Di era digital, media sosial telah menjadi komponen penting dalam kehidupan anak muda. Selain berfungsi sebagai platform untuk berekspresi dan berkomunikasi, situs media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter juga berdampak pada bagaimana anak muda berinteraksi satu sama lain melalui komunikasi intrapersonal. Media sosial memiliki banyak keuntungan, termasuk konektivitas yang mudah, akses informasi, dan ruang kreatif, tetapi juga memiliki kekurangan, terutama dalam hal kesehatan mental dan komunikasi internal.
Penggunaan media sosial yang berlebihan sering kali memengaruhi komunikasi intrapersonal, yang merupakan percakapan internal yang menentukan kesejahteraan psikologis dan persepsi diri seseorang. Kaum muda memiliki kecenderungan untuk membandingkan diri mereka sendiri dengan cita-cita yang tidak mungkin tercapai ketika mereka terus menerus terpapar dengan gaya hidup orang lain yang tampaknya ideal di media sosial. Pembicaraan negatif tentang diri sendiri, seperti "Saya tidak cukup baik" atau "Hidup saya tidak seindah orang lain," dapat dipicu oleh hal ini. Jika dibiarkan, pola komunikasi intrapersonal seperti ini dapat menyebabkan kecemasan, keputusasaan, dan penurunan rasa percaya diri.
1.Komunikasi Intrapersonal
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak muda di era digital. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter menawarkan ruang untuk berbagi cerita, mencari informasi, hingga membangun jejaring sosial. Namun, di balik manfaatnya, media sosial juga memengaruhi komunikasi intrapersonal---dialog internal yang berlangsung dalam pikiran seseorang. Anak muda yang sering terpapar media sosial cenderung mengembangkan pola pikir yang dipengaruhi oleh perbandingan sosial, validasi eksternal, dan ekspektasi masyarakat maya, yang semuanya berdampak pada kesehatan mental mereka.
Komunikasi intrapersonal, atau cara seseorang berbicara kepada dirinya sendiri, menjadi fondasi dalam membangun citra diri yang sehat. Namun, media sosial sering kali menjadi pemicu dialog internal yang negatif. Misalnya, melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial dapat memunculkan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri. Hal ini sering kali memperkuat self-talk yang merendahkan diri, seperti pikiran "Aku tidak cukup baik" atau "Aku selalu kurang dibandingkan dengan orang lain." Jika tidak dikelola dengan baik, pola komunikasi intrapersonal semacam ini dapat mengarah pada gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Sebaliknya, media sosial juga memiliki potensi untuk mendukung komunikasi intrapersonal yang positif jika digunakan dengan bijak. Akun-akun yang mempromosikan kesehatan mental, motivasi, dan self-love dapat menjadi sumber inspirasi bagi anak muda. Namun, ini membutuhkan kemampuan untuk menyaring informasi secara kritis dan menghindari terjebak dalam lingkaran konten yang merugikan. Dalam hal ini, kesadaran diri dan pengelolaan komunikasi intrapersonal menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan antara penggunaan media sosial dan kesehatan mental.
Hubungan antara komunikasi intrapersonal dan kesehatan mental juga terlihat dalam cara anak muda mengelola ekspektasi dari media sosial. Ketika seseorang terlalu fokus pada jumlah likes, komentar, atau followers, komunikasi intrapersonal mereka sering dipenuhi dengan kekhawatiran akan penerimaan sosial. Ketergantungan pada validasi eksternal ini dapat menciptakan tekanan psikologis yang berlebihan, sehingga mengurangi rasa percaya diri dan meningkatkan stres.
Selain itu, media sosial sering kali menciptakan ilusi tentang standar kebahagiaan dan kesuksesan yang tidak realistis. Anak muda yang terpapar standar ini cenderung membandingkan diri mereka dengan kehidupan orang lain yang dikurasi secara sempurna di media sosial. Hal ini dapat memperburuk komunikasi intrapersonal negatif, seperti munculnya rasa iri, kecemasan sosial, dan perasaan tidak berharga. Dalam jangka panjang, efek ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk membangun hubungan sehat, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
Namun, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk memanfaatkan media sosial secara lebih sehat. Anak muda perlu diajarkan untuk mengembangkan keterampilan refleksi diri yang baik, seperti mengenali pola komunikasi intrapersonal yang merugikan dan menggantinya dengan afirmasi positif. Selain itu, mengurangi waktu penggunaan media sosial dan memperbanyak interaksi langsung dengan keluarga dan teman juga dapat membantu mengurangi dampak negatifnya terhadap kesehatan mental.
Orang tua, pendidik, dan masyarakat memiliki peran penting dalam membantu anak muda memahami dampak media sosial terhadap komunikasi intrapersonal mereka. Edukasi tentang literasi digital dan pentingnya menjaga dialog internal yang positif dapat menjadi salah satu langkah preventif. Dengan membangun kesadaran akan pengaruh media sosial, anak muda dapat lebih siap menghadapi tekanan sosial yang muncul dari dunia maya.
Kesimpulannya, hubungan antara media sosial, komunikasi intrapersonal, dan kesehatan mental anak muda sangat kompleks. Media sosial dapat menjadi pedang bermata dua---baik sebagai alat yang memperkuat komunikasi intrapersonal positif maupun sebagai pemicu dialog internal negatif. Oleh karena itu, penting untuk membangun keseimbangan dalam penggunaan media sosial dan terus mengasah kesadaran diri agar kesehatan mental tetap terjaga.
2.Dampak buruk media sosial terhadap kesehatan mental
Jejaring sosial memiliki kelebihan, tetapi ada juga kekurangan yang harus dipertimbangkan. terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental generasi muda. Berikut ini adalah beberapa efek utamanya:
a.Fenomena kecemasan sosial dan FOMO (takut ketinggalan)
Salah satu efek yang paling signifikan dari media sosial adalah fenomena Fear of Missing Out (FOMO). Ketika anak muda melihat unggahan orang lain tentang pencapaian, perjalanan, atau saat-saat menyenangkan, mereka sering merasa tertinggal. Emosi ini dapat membuat Anda merasa cemas dan kurang percaya diri.
Ketika seseorang melihat teman-temannya memposting foto-foto dari liburan mereka atau kesuksesan akademis mereka, misalnya, mereka bisa merasa bahwa hidup mereka kurang menarik. Pada kenyataannya, tidak semua yang diposting di media sosial menggambarkan dunia secara akurat.
b.Gangguan Pola Tidur
Gangguan tidur adalah salah satu konsekuensi yang paling sering terjadi akibat penggunaan media sosial. Hingga larut malam, banyak orang terpaku pada perangkat mereka, menggulir tanpa henti. Melatonin, hormon yang mendorong tidur, juga diketahui terhambat oleh cahaya biru dari layar gadget.
Akibatnya, anak muda sering mengalami kurang tidur, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik mereka. Kurang tidur meningkatkan kemungkinan kecemasan dan depresi selain membuat Anda lelah.
c.Perundungan online
Perundungan online sering terjadi di platform media sosial. Ancaman, hinaan, dan komentar negatif di media sosial dapat menyebabkan gangguan emosional yang parah, terutama pada anak muda yang masih dalam tahap perkembangan.
Korban cyberbullying lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan, putus asa, dan bahkan melukai diri sendiri, menurut sebuah penelitian. Anonimitas dunia maya sering kali memberi pelaku kepercayaan diri untuk menyakiti orang lain tanpa takut akan akibatnya.
d.Ketergantungan pada Media Sosial
Ketergantungan pada media sosial adalah masalah parah yang sering kali tidak terdiagnosis. Anak muda sering mengirimkan sesuatu, memeriksa notifikasi, atau hanya menjelajah tanpa tujuan selama berjam-jam. Ketergantungan seperti ini dapat menghambat hubungan tatap muka dan menurunkan produktivitas.
Selain itu, kecenderungan untuk melakukan banyak hal yang muncul dari penggunaan media sosial juga dapat membuat mereka lebih sulit untuk fokus. Dengan demikian, anak muda mungkin akan kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugas penting atau mewujudkan tujuan jangka panjang mereka.
1.Cara untuk Menangkal Dampak Buruk Media Sosial
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif media sosial:
a.Instruksi tentang Literasi Digital
Pengetahuan tentang penggunaan media sosial yang tepat harus ditanamkan sejak dini. Penting untuk mengajarkan generasi berikutnya bahwa tidak semua yang mereka lihat di media sosial itu akurat. Selain itu, sangat penting bagi mereka untuk memahami bahaya penggunaan media sosial yang berlebihan.
b.Lakukan Pembersihan Digital
Mengurangi ketergantungan pada media sosial dapat dilakukan dengan melakukan detoksifikasi digital. Menyisihkan waktu-waktu tertentu, seperti sebelum tidur atau saat makan malam, untuk menghindari penggunaan media sosial, misalnya, dapat membantu menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan online dan offline.
c.Ciptakan Kegiatan yang Praktis
Pengganti yang baik untuk penggunaan media sosial adalah terlibat dalam kegiatan dunia nyata seperti olahraga, seni, atau pelayanan masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan, tetapi juga membina hubungan sosial dan meningkatkan kepuasan.
d.Memanfaatkan Media Sosial Secara Seimbang
Banyak perangkat memiliki fitur waktu layar yang dapat digunakan untuk melacak dan membatasi penggunaan media sosial. Selain itu, pengalaman pengguna dapat ditingkatkan dengan mengikuti akun-akun yang menawarkan konten yang instruktif dan ceria.
e.Dapatkan Bantuan Ahli
Mencari bantuan dari psikolog atau konselor adalah langkah yang cerdas jika efek merugikan dari media sosial mulai mengganggu kesehatan mental Anda. Konseling atau terapi dapat membantu orang dalam mengatasi masalah mereka dan menawarkan mekanisme mengatasi tuntutan media sosial.
Jika digunakan dengan benar, media sosial dapat menjadi alat yang sangat membantu. Kaum muda dapat terhubung, belajar, dan memanfaatkan peluang baru berkat media sosial. Namun, efek sampingnya seperti Jika penggunaan media sosial tidak dipantau, hal ini dapat menyebabkan kecanduan, masalah tidur, dan kecemasan sosial.
Oleh karena itu, sangat penting bagi generasi muda untuk memahami pentingnya menggunakan media sosial dengan cara yang sehat. Efek buruk dari media sosial dapat dikurangi dengan mengambil langkah-langkah seperti literasi digital, detoksifikasi media sosial, dan mendapatkan bantuan profesional.
Adalah tugas kita sebagai pengguna untuk merancang pengalaman online yang konstruktif dan menyeluruh. Dengan cara ini, alih-alih menjadi penyebab stres atau masalah, media sosial dapat menjadi alat yang mendorong kesejahteraan dan pertumbuhan pribadi.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengedukasi pembaca-khususnya generasi muda-tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dalam menghadapi gaya hidup yang semakin digital. Dengan menyadari manfaat dan bahaya media sosial, diharapkan generasi muda dapat mengambil keputusan yang tepat untuk membuat pengalaman digital yang sehat.
Temukan artikel menarik lainnya di https://bk.unesa.ac.id
Referensi:
Nugraeni, A. (2024). Peran Media Sosial dalam Pembentukan Identitas Sosial Anak Muda. LANCAH: Jurnal Inovasi dan Tren, 2(1), 142-147.
Irawan, S. (2017). Pengaruh konsep diri terhadap komunikasi interpersonal mahasiswa. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(1), 39-48.
Husna, N. (2018). Dampak media sosial terhadap komunikasi interpersonal pustakawan di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Libria, 9(2), 183-196.
Putri, M. D. (2018). Hubungan Kecanduan Media Sosial Dengan Kualitas Komunikasi Interpersonal Pada Usia Dewasa Awal. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Amorrose, A. R. (2022). Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Dengan Komunikasi Interpersonal Pada Remaja Di Kota Medan.
Darmawan, C., Silvana, H., Zaenudin, H. N., & Effendi, R. (2019). Pengembangan hubungan interpersonal remaja dalam penggunaan media sosial di Kota Bandung. Jurnal Kajian Komunikasi, 7(2), 159-169.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H