Mohon tunggu...
Almira Raissa
Almira Raissa Mohon Tunggu... -

hanya ingin menyurat pada tinta apa yang tersirat oleh mata :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keputusan

6 Juni 2013   13:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:27 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Makanya, Kara senang sekali waktu Ata bisa meluangkan waktu untuknya selama beberapa jam saat ia datang ke kampus Ata untuk melamar menjadi mahasiswa disana. Sebenarnya, Ata selalu bisa meluangkan waktu untuknya, hanya saja Kara selalu merasa tidak cukup dengan apa yang sudah Ata berikan untuknya. Dia iri dengan teman-temannya yang memiliki pacar setia setiap saat macam Rexona. " Jadi, jangan samakan aku dengan mereka yang aktivitas-nya gak banyak dong, yang.. " begitu komentar Ata saat Kara memprotesnya.

Childish sekali memang si Kara itu. Untung saja Ata tipikal orang yang tak terlalu ambil pusing dalam menghadapi batu kerikil dalam hubungan mereka. Tersandung sedikit tak apalah, tapi Ata sangat berhati-hati, dan belum pernah jatuh. Kara saja yang sering komen ini-itu. Rungsing sendiri. Nangis sendiri. Ngomel sendiri. Cemburuan sama waktu. Labil. Hahhh wanita, sulit ditebak seperti Merapi, begitu perumpamaan dari Ata.

Sudah setahun.. tak terasa ya? Padahal rasanya baru kemarim Kara bertemu Ata di stand bazar festival sekolahnya. Gak sangka, sejutek itu Kara bisa luluh. Padahal Ata cuma model perhatian dan jadi penasehat yang selalu ada mendengar keluh-kesah Kara. Yaa pada hakikatnya memang cuma perhatian yang bisa menghubungkan dua hati, bahakan yang bertolak belakang sekalipun.

Kara ingat, saat awal hubungan mereka dulu, ia sering membandingkan sosok Ata dengan mantan pacarnya, Reza. Reza kaya, tampan, populer... Ata sederhana, cerdas, dan apa adanya... Reza selalu pakai motor keren.. Ata cuma bawa ongkos angkutan umum... Reza selalu ngajak makan direstoran.. Ata cuma ngajak makan mie ayam pinggir jalan... Reza suka main perempuan... Ata suka Kara apa adanya. Yahhh namanya juga pilihan. Mau tidak mau Kara harus memilih yang terbaik. Hidup senang tapi dipermainkan, atau hidup prihatin tapi penuh perhatian. Dan pilihan Kara sudah cukup membahagiakannya sekarang.

Bersama Ata, Kara menemukan cara lain untuk menikmati hidup, menertawakan diri sendiri, menjalani hari tanpa beban. Ata mengajarkannya banyak hal, banyak hikmah, banyak cinta .. yang ternyata tak selalu putih.

Aku tak ingin mencuri iman-mu

itu larik terpenting dari puisi yang dulu ditulisnya untuk Ata. Niat awal Kara menyayangi Ata. Niat Kara untuk mengajak Ata hijrah bersama dari masa lalu mereka yang kurang mengingat Tuhan. Mereka mulai saling mengingatkan dalam ibadah, dalam syariat, dalam dunia religi mereka yang seiman. Tapi baru sebentar saja Kara sudah melupakan niat awal itu. Sebentar saja, hanya 4 bulan.

Benar apa kata orang. Entah hadist atau bukan, Kara tak ingat.

Kalau ada dua orang lawan jenis berduaan, maka yang ketiga adalah setan.

Kara tak menghendaki itu terjadi, tiba-tiba mereka sudah hanyut dalam lengan yang saling mendekap. Tak ada suara, hanya ada deru nafas dan bisikan setan yang mematikan tapi terdengar syahdu. Tak perlu dinding berlapis emas dengan ranjang empuk bak kamar Raja, cukup ruangan sebesar 4 x 4 m, spring bed dan kipas angin, kenikmatan itu mereka capai berdua. Kemudian setan bersorak gembira. Ada tamu yang sudah booking satu kamar di neraka. Teman satu neraka bertambah.

Sesal sudah pasti. Tapi jaminan untuk tidak mengulangi lagi, mana mungkin. Ibarat makanan, kalo udah nyoba sekali pasti ketagihan. Yah, macam narkoba begitu lah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun