Mohon tunggu...
puspalmira
puspalmira Mohon Tunggu... Freelancer - A wild mathematician

Invisible and invincible IG: almirassanti

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Tahura Djuanda Part 2, "Tersasar Berbonus Pemandangan Apik"

12 Januari 2019   00:31 Diperbarui: 12 Januari 2019   00:37 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini pengunjung, entah siapa. Berhubung anglenya apik, saya jepret juga. Semoga yang bersangkutan gak marah. Lagipula gak kelihatan wajahnya kok.Dokpri

Suasana tebing yang ramai pengunjung lengkap beserta kamera-kamera pribadinya. Dokpri
Suasana tebing yang ramai pengunjung lengkap beserta kamera-kamera pribadinya. Dokpri
Salah satu sudut yang fotogenik di area Tebing Keraton. Dokpri
Salah satu sudut yang fotogenik di area Tebing Keraton. Dokpri
Ini pengunjung, entah siapa. Berhubung anglenya apik, saya jepret juga. Semoga yang bersangkutan gak marah. Lagipula gak kelihatan wajahnya kok.Dokpri
Ini pengunjung, entah siapa. Berhubung anglenya apik, saya jepret juga. Semoga yang bersangkutan gak marah. Lagipula gak kelihatan wajahnya kok.Dokpri
Saya pikir tebing keraton terletak di puncak pendakian ini. Saya kaget karena ternyata kami malah menuju pemukiman penduduk. Lah kok tembus ke kampung gini. Ternyata kami masih harus berjalan ke luar kampung dan menumpang ojek. Tak lama kemuadian, gerimis turun. Kami sudah berjalan keluar kampung. Jalanannya masih berupa jalan tanah berbatu yang sangat sepi. Kami mulai khawatir.

"Kita balik aja yuk" ajak Bening. Menurutnya, akan lebih aman bila kami kembali. Meskipun harus menuruni hutan yang curam dan licin, setidaknya di sana kami masih berada dalam kawasan Tahura. Jika kami melanjutkan perjalanan menuju tebing, kami melewati jalan kampung di luar kawasan Tahura. Itu berarti keselamatan kami sudah di luar tanggung jawab pengelola Tahura. Hal itulah yang mendasari keyakinan Bening untuk kembali. Sebaliknya, saya cenderung memilih untuk lanjut.

"Kalau kita lanjut, setidaknya kita bisa berteduh di halaman rumah orang kalau nanti hujannya tambah deras. Tapi kalau balik, udah turunannya licin, gaada orang, terus kalau hujan kita gak punya tempat berteduh." begini pertimbangan saya melihat hujan mulai turun. Singkat cerita, kami sepakat untuk kembali ke kawasan Tahura. Belum keluar dari perkampungan, kami berpapasan dengan Ibu-ibu tadi.

Pemandangan dari menara pengawas
Pemandangan dari menara pengawas
"Jangan balik neng, hujan ini. Bahaya lewat hutan-hutan sendirian." ujar salah satu ibu.

"Yah Ibu ini nggak ngelarang ya. Gapapa kalau Neng berani. Bukannya apa-apa, Ibu ini khawatir banget kalau kalian balik lagi, cewek-cewek cuma berdua loh. Udah, lanjut aja ke Tebing. Tinggal deket lagi sampai di pangkalan ojek kok." tegas sang ibu melihat gelagat kami yang masih ingin kembali. Demi mematuhi nasihat penduduk lokal dan menghindarkan diri dari kualat oleh omongan orang tua, kami menurut. Ternyata benar, letak pangkalan ojek tak jauh dari perkampungan tadi meskipun harus melewati jalan sepi yang awalnya kami rasa mengkhawatirkan. Sampai di sana, kami diliputi satu kegalauan lagi.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Secuil tebing
Secuil tebing
"Naik ojek atau jalan nih?" kami berbisik-bisik.

"Tarifnya itu Neng, udah tertulis. Ke tebing pp 50.000 satu orang. Kalau ke bawah (ke loket Tahura) 50.000 juga. Kalau mau jalan ya terserah, tapi jaranya 3 kilo Neng." seorang tukang ojek mendekati kami. Menurut google maps, jarak menuju tebing hanya 1,7 kilometer. "Satu motor deh bertiga, saya kasih 80.000." tawar si Bapak melihat gelagat kami yang tak rela merogoh kocek.

"80.000 tapi nanti dianternya sampai bawah gimana Pak?" saya mencoba menawar dan berhasil. Tarif yang seharusnya Rp200.000 untuk menuju tebing lalu diantar kembali ke loket bawah berhasil kami dapatkan seharga Rp80.000,00. Setelah dijalani, ternyata jalannya lumayan jauh dan curam jika ditempuh dengan berjalan kaki. Worth it lah untuk milih naik ojek. Lalu sampailah kami.

Loket masuk Tebing Keraton. Cukup menunjukkan tiket jika Anda sudah memiliki tiket masuk Tahura. dokpri.
Loket masuk Tebing Keraton. Cukup menunjukkan tiket jika Anda sudah memiliki tiket masuk Tahura. dokpri.
Jadi seperti apa tebing keraton itu? Ternyata bukan tebing sungguhan seperti yang kubayangkan. Tempat ini lebih cocok saya sebut sebagai spot foto, itu saja. Meski hanya bisa berfoto, pemandangan di sana sangatlah memukau. Seperti apa tampaknya, langsung saja tengok foto-foto yang saya sisipkan. Oh ya, pengunjung juga bisa berkemah di camping ground yang disediakan.

Akhir kata....

Demikianlah petualangan saya di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Saya sangat puas dan bahagia telah menemukan tempat ini, lain daripada wisata yang lain. Dekat dengan alam, penuh petualangan, dan jauh dari orang-orang zaman digital yang mengantre tempat untuk berswafoto. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun