Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Sekilas Budaya Organisasi Bersih Kementerian Keuangan R.I

11 Juli 2019   11:56 Diperbarui: 17 Juli 2019   11:54 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Almarhum Prof Dr Ali Wardhana (Detik.com)

Bursa Kabinet Jokowi - Ma'ruf Amin terus bergulir. Frasa kaum milineal cerdas, eksekutor, dan manajerial unggul (sebagai kriteria utama calon menteri kabinet ini) terus diembuskan. Nama-nama yang dijagokan dan diangggap memenuhi kriteria tersebut terus berseliweran di internet, di acara talkshow TV, dan berbagai media sosial. Selain itu, banyak frasa kriteria lain dari Jokowi yang juga terus bergulir yang mencakup tidak membeda-bedakan orang partai dan kaum profesional. 

Dari banyak frasa kriteria menteri kabinet termaksud, penulis hendak menggarisbawahi keinginan Jokowi terkait harapannya supaya menteri di kabinetnya bisa memberikan rekam jejak gemilang untuk generasi mendatang. Maksudnya, menurut dugaan penulis, yang dimaksud oleh capres terpilih Wong Solo ini adalah menteri tersebut bukan saja sebagai konseptor dan eksekutor yang gemilang, tetapi perlu juga mewarisi budaya organisasi hebat pada kementerian negara yang dipimpinnya.

Mimpi Jokowi ini mengingatkan penulis dengan sosok almarhum Prof Dr. Ali Wardhana, Menteri Keuangan di Era Orde Baru selama 15 tahun (1968 - 1983). Warisan budaya organisasi hebat Wong Solo ini terkait dengan prinsip rekrutmen, penempatan, training, dan promosi serta take home income. Prinsip ini penulis sajikan berdasarkan pengalaman pribadi penulis sendiri yang berhasil lolos rekrutmen di Era Ali Wardhana tersebut dan baru pensiun bulan Agustus 2018 kemarin setelah bekerja lebih dari 40 tahun.

Begini, setelah lulus SMA akhir 1972 penulis belum berniat melanjut ke PT yang antara lain karena prestasi sekolah yang pas-pasan, gangguan kesehatan mata dan kondisi ekonomi keluarga yang tidak mendukung. Cemas berbaur frustasi, ya apa boleh buat nganggur dulu deh. Tidak ada keberanian untuk melamar ke sektor pemerintah. Bisik-bisik, belum banyak berubah seperti umumnya iklim rekrutmen CPNS sekarang, perlu sogokan uang yang banyak untuk dapat diterima.

Alhamdullilah penulis diterima di perusahaan Amerika Serikat sekitar pertengahan 1973. Kemudian sedih sekali, terpaksa disuruh mengundurkan diri karena pertimbangan kesehatan. Keterpaksaan kondisi ekonomi mendorong penulis tetap tabah dan bersemangat untuk mencari pekerjaan baru.

Beberapa bulan kemudian setelah cukup sehat kembali penulis kembali bekerja di perusahaan AS yang lain yang core bisnis perusahaan ini melakukan survei geodesic selesai dalam waktu enam bulan. Penulis sebulan sebelum job survei perusahaan ini selesai sudah pindah ke perusahaan AS yang lain dengan bisnis plant construction. Setelah bekerja sekitar dua tahun dan proyek konstruksi tersebut selesai, penulis nganggur kembali.

Rasanya, pagi hari waktu itu, ketika seorang tetangga yang dinas di KemkumHam mampir ke rumah. Dia membawah potongan iklan di harian Kompas tentang penerimaan CPNS di Kementerian Keuangan. Dikabarkannya juga bahwa masuk ke Kementerian Keuangan selain tidak pake uang juga gaji yang tinggi. Penulis menerima saran ini dan langsung mendaftar ke Depnaker setempat.

Penulis konsultasi dengan teman belajar di SMA dulu, yang sudah dua tahun bekerja di Kementerian Keuangan. Pesannya adalah kuasai buku aljabar, kuasai bahasa Inggris, dan setiap hari harus baca koran dan dengar warta berita dari RRI. Advis shohib ini penulis ikuti dan terus belajar, dengar RRI, dan baca koran setiap hari.

Jelas tidak ada liburnya, tidak pernah terpikirkan buat janji, apa lagi apel malam minggu. Belajar, makan seadanya, istirahat, belajar kembali, baru tidur. Mimpi juga berbaur halusinasi rumus dan angka aljabar serta suara-suara bahasa Inggris.

Tiga bulan kemudian waktu testing tiba, tiga bulan berikutnya hasil testing CPNS diumumkan. Seorang temen sekolah SMA dulu datang ke rumah. "Aaalmizan, kito lulus!" teriaknya di muka pintu. Emak yang lagi masak menghambur dari dapur.....takbir dan dengar berurai air mata memeluk kami bertiga. Berurai kembali air mataku mengingat ini. 

Tiga bulan berikutnya melengkapi berkas seperti ijazah, surat keterangan sehat, SKCK, dan lain sebagainya. Tiga bulan berikutnya lagi menerima surat penempatan di Setjen Kementerian Keuangan Jakarta. 

Menuju DKI Jakarta, dengan KA sekitar 10 jam, naik ferry Pelabuhan Panjang Lampung ke Merak Banten ditempuh sekitar 10 jam juga, naik bus ke terminal bus Grogol juga rasanya tidak kurang dari tujuh jam, dan sampai di rumah Om di bilangan Setiabudi Jakarta Pusat setelah tiga jam kemudian, rasanya. Sekarang jalan darat - laut itu sudah dapat ditempuh kurang dari 20 jam dan tidak lagi sekitar 30 jam.

Setahun yang lalu penulis pensiun dari Kementerian Keuangan RI dalam usia 65 tahun dengan jabatan terakhir sebagai Peneliti Utama dan dengan pangkat IV/d serta masa kerja lebih dari 40 tahun. Penulis menduduki berbagai posisi, menerima berbagai penghargaan dan mendapat beasiswa untuk mendapatkan gelar Master di Amerika Serikat, serta ditugaskan untuk mengikuti berbagai training dan workshop dalam dan luar negeri.

Ke semua itu dilalui dalam budaya organisasi Kementerian Keuangan yang transparans, akuntabel, dan jelas tidak ada kongkalikong sama sekali. Budaya organisasi yang diwariskan oleh Alumni UI dan Alumni CSU Berkeley California USA, yang dilahirkan 6 Mei 1928 di Solo, Jawa Tengah.

Budaya organisasi yang hebat ini terus dilanjutkan oleh pimpinan Kementerian Keuangan yang selanjutnya. Beliau digantikan oleh J.B. Sumarlin, kemudian dilanjutkan oleh Oleh Radius Prawiro, dan seterusnya hingga Boediono dan Sri Muljani Indrawati.

Rekam jejak Boediono yang disalin dengan tinta emas adalah UU yang membatasi defisit APBN tidak boleh melebihi tiga persen PDB. Sedangkan rekam jejak tinta emas Sri Muljani Indrawati mencakup Skim Remu yang diperluas untuk seluruh Kementerian dan Lembaga Negara.

Walaupun demikian, budaya organisasi berkelas dunia almarhum Prof. Dr. Ali Wardhana belum banyak diadopsi oleh Kementerian dan Lembaga Negara yang lain. Rekrutmen, penempatan, training, dan promosi masih merupakan isu besar di sebagian, jika tidak di sebagian besar, kementerian dan lembaga negara yang lain. Ini merupakan PR berat bagi Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin.

Lihat juga: PR Karut Marut BUMN Jokowi - Ma'ruf Amin
atau, Membaca Peta Politik Sapi Pasca Keputusan MK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun