Dokpri
                                                                           Dokri
Dulu Presiden Joko Widodo yang akrab dengan panggilan Jokowi sangat memukau. Semasa menjabat Walikota Solo, kekaguman atas prestasi dan gaya kepemimpinan Beliau dibicarakan dari mulut ke mulut dan viral di pelbagai media. Prestasi Beliau yang paling viral ketika itu adalah development proto type Mobil Esemka.
Ketika menjabat sebagai Gubernur DKI berpasangan dengan Ahok (Basuki Tjahja Purnama), kharisma Beliau tambah mencuat. Kharisma ini tambah mencuat lagi ketika berduet dengan JK sebagai Wapres dalam periode 2014 - 2019. Sayangnya kharisma dan pesona Jokowi mulai menurun pada awal masa jabatan Presiden Jokowi - Ma'ruf Amin.Â
Lebih miris lagi, Wabah Pandemi Korona mengungkap sisi lain dari sosok Presiden Jokowi. Beragam kebijakan dan pernyataan Beliau dalam kondisi Korona yang masih sangat parah sejauh ini memperlihatkan gaya kepemimpinan Tut Wuri Handayani.Â
Gaya kepemimpinan Tut Wuri Handayani ini dalam pengertian universal adalah Gaya kepemimpinan lemah atau a weak leadershi style. Gaya kepemimpinan yang lebih banyak mendengarkan dan bekerja atas saran dan nasehat para menteri kabinet dan para pejabat negara yang lain.
Gaya ini paling tepat jika berpasangan dengan sosok wakil yang memiliki gaya Strong Leadership seperti Ahok dan JK. Selain itu, gaya kepemimpinan nasional yang lemah ini masih dapat sukses jika diterapkan dalam sistem presidensiil utuh.Â
Maksudnya seorang presiden memiliki hak prerogatif penuh dalam memilih dan memberhentikan para menteri kabinet dan para pejabat tinggi negara yang lain.
Kondisi Presiden Jokowi sekarang lebih tepat dikatakan sebagai A Right Man In The Wrong Place. Kondisi ini juga mendorong banyak pihak mengevaluasi kembali capaian kerja sosok Wong Solo ini yang tadinya juga viral dengan narasi Kerempeng Tenaga Banteng.Â
Penulis, misalnya, melihat ada kesalahan besar Presiden Jokowi selama masa pemerintahan jilid 1 dan tetap berlanjut dalam jilid 2 sekarang ini. Kesalahan besar, jika tidak ingin dikatakan sebagai sangat besar, dan oleh karena itu dapat dikatakan sebagai dosa besar.Â
Dosa besar karena Presiden Jokowi gagal dan/atau abai dalam melaksanakan perintah konstitusi UUD45 untuk memelihara seluruh fakir miskin dan anak terlantar. Presiden Jokowi juga gagal dan/atau abai atas perintah konstitusi untuk mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia.Â