Namun, kesombongan Trump tersebut cukup beralasan. Sombong tetapi berhasil tidak ada salahnya ya yaw. Lihat perkembangan tiga agregat ekonomi Amerika Serikat dibawah ini, yaitu: (i) pertumbuhan PDB; (ii) pergerakan Indeks harga Saham Gabungan, Dow Jones, dan (iii) upah buruh.
Kita mulai dari agregat pertama, kemudian kedua, dan terakhir yang ketiga. Bagian berikutnya adalah antisipasi atas kebijakan Trump untuk barang-barang impor asal Indonesia.
Pertumbuhan PDB
Pertumbuhan ekonomi USA robust di tahun 2019 pada tingkat 2,3 persen. Â Selain itu, rerata pertumbuhan PDB empat tahun pertama Trump jauh lebih tinggi dari yang berhasil dicapai empat tahun pertama oleh rezim Obama, yang masih mengharamkan tarif bea masuk impor tinggi.
![sumber: BBC.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/28/110934447-usgdp-nc-5e590c83097f365d513a3f03.png?t=o&v=555)
Lihat juga Indeks Dow Jones dibawah ini. Indeks ini membumbung tinggi sejak awal pemerintahan American First ini hingga Februari 2020 ini. Indeks ini tidak pernah berada di posisi yang sama lebih-lebih lebih rendah dari yang pernah dicapai oleh rezim Obama.
![Sumber: BBC.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/28/110934977-dow-jones-nc-2-5e590ce0097f3678be2d98c2.png?t=o&v=555)
Tarif rerata upah buruh dibawah rezim Trump yang akan melaju kembali dalam kontestasi Pilpres Amerika Serikat November 2020 nanti terus membaik. Kenaikan upah buruh rerata di Amerika Serikat itu pada Januari 2020 mencapai 3,12 persen yang bahkan sebelumnya pernah mencapai 3,5 persen. Keberhasilan ini tidak pernah dicapai oleh rezim presiden Amerika Serikat sebelumnya, Barack Obama.
![sumber: BBC.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/28/110937645-us-realwages-nc-4-5e590c43d541df5c4273f032.jpg?t=o&v=555)
Kebijakan Trump untuk memperluas pengenaan tarif bea masuk yang tinggi tersebut mencakup untuk lebih memperkecil defisit neraca perdagangan mereka yang pada posisi Nov 2019 masih bertengger dengan nilai defisit sebesar US$43 miliar. Walaupun demikian, ini merupakan tingkat  US Trade Deficit terendah sejak pertengahan 2016.Â
Untuk Indonesia sendiri, menurut Biro Pusat Statistik (BPS) kondisi neraca perdagangan Indonesia dan AS 2019 masih menguntungkan Indonesia. Indonesia masih mengalami surplus sebesar US$ 8,9 miliar di tahun 2019.Â