Mohon tunggu...
Agung Laksono
Agung Laksono Mohon Tunggu... Guru - Putune mbah nun

Tulisanku terkadang kontradiksi dari yang kita imani sebagai norma selama ini tapi sebenarnya itu hanya sebuah paradoks yang merepresentasikan kehidupan dari sudut pandang yang jarang dilirik, memaknai peristiwa bukan sekedar menceritakan kejadian. Agung Laksono

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Etika Lingkungan dan Kemunafikan

11 Februari 2024   01:45 Diperbarui: 11 Februari 2024   02:01 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Etika Lingkungan dan Kemunafikan

Etika Ndasmu ? Apakah Etika penting ? Apakah Etika Lingkungan itu jangan-jangan kita beretika hanya untuk kemunafikan.

Saya tidak ingin mengurui atau minteri tapi sekedar ingin agar pembaca bisa berdiskusi tentu bukan hanya sekedar memakai sudut pandang kepercayaan kita tetapi dengan melihat dari prespektif lain.

Dan mari kita mencoba untuk berpikir critical thinking, bahwa orang lain mungkin memiliki pandangan yang berbeda dan tentu tugas kita adalah menerima informasi sebanyak-banyaknya karena tidak ada siapapun yang harus percaya kepada pemberi informasi dan harulah bertabayun terlebih dahulu dan memfilter informasi tersebut. Tidak mungkin kita hanya berpegang kepada kebenaran kita percaya sekarang tetapi harus dievaluasi dan memikirkan kembali bukankah manusia adalah makhluk yang berakal ?

Disini saya bertanya ?

Apakah membabat hutan untuk logging dan pertambangan atau kegiatan lain yang dapat merusak lingkungan  adalah tindakan yang tidak mencerminkan etika lingkungan ?

Mari kita ulas apa itu etika dan apa itu lingkungan. Etika berasal dari bahasa "ethikos" yang berarti sesuatu yang timbul dari kebiasaan sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu disekitar organisme yang mempengaruhi hidup organisme itu.

Semua itu tergantung bagaimana sudut pandang dan etika sebagai manusia terdapat lingkungan.

Ketika dia berpihak kepada konsep antroposentris bahwa manusia adalah puncak dari rantai makanan dan berhak untuk mengatur, mengusai dan mengambil manfaat terdapat alam sekitar yang ditinggalinya tentu kegiatan tersebut adalah termasuk dari sifat yang tidak mubandzirkan nikmat Tuhan dan bahkan UUD 1945 bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesarnya untuk kemakmuran rakyat. Tentu undang-undang kita sangat antroposentris sekali tapi bukan itu fokus dalam tulisan ini.

Tapi ketika dia berpihak pada biosentris bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi moral, singkatnya mempertahankan serta memelihara kehidupan adalah kebaikan sedangkan merusak adalah jahat secara tidak bermoral. Pertambangan pasti merusak membuka vegetasi hutan, mengubah bentang lahan yang mengakibatkan sedimentasi dan erosi.

Apakah etika hijau selamanya baik ? pernah ada Suku Chenchu dari india yang sudah tinggal di hutan selama ratusan tahun kemudian diusir dari tempat mereka mencari makan yang pada dasarnya mereka hanya mengambil buah-buahan di hutan kemudian pemerintah india mengusir mereka dengan alasan untuk melestarikan harimau dengan mendirikan Taman Nasional.

 Ada yang menarik juga ketika para pengiat lingkungan ingin menyelamatkan bumi dari sampah dengan menciptakan inovasi sedotan dari kertas yang biodegradable padahal pada nyatanya justru lebih berbahaya bagi kesehatan manusia. Saya pernah mendengar di salah satu podcast yang paling banyak di tonton di tanah air. Jangan sampai kita menyelamatkan penyu dari sampah tapi mengorbankan nyawa manusia.

Apakah kita sedang dalam kemunafikan ?

Ketika kita berpahaman ekosentrisme bahwa alam harus dilestarikan karena bisa menyebabkan ketidakseimbangan ekologis. Kita harus menjaga hutan agar tidak terjadi banjir, Kita harus mengunakan pupuk organik agar tidak menganggu rantai makan sedangkan manusia adalah puncak rantai makanan, kita  mengurangi efek rumah kaca agar iklim bisa stabil dan nantinya kembali lagi kepada keuntungan manusia yaitu suhu tersebut layak bagi tanaman pangan untuk tumbuh . Etika Ekosentris adalah etika yang menuntut balas budi dan sekarang masifnya gerakan jasa lingkungan dan bisnis lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun