Mohon tunggu...
Al Muh
Al Muh Mohon Tunggu... -

Penulis best seller di dunia lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Waktunya Mati, Sayang

16 November 2016   11:34 Diperbarui: 16 November 2016   13:48 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam di sebuah Kafe.

"Sayang, aku punya sesuatu buat kamu." Kata si wanita.

"Oh ya, apa itu?" Tanya si pria dengan wajah antusias.

"Ini sayang." Si wanita menyodorkan sebuah jam tangan.

"Wah, kok kamu tahu aku lagi pengen jam tangan?"

"Tahu dong. Aku pakaikan ya?"

Si pria mengulurkan tangan, lalu si wanita mengenakan jam tangan itu dilengan kiri si pria.

"Makasih ya sayang. Bagus jamnya, aku suka."

"Sama-sama. Jam ini unik lho sayang. Ada timer nya."

"Timer?"

"Iya, sini coba aku atur dulu timer nya."

Si pria kembali mengulurkan tangannya. Si wanita mulai menekan-nekan tombol yang ada pada jam tangan itu untuk mengatur timer.

"Aku atur waktunya ke tanggal kamu lamar aku ya." Kata si wanita. "Tapi kapan kamu mau melamar akunya?"

Si pria terdiam sejenak. "Sayang..."

"Sstt... aku gak mau tahu, kapan kamu akan melamarku?" Tanya si wanita lagi.

Dengan nada ragu, si pria berkata, "Tahun depan."

"Tepatnya?"

"Hm, bulan Juni mungkin."

"Baiklah, akan aku atur waktunya ke tanggal 30 Juni 2017 ya?"

"I...iya." Jawab si pria dengan ragu.

"Nah, ini dia uniknya jam tangan ini sayang. Nanti tepat tanggal 30 Juni 2017, pukul 00.00, jamnya akan berhenti. Dan, Boom... dia akan meledak."

"Hahaa... Kamu bisa aja!"

"Beneran meledak. Dan kamu akan mati sayang."

"Kamu bercanda..." Kata si pria tak percaya.

"Untuk sebuah lamaran aku bercanda? Kalau sampai lewat tanggal itu kamu belum melamar aku, kamu akan meledak."

Si pria coba membuka jam tangan yang menglingkar di tangannya itu, tapi tidak bisa. Detik timer pada jam tangan itu mulai berjalan.

"Ini bercanda kan?" Tanya si pria mulai was-was.

"Ini serius. Mau coba gambling sayang? Waktu kamu masih ada sekitar 231 hari lagi dari sekarang. Hanya ada dua hasilnya, kamu mati sia-sia atau hidup bahagia."

"Ta..tapi kenapa harus seperti ini? Kenapa harus bermain-main dengan nyawa?"

"Manusia akan selalu bermain-main sayang, terutama dengan waktu, karena Tuhan menyembunyikan waktu itu. Sekarang, anggap saja Tuhan sudah memberitahumu kapan waktumu akan berhenti."

Persembunyian, 16 November 2016

Almuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun