Suka, duka, sendu, dan lara, diksi-diksi itu hanyalah deskripsi dari ribuan perasaan yang menghiasi hati manusia. Hampir semua perasaan yang ada pada diri manusia dapat diungkapkan dengan kata-kata. Akan tetapi, tidak dapat dilupa bahwa kata-kata tersebut dapat menjadi pedang bermata dua. Ia dapat menyakiti, dapat pula mengobati.Â
Anggita Labora, mahasiswa baru jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya juga menegaskan bahwa terkadang AU bisa menjadi media untuk mengeluarkan emosi, seperti jika ingin menangis, bisa membaca AU dengan jalan cerita yang sedih, jika ingin marah dapat pula membaca AU dengan tokoh yang biadab  ataupun sebaliknya.
Banyak orang yang menggantungkan dirinya dengan harapan dapat mendengar kata-kata menenangkan dan apresiasi. Keberadaan AU ini menjadi eksistensi yang sangat berarti bagi sebagian besar orang. Kenyataannya, banyak orang yang tidak mempunyai pendengar di sekitar mereka untuk sekadar mendengarkan curahan hati sehingga kebutuhan akan afeksi itu tidak dapat terpenuhi.Â
Jadi, membaca AU membuat mereka merasakan kumpulan perasaan yang tidak tersampaikan, seperti bagaimana rasanya bahagia, bagaimana rasanya disayang oleh orang lain, bagaimana rasanya diperlakukan baik oleh orang lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H