Mohon tunggu...
Kang Mizan
Kang Mizan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

May Day, Kilas Balik dan Pesan untuk Presiden Terpilih 2019

30 April 2019   22:49 Diperbarui: 1 Mei 2019   09:42 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Smiley MayDay (pinclipart.org)

Besok, 1 Mei 2019 adalah hari libur nasional di banyak negara termasuk Indonesia. Beberapa federasi buruh Indonesia seperti biasanya akan menggelar demo di pelbagai kota besar dan Jakarta adalah pioner nya. 

Di Jakarta, menurut Kompas.com, klik disini,  sejumlah isu yang akan disuarakan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mencakup tuntutan untuk menghapus PP No.78/2015 yang ditandatangani oleh Presiden Jokowi. Menurut mereka PP 78/2015 menghambat kenaikan upah buruh dan daya beli buruh dan masyarakat jatuh.

Beberapa tuntutan lain merupakan lanjutan tuntutan-tuntutan masa lalu yang belum terpenuhi seperti isu out sourcing, nasib guru honorer, dan isu BPJS Kesehatan. Tuntutan terkini mencakup nasib driver angkutan online. Menurut mereka tarif angkutan Online terlalu murah dan mereka tidak ada jaminan kesehatan. Penulis kira mereka juga tidak memiliki asuransi kecelakaan, pada umumnya.

Perpektif hari Buruh Indonesia diatas, misalnya dinyatakan oleh Public Holiday, klik disini, sebagai berikut:

"Labour Day is a holiday every 1 May in Indonesia to celebrate the contributions of workers to the nation's economy, and to draw attention to the workers' rights that have been gained so far -- and those that are still being fought for."

Yang tercecer dari perpespektif buruh Indonesia itu ternyata perayaan-perayaan kemenangan atas keberhasilan tuntutan di masa lalu.

Di hari Buruh besok pagi yang rasanya akan damai penulis tergelitik juga memikirkan buruh migran Indonesia. Diantara banyak duka nestapa dari mereka itu, kita merasakan aura keceriaan untuk yang di Hong Kong. Rasanya menurut beberapa Kompasianer dalam topik pilihan ReportasePemilu2019 ada jumlah TKW/TKI Indonesia yang cukup besar disana. Kita juga mendengar mereka itu cukup sejahtera walaupun hanya sebagai pembantu rumah tangga (domestic workers).  

Lihat Misalnya, klik disini, "Pencoblosan di Hongkong Berakhir Kecewa," dan, kedua, "Hasil Pemilu Hongkong BMI Jempolan." 

Buruh migran kita di Hong Kong lebih dari dua juta orang. Penulis pernah juga membaca bahwa buruh migran Indonesia secara keseluruhan lebih dari sembilan juta orang. Dengan demikian, porsi buruh migran kita di Hong Kong adalah lebih dari 20 persen.

Menarik untuk mendalami terkait faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mereka itu demikian? Saya kira mereka itu tidak memiliki organisasi semacam serikat buruh. Mungkin faktor terpenting terletak dari makmurnya kondisi ekonomi wilayah kepulauan ini yang dulunya adalah wilayah dari Kerajaan Inggeris.

Kilas Balik Internasional

Dimana hari buruh internasional 1 Mei pertama kali dicetuskan? Penulis tadinya mengira ini di negara-negara sosialis atau Eropa Timur seperti di Polandia yang tokoh buruh mereka Lech Wawansa, buruh galangan kapal Gdanks, berhasil memenangkan Pilpres dan menjadi Presiden Polandia di tahun 1970an. Tapi, setelah baca sana sini ternyata itu berakar dari gejolak berdarah kaum buruh di Chicago, Amerika Serikat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun