Haluskan bawang putih, cabai, dan garam dengan jumlah yang disesuaikan dengan porsi tahu yang akan dihidangkan. Kalau ibu saya yang beli pasti request gak usah pake micin. Sip, anak-anaknya dibentuk menjadi generasi anti micin.Â
Oh ya, kita juga bisa request seberapa pedas rasa yang kita mau, kalau saya sih cukup satu buah cabe yang masih hijau. Setelah racikan bumbu selesai, kita campur bumbu ini dengan tahu yang sudah ditiriskan dari penggorengan.Â
Selanjutnya, terserah kita deh mau langsung membungkusnya untuk dibawa pulang atau membiarkannya didistribusikan pada penjual jajan keliling. Lebih enak sih langsung santap waktu masih anget. Kriuk-kriuk tahunya masih kerasa.
Akhir kata, inilah penganan kecil yang sedang booming di kota santri Situbondo tercinta. Dalam benak saya, makanan yang aslinya hanya dibungkus plastik seperti jajanan pentol depan SD ini jika diadaptasi ke kota besar pasti berubah kemasannya menjadi stereofoam plus dengan pilihan bermacam topping ala-ala jajanan hits. Selain statusnya yang berubah, harganya pun pasti melonjak dari yang seharusnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H