Lagu Oemar Bakri mengisahkan pegawai negeri, sekarang aparatur sipil negara (ASN), yang bekerja naik sepeda butut. Lagu ini  yang sempat ngehit di tahun 70an dan masih sering terdengar hingga 80an merupakan sindiran atas profil umum pegawai negeri ketika itu yang miskin dan kumal.Â
Kehidupan Pegawai dan Pejabat Sektor Publik di Era Orde Baru
Kehidupan pegawai negeri, juga aparatur sektor publik yang lain termasuk BUMN, mulai membaik diawal Repelita I atau sekitar tahun 1970 - 1971. Di Era Orde Baru (Orba) ini kebutuhan beras dan lauk pauk mereka sudah dijamin negara. Di tahun-tahun ini banyak terlihat sepeda kumbang Oemar Bakri sudah berganti dengan sepeda motor plat merah, yang ketika itu belum banyak orang  yang punya sepeda motor.
Kehidupan ASN terus membaik dalam Repelita berikutnya. Rezim orde baru banyak sekali membangun rumah dinas dan/atau rumah untuk ASN (sekali lagi termasuk sektor publik yang lain termasuk BUMN) seiring dengan lonjakan pertambahan jumlah ASN yang juga antara lain disulut oleh kepentingan untuk memperbesar dukungan mono loyalitas pada Golkar.Â
Di era Repelita ini pegawai sektor publik sungguh menjadi anak emas negara dan senandung lucu Oemar Bakri perlahan-lahan tidak terdengar lagi. Mereka, sebagian besar Oemar Bakri sudah memiliki rumah yang besar dan bagus, sebagian bahkan memiliki rumah dan mobil mewah, serta berbagai properti lain yang mahal. Â
Terkurasnya Sumber Daya Alam Indonesia di Era Orba
Menariknya, di era Repelita Orde Baru ini, utang negara sangat kecil. Namun, mirisnya, sumber daya alam Indonesia terkuras dengan kecepatan yang sangat menakjubkan. Misalnya, di awal Repelita I Indonesia masih menjadi Top Eksportir minyak bumi dan kemudian Indonesia diangkat sebagai Presiden OPEC, organisasi negara-negara eksportir minyak bumi. Di akhir era Repelita atau akhir era Orde Baru, minyak bumi sudah terkuras habis dan Indonesia terperosok menjadi net importir minyak bumi.
Hal yang serupa terjadi di banyak sumber daya alam Indonesia yang lain. Misal, hutan tropis yang diawal Repelita I masih yang terbesar di dunia masih demikian rimbun dan perawan, tetapi diakhir Repelita hampir seluruh hutan tropis Indonesia sudah gundul dan menjadi lahan kritis.Â
Ketidakadilan Sosial Ditengah Wabah Corona
Menakjubkan memang. Nasib pegawai sektor publik, katakan saja Oemar Bakri, semakin membaik di era Reformasi. Misalnya, Oemar Bakri yang bekerja kurang dari 10 tahun banyak yang sudah memiliki rumah sendiri dan ini sangat jarang untuk pegawai swasta. Yang bekerja kurang dari 20 tahun banyak yang sudah berpenghasilan sekitar Rp25 juta per bulan sedangkan pegawai sektor swasta umumnya baru mendapatkan penghasilan  sekitar Rp10 juta per bulan.Â
Lebih seru lagi, untuk ASN yang sudah bekerja diatas 20 tahun, banyak sekali yang berpenghasilan sekitar Rp80 juta per bulan. Sedangkan untuk sektor swasta, sudah mencapai penghasilan Rp20 juta saja sumringah nya sudah demikian besar.
Mereka, sebagian besar loh, tambah sumringah lagi di zaman wabah Corona ini. Work from home atau dirumah aja, ngak ngapa-ngapain, tetapi penghasilan tidak berkurang. Gaji dan tunjangan-tunjangan ASN, termasuk semua sektor publik yang lain yang juga mencakup pegawai BUMN, tidak berkurang sepeser pun. Ini sesuai dengan keputusan Menpan RB, Tjahjo Kumola, yang menyatakan bahwa semua gaji dan tunjangan ASN, saya yakin ini berlaku bagi semua pejabat negara (sektor publik) yang lain termasuk BUMN, tetap seperti semula dan tidak ada potongan sama sekali.
Di sisi lain, para pekerja sektor swasta termasuk sektor informal dan UMKM sangat menderita. Jutaan orang kena PHK atau dirumahkan tanpa dibayar. Jutaan orang yang lain mengalami penurunan pendapatan yang sangat besar dan bahkan banyak juga yang sudah tidak memiliki penghasilan lagi.Â
Tidak jelas apakah mereka akan dapat atau tidak dapat bantuan sosial (Bansos) dari pemerintah. Paket sembako kecil yang hanya bisa mencukupi kebutuhan sangat dasar dalam beberapa hari saja banyak yang tidak dapat.
Oemar Bakri tambah sumringah. Jika para pekerja sektor swasta, UMKM, dan sektor informal jelas tidak bermimpi untuk dapat THR tahun ini, Oemar Bakri dijamin oleh Menteri Keuangan Sri Muljani untuk tetap dapat THR seperti tahun-tahun sebelumnya. Bukan itu saja, Bu Ani, sapaan akrab mantan Managing Director Bank Dunia ini, juga menjamin Oemar Bakri tetap dapat gaji ke 14 tahun ini. Aduh enaknya jadi Oemar Bakri.
Kondisi Oemar Bakri ini ironis dengan kondisi keuangan negara saat ini. Memang saat ini Indonesia sudah tidak banyak lagi memiliki sumber daya alam (SDA) yang berharga. Sudah tidak mungkin lagi untuk menguras SDA itu dan yang mungkin dan gampang adalah nambah utang negara. Perppu No.1 tahun 2020 memberikan perlindungan hukum untuk rezim Presiden Jokowi dalam menambah utang negara yang bisa mencapai 5% nilai PDB Indonesia (kelonggaran defisit APBN). Ini berlaku bukan untuk tahun 2020 ini saja tetapi berlaku hingga 2023.
Utang pemerintah Indonesia saat ini lebih dari Rp6.000 triliun. Intuisi penulis, utang ini akan tembus Rp10.000 triliun di tahu 2023.
Mmmm.. Oemar Bakri beruntung sekali nasib mu sekarang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H