Mohon tunggu...
Alomet Friends
Alomet Friends Mohon Tunggu... -

ALOMET & FRIENDS : Perusahaan konsultan manajemen strategis yang berbasis pada proses dan teknologi. Misi : Menjadi mitra klien dalam meningkatkan produktivitas kerja untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pembenahan proses bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menempuh Hidup Baru

7 Desember 2015   09:46 Diperbarui: 7 Desember 2015   10:17 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Berlindung di balik Chapter 11 yang mengatur kebangkrutan, Kodak ibarat tiarap dari pereaturan bisnis. Dalam kondisi seperti itu, perusahaan inipun menata ulang semuanya, terutama dari sisi bisnis. Usaha rolfilmnya dilego,termasuk 105 ribu gerai foto di seluruh dunia, bisnis cenderamata foto, dan kertas foto. Bisnis ini dijual ke sebuah dana pensiun dari Inggris. Seiring dengan itu, dilepas pula lebih dari 100 ribu karyawan, aset, dan ribuan paten.

Kodak pun memfokus ulang bisnisnya. Ia menjadi perusahaan teknologi dengan mengonsentrasikan diri pada penjualan serta layanan produk digital printing ke kalangan korporat. Hasilnya?

September 2013, Kodak bisa lepas dari Chapter 11 yang berkenaan dengan kebangkrutan. Namun, ukuran bisnisnya mengkeret: 1/10 dibanding sebelumnya. Perlahan, Kodak mulai berupaya bangkit. Bahkan, dunia ponsel pintar pun dirambahnya. Kodak IM5 meluncur, menjadi pertaruhannya.

Sekalipun punya nama besar bagi Kodak, pasar ponsel pintar jelas dunia baru baginya. Karena itu,menyadari dirinya adalah pendatang baru, di medan laga yang berat lni, Kodak mencoba menuangkan keluarannya yang telah lama dikenal luas. Di bagian belakang Kodak, diletakkan kamera beresolusi 13 megapiksel dengan LED flash. Adapun di bagian depan, untuk memuaskan dahaga para penggemar selfte; disediakan kamera 5 megapiksel. Catatan menarik, Kodak memberikan fitur foto editing dan kemampuan untuk langsung mencetak foto dengan menghubungkan ponsel ini dengan printer.

Bagaimana nasib Kodak IM5 yang menggunakan OS Android 4.4 KitKat dan dibanderol dengan harga US$250 atau Rp 3,2 juta ini tentu saja masih harus ditunggu. Namun, setidaknya perusahaan legendaris ini tengah mencoba menempuh kehidupan yang baru. Oliver Schulte, CEO Bullitt Mobile, yakin produk ini akan laris. "Ini adalah telepon untuk konsumen yang mengapresiasi nilai dan warisan Kodak. Produk ini hebat, mudah digunakan dan menawarkan value for money." Bullitt Mobile adalah perusahaan yang mendesain Kodak IM5.

Pekerjaan transformasi sungguh merupakan lakon yang tidak mudah. Yang sedang menjalani perjalanan menempuh hidup baru seperti halnya Kodak adalah Nokia. Di tahun 1990-an,siapa tak kenal perusahaan dari Finlandia ini? SeIuruh lini industry ponsel seakan-akan dalam genggamannya. Bahkan, Motorola yang dikenal sebagai sang pelopor ponsel pun dilahapnya.

Namun, itu tinggal cerita. Kisah Nokia yang mendominasi industri ponsel adalah masa lalu. Nokia lambat mengantisipasi perubahan sehingga digasak sistem operasi iOS, Android dan BlackBerry. Yang menarik untuk dicermati sekarang adalah bahwa Nokia yang selama 150 tahun hidupnya telah secara radikal melakukan serangkaian transformasi, kini sedang melakukan transformasi kembali. Bahkan pada 2014, Nokia menjalankan tranformasi yang paling radikal dalam sejarah kehidupannya. Apa yang terjadi?

Boston Consulting Group dalam "Transformation, The Imperative to Change" (November 2014) mencatat bahwa pada 2014 Nokia dihadapkan pada pilihan sulit: secara masif melanjutkan investasi di bisnis peralatan mobile, terutama ponsel,atau menata ulang bisnisnya habis-habisan. Disinilah manajemen Nokia harus menentukan masa depannya yang berada di ujung tanduk.

Di satu sisi, di tengah hantaman sejumlah pemain yang dulu tergolong anak bawang seperti iPhone, BlackBerry dan Samsung, bisnis peranti mobile Nokia terus terjun bebas, menimbulkan kekecewaan demi kekecewaan. Bila ingin diselamatkan, dibutuhkan tambahan modal yang tidak lagi dimiliki Nokia yang tengah terpuruk. Itu pun tidak menjanjikan keselamatan.

Sementara itu di sisi lain, pada saat bersamaan, Nokia punya perusahaan patungan 50:50 dengan Siemens yang dikenal dengan sebutan Nokia Siemens Networks (NSN)yang menjual peranti jaringan telekomunikasi. Saat itu NSN telah berhasil melakukan turnaround dan program penurunan biaya sehingga kinerjanya terus meningkat. jadi, mana yang mesti dipilih?

Dalam kondisi seperti itu, Bill Gates dkk. datang. Dan sewaktu para petinggi Microsoft menyatakan ketertarikannya untuk mengambil alih bisnis peranti mobile milik Nokia, Chairman Nokia Risto Siilasmaa mengambil inisiatif yang drastis. Selama enam bulan, dia dan tim eksekutif Nokia mengevaluasi sejumlah alternatif serta membuat kesepakatan yang secara radikal mengubah arah perjalanan Nokia: menjual bisnis peranti mobile ke Microsoft. Taka da lagi romantisme tentang Nokia sebagai jagoan ponsel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun