Aceh sedang ‘demam’ giok. Kalau tak percaya, cobalah jalan malam-malam di Banda Aceh, kita pasti akan menjumpai penjual batu mulia itu di setiap sudut kota. Para penjual menaruhnya di badan jalan dengan penerangan seadanya. Orang-orang berkerumun. Ada yang ingin membeli, ada yang sekadar melihat-lihat. Begitulah trend yang sedang tumbuh di Aceh.
Tak hanya itu, di warung-warung kopi orang biasa menjaja dan menganalisa batu. Dari yang sekadar paham batu sampai kepala batu (pura-pura paham filosofi batu). Agar tak dianggap buta soal batu, sesekali cobalah ambil batu yang dibawa kawan dan berpura-pura saja menyenternya. Boleh pakai lampu kamera handphone atau senter di handphone nokia jadul. Kalau tidak, maka anda akan dianggap tidak gaul.
Karena lagi ‘demam’ batu, maka gaya hidup orang pun berubah. Ada yang memakai batu cincin di semua jari seperti dalam baliho Abu Usman Indocrase yang begitu mudah kita temui di lokasi pemasangan iklan. Jari tangan pun tak lagi cukup untuk memakai cincin. Mereka pasti tak berharap jari tangannya tak lagi berjumlah sepuluh, seperti jumlah normal.
Dulu, ada anekdot yang berkembang, seorang calon penumpang L300 atau bus, datang ke terminal memesan tiket. Si penjaga loket, tanpa bertanya dan menoleh ke si pemesan tiket, langsung saja menuliskan kota tujuan si calon penumpang di tiket. Dari: Banda Aceh. Tujuan: Bireuen. Ya, orang Bireuen  terkenal sebagai pengguna batu cincin besar-besar di jari, jauh sebelum demam giok melanda.
Kini, demam giok tersebut bahkan menjalar hingga ke luar Aceh. Ada teman yang berpesan agar dicarikan batu giok Aceh. Ini tentu saja berat. Karena saya tak termasuk orang yang gila batu giok. Mudah-mudahan kegairahan sesaat itu tak dirampas oleh penguasa dengan melarang masyarakat menambang batu mulia dan berjualan di tempat-tempat gelap pinggiran jalan. Biarlah rakyat senang dan bahagia. Karena berharap perhatian pemerintah, yang ada hanya sakit (hati).
Note: tulisan ini sudah diposting juga di blog penulis www.sulih.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H