Salah satunya, dengan menetapkan usia terbaik menikah, yaitu 27 tahun untuk laki-laki dan 25 tahun untuk perempuan. Tapi, kadangkala usia pasangan suami-istri menikah tak menjamin mereka akan otomatis menjadi orang tua hebat. Biasanya, menjadi orang tua hebat berasal dari faktor keturunan, yaitu orang tua mereka dulu harus hebat dalam mendidik mereka. Untuk menjadi orang tua hebat, tak semata-mata sekadar menjadi orang tua bagi si anak, karena dalam beberapa kondisi tertentu, mereka harus menjadi teman anak-anak, menjadi guru bagi anak-anak atau menjadi panutan bagi mereka.
Apalagi, di dunia yang terus berkembang dan berubah ini, orang tua perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Untuk menjaga anak-anak dari pengaruh buruk media, maka mereka pun harus tidak terpengaruh dengan media. Mereka perlu menjaga tontonan di hadapan anak-anak. Dengan menjaga perilaku mereka, anak-anak dengan sendirinya akan mengikuti.
Sesibuk apapun orang tua, mereka harus hadir dalam setiap jenjang pertumbuhan anak-anaknya. Orang tua boleh bekerja dan lembur, tapi mereka harus selalu menyempatkan diri hadir dalam momen-momen penting pertumbuhan anak-anaknya. Dewasa ini, banyak muncul di pemberitaan, orang tua sibuk dengan gadget masing-masing, sehingga komunikasi dengan anak-anak menjadi berkurang. Mereka lebih asik dengan dunia mereka sendiri, sementara anak-anak mereka masih membutuhkan kasih sayang.
Orang tua tak boleh melepaskan tanggung jawab membangun karakter anak-anak mereka semata-mata kepada guru di Paud, TPA atau di sekolah. Mereka harus memulai dari rumah, dan oleh mereka sendiri. Ingat, perilaku anak-anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana perilaku orang tua mereka. Orang tua adalah model pertama yang dilihat dan ditiru oleh anak-anak. Memiliki rumah yang nyaman tentu saja sebuah berkah.
Dengan memiliki keluarga hebat, saya pikir kita tak perlu takut menghadapi berbagai perkembangan dunia yang terus berubah itu, apalagi takut dengan bonus demografi. Sebab, sejak kecil, mulai dari keluarga, kita sudah mempersiapkan generasi tangguh, sebagai modal membangun bangsa yang tangguh pula. Dari rumah, kita sudah menyiapkan sendi yang kokoh, sekaligus menjaga moral mereka sejak kanak-kanak. Saya pikir, dengan berbagai langkah yang kita lakukan, seperti disinggung di atas, maka pepatah yang dikutip di awal tulisan ini menjadi relevan. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H