Aku dan ayuk teman sebangkuku serempak menoleh ke belakang. Pun Pak Kondektur yang sedari tadi sudah geleng-geleng saja. Duh, bunuh diri dia!Â
Kutakut bujang kecilku bangun. Untunglah ia pengertian dan tetap dalam lelapnya. Lelaki yang tengah menelepon tadi ternyata duduk tepat di belakang kami. Adududuuuh...Â
Aku merasa tak nyaman. Selain karena suaranya terlalu keras dan mengganggu, isi obrolannya terlalu privat dan bagiku tak seharusnya didengar oleh khalayak umum.Â
Bayangkan sedari lewat daerah Gunung Megang tadi hingga saat ini, ia masih asyik berbincang keras. Posisi saat ini sudah di Rambang Dangku. Sudah lewat 1 jam!
Aiiih...Â
Obrolannya makin berantakan menurutku. Aku tak nyaman mendengarnya. Saat beberapa pasang mata mengarah padanya tadi pun, ia menanggapi dengan santaj saja. Bukannya cepat mengecilkan volume suaranya, malah seolah menyindir yang melihatnya itu sambil terus mengobr dengan dia di seberang sana.Â
Adududuuh...Â
Semoga tak banyak orang yang cuek begini ya. Sayang sekali kenyamanan menggunakan transportasi umum jadi terganggu oleh oknum seperti ini.
Ayolah ciptakan kenyamanan dalam kendaraan umum dimulai dari diri sendiri. Jangan tiru oknum tadi ya. Ini kugeregetan tapi tak bisa berbuat lainnya lagi selain menuliskan uneg-uneg di sini. Sekalian jadi pengingat kita semua yaaa...Â
Ps. Orang itu masih asyik mengobrol sampai tulisan ini diterbitkan. Hiks.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H