Mohon tunggu...
Almira Ahmad
Almira Ahmad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Writes about everything that going on in my head.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Alternative Universe for Hopeless Romantics

11 Desember 2022   12:40 Diperbarui: 11 Desember 2022   13:03 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Afeksi, mendengar kata ini saja pasti sudah terbayang berbagai hal romantis yang dapat dilakukan oleh pasangan kepada kalian. Akan tetapi, afeksi tidak hanya berupa hal yang dapat dirasakan dengan indera peraba, tetapi afeksi juga dapat diberikan manusia lewat cerita, tulisan, ataupun kalimat-kalimat indah yang disusun sedemikian rupa. 

Banyak yang menganggap bahwa orang yang menyukai cerita cinta biasanya tidak beruntung dalam kehidupan asmaranya. Tidak dapat dipungkiri, asumsi itu tidak sepenuhnya salah. 

Memang ada beberapa orang yang membaca kisah cinta untuk memenuhi kebutuhan rohani akan perasaan. Orang-orang ini dapat disebut sebagai seorang Hopeless Romantics. 

Dengan kata lain, merupakan seseorang yang mempunyai pandangan romantis terhadap hubungan yang dijalani, tidak peduli seberapa buruk hubungan tersebut. Tidak hanya sebatas hubungan yang dilakukan secara nyata, tetapi dapat berupa perasaan akan kisah kasih yang ditulis dalam berbagai media, Alternative Universe (AU) merupakan salah satu medianya. 

Dalam dunia perfanfiksian, istilah AU merujuk pada genre cerita mengenai kehidupan dalam dimensi yang berbeda dengan realita yang terjadi saat ini. Sebagai contoh, dalam dunia nyata, Mark Lee, member dari grup Korean Pop (K-pop) NCT DREAM, merupakan seseorang yang berprofesi sebagai penyanyi dan penari. 

Penulis AU dapat membuat sebuah cerita mengenai seorang Mark Lee yang menjabat sebagai ketua himpunan mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 

Hal tersebut tentu saja terasa sangat tidak mungkin, mengingat idola K-pop yang datang ke Indonesia dengan niat untuk bersantai saja sangatlah jarang, apalagi menuntut ilmu di Indonesia. Akan tetapi, AU memberikan validasi bagi penulis untuk menuangkan ide dan imajinasinya ke dalam cerita yang runtut. 

Sebenarnya istilah AU ini bukan hanya soal profesi atau pekerjaan tokoh saja, tetapi mencakup "dunia"---nya secara keseluruhan. Nah, perbedaan universe ini bukan hanya berbeda secara keseluruhan. Ada juga, lho, yang menulis beberapa tokoh anime, seperti Jujutsu Kaisen dengan latar yang masih di Jepang! Gojo, Yuji, dan Megumi masih mempunyai kemampuan magis, tetapi mereka tidak saling mengenal satu sama lain. 

Cerita seperti ini tetap termasuk sebagai AU, walaupun latar tempatnya tetap saja di Jepang---sama seperti latar tempat mereka di series Jujutsu Kaisen yang asli. 

Terkadang, kehidupan pelik yang sulit diubah oleh kemampuan diri menjadi faktor yang kerap terjadi kepada sebagian besar Hopeless Romantics. Salah satunya adalah mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Indonesia, Nurtsana Daniswari. "AU buat gue adalah a little escape dari dunia atau bisa juga menjadi pengantar tidur dan kegiatan di saat senggang. Saat membaca AU dengan cerita yang disenangi membuat gue senang dan juga tenang seperti yang dibilang, AU itu jadi a little escape. Jadi ga mikirin real life lagi untuk sementara dan hanya fokus ke cerita dan membaca." 

Suka, duka, sendu, dan lara, diksi-diksi itu hanyalah deskripsi dari ribuan perasaan yang menghiasi hati manusia. Hampir semua perasaan yang ada pada diri manusia dapat diungkapkan dengan kata-kata. Akan tetapi, tidak dapat dilupa bahwa kata-kata tersebut dapat menjadi pedang bermata dua. Ia dapat menyakiti, dapat pula mengobati. 

Anggita Labora, mahasiswa baru jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya juga menegaskan bahwa terkadang AU bisa menjadi media untuk mengeluarkan emosi, seperti jika ingin menangis, bisa membaca AU dengan jalan cerita yang sedih, jika ingin marah dapat pula membaca AU dengan tokoh yang biadab  ataupun sebaliknya.

Banyak orang yang menggantungkan dirinya dengan harapan dapat mendengar kata-kata menenangkan dan apresiasi. Keberadaan AU ini menjadi eksistensi yang sangat berarti bagi sebagian besar orang. Kenyataannya, banyak orang yang tidak mempunyai pendengar di sekitar mereka untuk sekadar mendengarkan curahan hati sehingga kebutuhan akan afeksi itu tidak dapat terpenuhi. 

Jadi, membaca AU membuat mereka merasakan kumpulan perasaan yang tidak tersampaikan, seperti bagaimana rasanya bahagia, bagaimana rasanya disayang oleh orang lain, bagaimana rasanya diperlakukan baik oleh orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun