku untuk bisa langsung bekerja setelah tamat SMK begitu besar. Dan tujuanku adalah Kota Denpasar. Saat itu aku teringat bahwa ada saudara dari ibu yang tinggal di Denpasar yang juga membantu saat ibu opname di RS Sanglah. Aku pun menemui mereka dengan harapan mereka bisa mencarikan ku pekerjaan apapun itu. 

Namun bukanlah pekerjaan yang diberikan kepadaku kala itu, tetapi pancing yang belum berisi umpan. Entah bagaimana caraku nantinya bisa mencari umpan itu. 

Melainkan aku ditawari untuk kursus Bahasa Perancis dan tinggal di rumah mereka selama aku belajar. Karena kebetulan juga tempat kursus tidak jauh dari rumah mereka. 

Tanpa berfikir panjang ku terima tawaran mereka. Walau aku tak tau pekerjaan apa yang nantinya bisa ku lakukan setelah itu. Entah bahasa apa itu dalam benakku dan bagaimana harus belajar, karena selama ini aku hanya sering mendengar bahasa Inggris dan Jepang yang sering dibicarakan oleh anak-anak SMA jurusan bahasa pada umumnya. 

Tapi ya sudahlah, jalani saja jawabku dan liat nanti...

Akupun meminta ijin ke rumah dan menyampaikan tawaran itu. Keluargaku sempat bilang apakah aku sanggup tinggal disana. Sepintas aku memikirkan maksudnya tetapi ku yakinkan langkah dan pilihanku. 

Aku berangkat dengan sepeda motor milik Ajikku dengan pakaian seadanya. Yang selama ini tak pernah namanya bisa belanja atau membeli pakaian yang mengikuti jaman. Syukur-syukur masih ada bibik yang membelikanku baju saat masih di kampung dulu. 

Telah disiapkannya aku kamar sendiri oleh keluarga itu. Dan mereka mengajakku berbincang-bincang serta membiarkanku istirahat di malam pertamaku tinggal di rumah mereka. Keesokan paginya aku terbangun agak siang, siangnya jam 07.00... yang mana kala itu telah ku lihat mereka duduk santai di meja makan sambil menyeruput kopi dan menikmati sarapan. Diajaklah aku bergabung dengan mereka. Disalah aku diberikan informasi tentang keseharian mereka dan bahwasanya aku harus rajin tidak boleh bangun siang, nanti rejekinya keburu pergi. Langsung aku teringat dengan kata keluargaku yang meragukan pilihanku tuk tinggal bersama mereka. Tanpa banyak tanya, aku pun mengangguk mengerti. Diajarkannya dan ditanamkannya pemikiran bahwa rumah itu adalah rumahku, keluarga itu adalah keluargaku. Maka lakukanlah yang terbaik tanpas disuruh. Aku mengerti maksud mereka. Sehingga esok harinya begitu aku bangun tidur, aku langsung menyapu, membantu menyiapkan sarapan, sesajen dan melakukan rutinitas layaknya penghuni rumah. 

Hari berganti, aku pun sudah terbiasa dengan kehidupanku di rumah dan bersama keluarga ini. Semuanya ku lakukan tanpa paksaan. Aku yang sejatinya memang suka dengan kebersihan, kerapian, terorganisir merasa menemukan tempat dan orang yang tepat untuk berjalan bersama.

 Ku rasakan perhatian dan kasih sayangnya yang melebihi keluargaku. Bahkan Ajikku tak pernah menelponku hanya untuk menanyakan bagaimana kabarku disana. Sampai pada akhirnya kakakku bilang agar aku mengembalikan sepeda motor Ajikku karena ia tak ada kendaraan. Dan kakakku menyarankan agar aku meminjam sepeda motor dari keluarga ini selama aku tinggal bersama mereka. Hatiku pun langsung bertanya, apa benar statusku adalah anaknya? Sampai ia melakukan ini padaku? Kakakku SMA sudah dibelikan sepeda motor, sementara aku masih memakai punya Ajik dan saat ini diminta untuk mengembalikannya. Jujur, aku merasa sangat diasingkan, karena sekian bulan berlalu, aku sengaja tak pernah berkabar ingin tau apakah ada yang mempertanyakan keadaanku. Ternyata tidak...! Tak ada satupun yang mengirimkan pesannya padaku. 

Aku pun berjanji dalam hati, sampai saat ini aku memang masih bukan siapa-siapa dan tak memiliki apa-apa. Tapi kelak jangan kalian coba tuk menghubungiku jika kalian perlu bantuanku! Itulah janjiku pada keluargaku saat itu. 

Seorang anak yang tak memiliki ibu, dan kini merasa tak memiliki keluarga! 

Ku putuskan bahwa aku harus menjadi orang sukses entah bagaimanapun caranya, agar mereka yang saat ini tak menganggapku, akan menyebutku sebagai keluarganya !

Tekadku yang bulat dan keinginanku yang besar untuk belajar pun membuahkan hasil. Kursus bahasa Perancis sudah dimulai. Kursus yang ku ambil adalah 3x pertemuan dalam seminggu di Alliance Franais Denpasar. Biaya kursus dan keperluan sehari-hariku ditanggung oleh keluarga ini, Gusti. Itulah nama panggilan mereka di dunia pariwisata. Aku kursus dengan sepupu dari keluarga ini. Yang mana aku ditanggung oleh si Bapak (Gusti) dan sepupu ini ditanggung oleh anaknya Leo. Kami sering dites bersama untuk mengetahui sejauh mana pelajaran telah kami tangkap. Istri si bapak (Gusti) adalah seorang guru SMP, yang hampir seharian tidak ada di rumah karena mengajar. Gusti dan Leo anaknya juga jarang di rumah karena mereka bekerja sebagai guide Perancis. Terkadang aku hanya di rumah sendirian atau bersama anak perempuan si bapak (Ayu) yang masih kuliah di UNUD, kampus idamanku. Setiap pulang kursus sekitar jam 21.00, si bapak masih dengan semangat menunggu kami di teras rumah sambil membaca buku. Kami pun diberikan waktu untuk makan malam. Setelah itu, aku akan langsung mengambil buku catatanku dan duduk di depannya untuk merekap pelajaran yang ku dapat di tempat kursus. Aku pun didikte olehnya. Setidaknya aku bisa langsung mempraktekkan apa yang ku pelajari. Begitulah setiap harinya. Namun tak pernah ku rasakan sama sekali adanya paksaan baik untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga ataupun belajar. Semua ku lakukan dengan senang hati dan penuh semangat tuk bisa seperti mereka kelak. Setiap ada waktu ku sempatkan mengambil buku dan mempelajarinya. Karena kebetulan aku tak terlalu suka menonton TV, jadi aku selalu bersama buku-buku catatanku.

Aku yang senang menyanyi, ku minta kepada si bapak untuk mengajariku lagu bahasa Perancis yang gampang dan mudah diingat. Diajarilah aku lagu yang berjudul Alouette (dibaca Aluwet). Liriknya yang simple membuatku mengingatnya dengan cepat walau hanya 1 bait saja. 

Alouette, gentille alouette

Alouette, je te plumerai 

Je te plumerai la tte 

Je te plumerai la tte 

Et la tte, et la tte 

Alouette, Alouette 

Oh, oh, oh, oh...

Silahkan cari di YouTube lagu ini untuk lebih jelasnya.

Itulah yang  sering ku nyanyikan secara berulang-ulang. Karena saking seringnya, aku pun dipanggil Alouette oleh si bapak.

Ketika ku tau apa itu Alouette yang adalah seekor burung kecil, aku langsung terpikir untuk memakai nama itu sebagai nama panggilanku dalam bahasa Perancis. 

Ya, Alouette De Bali...

Burung kecil dari Bali yang ingin terbang bebas kesegala arah, itulah yang ku pikirkan dan menjadi harapanku. Maka dengan bantuan dari teman PMI Kak Sassu, ku buatlah logoku dengan gambar burung di atas pulau Bali seperti foto profilku. Walau burung Alouette aslinya tidak seperti gambar di logoku, tapi setidaknya mewakili maksudku. 

Dan semenjak saat itu, aku selalu memperkenalkan namaku Alouette De Bali. Bahkan semua media sosialku pun memiliki nama yang sama. Tujuannya agar para tamu Perancis atau yang berbahasa Perancis bisa dengan mudah mengingatnya. 

Dan inilah aku, si burung kecil dari Bali....

*Bersambung ke judul berikutnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun