Masa-masa Keluarga Baru
Valentine day kembali datang. Sekarang ia menyapa kami pada usia perkawinan perak plus. Dua puluh lima tahun yang lalu serasa baru kemarin. Serasa baru kemarin kami menjalani kesakralan akad nikah. Â Itu 7 Januari 1995 yang silam.
Mmm ingat kembali momen-momen bersama yang tak terlupakan. Momen sedih dan putus asa serta momen bahagia sumringah.
Honey moon jelas tidak akan pernah terlupakan. Kebahagian ketika kelahiran anak pertama sayang tidak terlalu lama sebab isteri harus menjalani operasi kembali satu minggu sesudah kelahiran itu. Bagian Keuangan RS itu menolak menerima laptop sebagai jaminan karena keluar RS tidak ada uang sama sekali. Dia rupanya mahasiswa yang berasal dari Timur dan baru saja mendapatkan gelar sarjana ekonomi di kampus tempat saya memberi kuliah seusai jam kantor. Masa-masa begadang semasa usia Balita such sweet sorrow selalu dikenang.Â
Ingat juga dengan momen ketika isteri ngomel dan mengeluh. Ngomel dan mengeluh melihat banyak tetangga yang terlihat hidup lebih sejahtera. Lihat itu katanya keluarga Pak A tidak pinter-pinter benar dan pendidikan biasa-biasa saja.Â
Mereka sekarang ketika itu sudah punya mobil dan perabotan yang bagus-bagus. Kita sendiri, lanjutnya, dengan kamu yang memiliki ijazah master luar negeri gini-gini saja. Hanya cukup makan, tidak punya mobil, hanya punya sepeda. Sepeda itu bekas lagi gerutunya.
Yakinkan Isteri Tak Ada Orang Selembut dan Setulus Kita
Wah sabar say kata saya. PNS ya memang begini walaupun PNS Kementerian Keuangan. Sehat dan cukup makan sudah patut disyukuri. Jangan pernah terucap kembali untuk kembali ke orang tua, bujuk saya. Tak akan pernah dijumpai orang selembut tetapi setegas saya. Percayalah hidup kita akan lebih sejahtera. Ingat pesan Mas Soe yang berulang kali saya sampaikan...rejeki ngak kulo nuwun.
Lembut tetapi tegas dapat menyelamatkan keluarga baru yang mulai goyah. Speak up dengan isteri. Jangan ragu-ragu.
Krisis Moneter 1997/98
Krisis moneter menerpa Indonesia 1997/98 dan berlanjut dengan lengsernya Pak Harto. Banyak tetangga yang bangkrut termasuk beberapa tetangga tersebut diatas. Kami ya tetap begitu-begitu saja. Biking bersama-sama anak-anak Sabtu Minggu dan sepedanya sudah ada yang baru dan bermerk sekarang.
Sekitar 10 tahun kemudian, tahun 2005 atau 2006 momen indah yang sangat membahagiakan. Rejeki ngak kulo nuwun. Kesempatan pertama kami dengan anak kedua berkunjung ke Singapura. Anak pertama sedang tidak musim libur jadi di rumah dengan neneknya.Â
Sayang ketika itu belum ada HP apalagi smart phone dengan camera canggih. Banyak momen seru yang kami jepret dengan kamera biasa dan tersimpan di komputer di rumah sebelah. Belum diunggah di foto Google yang dapat diakses setiap saat dari mana saja.
Valantine atau Karir, Harus ada yang dikorbankan
Derap kehidupan terus berjalan. Kerja dan kerja Subuh dan tidak jarang hingga larut malam. Sering Sabtu dan Minggu juga masih di komputer. Valentine dengan isteri dan anak-anak memang terpaksa harus banyak yang dikorbankan.
Momen lebaran jelas tidak dilewatkan. Momen Natal dan Tahun Baru ke Jakarta dan luar negeri juga disempatin. Ada waktu Family Gathering yang diadakan kantor yang biasanya di luar kota seperti Anyer, Bandung, dan dan sekitar Bogor.Â
Masa-masa Awal Pensiun Sebagai ASN
Walaupun demikian, tetap saja waktu pensiun adalah yang paling banyak valentine dengan isteri dan anak-anak. Alhamdullilah di usia yang sebentar lagi 67 tahun, usia kebalikan dengan rekan kita nun jauh di sana di Benua Kanguru, Pak Tjip dan Bu Rose, tetap sehat. Tetap bangun Subuh, jalan pagi, dan masih kuat nyupir hingga ke Semarang dan Yogya.Â
Setiap pagi selalu minum ramuan tradisional yang dibuat sendiri oleh isteri. Bahannya dari berbagai rempah dan cuka apple. Hangat dan selalu bersemangat. Sejauh ini saya tidak pernah dirawat di rumah sakit. Flu dan radang ada saja tetapi cukup ke dokter biasa klinik 24 jam.Â
Waktu nulis di Kompasiana lebih banyak. Waktu berkunjung ke artikel rekan Kompasianer juga lebih banyak. Menulis sedapatnya saja, tidak begitu obsesi dengan HL walaupun jelas sangat didambakan.
Acara ngumpul tahun baru kemarin di Cipinang Indah berakhir musibah. Rumah adik itu terkena banjir dan kami baru bisa kembali ke Bogor sekitar jam 12 malam tanggal 2 Januari. Namun, siaran tv keesokan harinya ternyata banyak sekali yang jauh lebih menderita terdampak musibah banjir DKI Jakarta itu.
Lebaran tahun ini rencananya kami ngumpul di Palimo, Palembang. Ke rumah Ibu mertua dulu di Sukabumi tentunya.
Terimalah pasangan kita apa adanya
Well, mungkin juga perlu disampaikan bahwa syair lagu jadul kuterima kamu apa adanya itu yang perlu dipegang teguh dalam kehidupan suami isteri. Janga dicari salah atau kurangnya. Itu buuanyak sekali. Terima apa adanya dan jangan pernah terpikir cari yang lebih baik. Dialah yang terbaik dan tidak akan pernah bertemu dengan orang yang sebaik dia.
Berusahalah sekuat tenaga. There is will there is way.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H