Kurangnya muatan analitis dalam pendidikan kita. Seingat penulis dalam pelajaran sejarah, kewarganegaraan, dan lainnya peserta didik lebih banyak dituntut untuk menghafal. Misalnya, soal ujian menanyakan kapan Perang Diponegoro terjadi, kapan perjanjian Linggarjati ditandatangani, dan seterusnya dan seterusnya.Â
Jarang, jika ada, misalnya soal ujian yang menanyakan kenapa perang itu terjadi dan/atau kenapa Pangeran Diponegoro lebih menggunakan taktik perang griliya.Â
Lebih jauh lagi, jarang ada pelajaran yang mengupas secara rinci, misalnya, tentang tugas pokok dan fungsi kepala daerah. Yang banyak dibahas atau disajikan mencakup struktur organisasi Pemda serta luas wilayah dan jumlah penduduk. Stop hanya disitu dan tidak ada pembahasan lebih jauh yang bersifat analitis.
Kompasianer. Penulis yakin banyak Kompasianer yang punya alasan-alasan lain yang lebih nendang. Injih monggo ditunggu. Matur sembah nuwun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H