Mohon tunggu...
Al Muh
Al Muh Mohon Tunggu... -

Penulis best seller di dunia lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dompet Kulitmu

18 Oktober 2016   00:05 Diperbarui: 18 Oktober 2016   00:12 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pabrik dompet?” Tanya pak Kiyai. “Yang rumah kosong itu?”

“Iya pak Kiyai.”

Pak Kiyai menatapku. Tatapannya tidak bisa terbaca maksudnya apa. Tapi aku menyimpulkan itu adalah eksperesi terjekut.

“itu kok bisa bangkrut  pak Kiyai? Padahal dompetnya bagus.”

“Pemiliknya sudah meninggal dunia, bunuh diri.”

“Innalillahi, kok bisa paj Kiyai?”

“Iya. Waktu itu si pemilik pabrik hendak ditangkap polisi karena telah membunuh kekasihnya dan mengulitinya untuk dijadikan dompet. Polisi menduga si pemilik pabrik terkena gangguan jiwa. Karena takut dan frustasi, si pemilik pabrik malah menggorok lehernya sendiri.”

Aku mengeluarkan dompet dalam saku. Memegangnya dengan gemetar.

“Jadi dompet ini dari kulit kekasihnya?”

Pak Kiyai tidak menjawab. Hanya melihat dompet itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun