Mungkin Anda terbiasa menerima hadiah natal dan tahun baru. Mungkin juga terbiasa memberi baik ke relasi bisnis maupun dengan kerabat. Dimanapun posisi Anda, hadiah Nataru itu indah dan selalu dikenang.
Bentuk hadiah Nataru juga juga beragam. Lebaran kemarin rasanya ada hadiah gratis jalan tol Trans Sumatera. Sekarang Japek Elevated juga digratiskan hingga tahun baru.Â
Namun, kasusnya berbeda dengan jalan Tol Jagorawi. Alih-alih gratis PT Jasa Marga (JM) malah menaikan tarif jalan tol Jagorawi sejak 19 Desember yang lalu.
Kenaikannya memang kecil yaitu Rp500 untuk Gol I dan Rp2.000 untuk Gol II sehingga tarif tol Jagorawi untuk kedua golongan kenderaan tersebut sekarang adalah masing-masing Rp7.000 dan Rp11.500.Â
Kenaikan untuk Gol III hingga Gol V variatif. Golongan III turun Rp1.500, Gol IV tetap tidak berubah Rp16.000, dan Gol V turun dari Rp19.500 menjadi Rp16.000
Hasil akhirnya jelas. Tambahan uang yang didapat oleh perusahaan plat merah ini sangat besar. Hitung cepat penulis menghasilkan angka 450.000 x Rp1.250 = Rp562.500.000 per hari, atau, 15 miliar sebulan, dan menjadi Rp180 miliar dalam satu tahun.Â
Banyak, bos, uang Rp 180 miliar itu. Uangnya lebih banyak lagi jika dihitung total penerimaan Jasa Marga Jagorawi. Dalam satu hari, secara rerata, mereka dapat menghasilkan uang sebesar Rp7 miliar, satu bulan Rp210 miliar dan satu tahun Rp2,5 triliun.Â
Biaya buat jalan Tol Baru sepanjang 49 KM seperti Jagorawi ini adalah Rp4,9 triliun. Ini berarti dalam waktu dua tahun, PT Jasa Marga (Persero) mampu membuat satu jalan Tol Jagorawi Baru.
Lebih jauh lagi, untuk jangka waktu 40 tahun, sejak tahun mulai beroperasinya Jagorawi, seharusnya pengelola tol plat merah ini mampu menambah jalan tol Jagorawi baru sebanyak 20 x 49 km.Â
Tapi, jalannya hanya itu-itu saja. Kemana saja ya uang ratusan triliun rupiah itu menguap?
Kita semua, terutama pengguna jasa tol Jagorawi, sebetulnya berhak untuk mengetahui uang PT JM itu. Posisi ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, Tol Jagorawi itu hampir seluruhnya didanai oleh APBN ketika dibangun dalam tahun 1980.
Kedua, PT JM adalah BUMN dan BUMN itu modalnya adalah modal negara.
Ketiga, jalan tol itu berada pada posisi pasar monopoli dan oleh karena itu tarif harus mencerminkan keadilan sosial ekonomi.
Opsi lain, seharusnya Jagorawi sudah digratiskan sejak beberapa puluh tahun yang lalu ketika posisi laba ekonomi optimal PT JM sudah tercapai. Opsi alternatif lain adalah tetap bayar tetapi dengan tingkat tarif yang hanya untuk biaya pemeliharaan.
Estimasi penulis biaya pemeliharaan jalan tol Jagorawi itu tidak akan lebih dari Rp1 miliar/km/tahun dan dengan demikian berjumlah Rp 49 miliar per tahun.
Jumlah mobil yang lewat disini dalam setahun adalah 500.000 x 360 = 180.000.000. Tarif rata tol Jagorawi  per mobil yang wajar dengan demikian adalah Rp272. Kurang dari seribu rupiah dan bukan seperti sekarang dalam kisaran Rp7.000 hingga Rp16.000,00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H