Mohon tunggu...
Almanda Salsabilla
Almanda Salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Seorang mahasiswa yang memiliki passion dalam menganalisis fenomena sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengakhiri Diskriminasi Terhadap Perempuan di Seluruh Dunia

16 Desember 2024   23:41 Diperbarui: 16 Desember 2024   23:55 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesetaraan Gender (Sumber : europosteri)

Jakarta, 16 Desember 2024 -- Diskriminasi berbasis gender masih menjadi tantangan besar di seluruh dunia, mempengaruhi kehidupan jutaan perempuan di berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga pekerjaan. Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai, kenyataannya banyak perempuan masih menghadapi berbagai bentuk ketidakadilan dan diskriminasi. Dalam konteks ini, pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-5, yang menekankan kesetaraan gender, menjadi sangat penting. 

Tujuan ini bukan sekedar aspirasi, namun juga panggilan untuk bertindak bagi setiap negara. Indikator 5.1.1 Penekanan pentingnya kerangka legislatif yang efektif untuk menghapus diskriminasi gender. Melalui upaya bersama dan komitmen yang kuat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih adil dan setara bagi perempuan, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi maksimal dalam pembangunan masyarakat.

Data dan Fakta 

Menurut laporan World Economic Forum 2023, perempuan di seluruh dunia masih mendapatkan upah rata-rata 63% dari yang diterima laki-laki untuk pekerjaan yang setara. Selain itu, UNESCO melaporkan bahwa sekitar 129 juta anak perempuan tidak bersekolah, meningkatkan risiko pernikahan dini dan kekerasan berbasis gender. Data dari WHO menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 3 perempuan mengalami kekerasan fisik atau seksual dalam hidup mereka. Partisipasi politik perempuan juga rendah, dengan hanya sekitar 26% perempuan menduduki posisi di parlemen, menurut UN Women 2023. Meskipun banyak negara telah mengadopsi kebijakan kesetaraan gender, lebih dari 50% negara di dunia belum memiliki undang-undang yang secara eksplisit melarang diskriminasi berbasis gender. Dengan data dan fakta ini, kita dapat memahami urgensi dan konteks dari upaya yang diperlukan untuk mengakhiri diskriminasi gender dan mencapai kesetaraan gender sebagai bagian dari pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-5.

Diskriminasi Gender

Diskriminasi gender mencakup berbagai bentuk ketidakadilan yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan perempuan. Pembatasan akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, kekerasan berbasis gender, serta keterbatasan partisipasi politik merupakan beberapa contoh nyata dari dampak diskriminasi ini. Situasi ini tidak hanya melanggar hak asasi perempuan, tetapi juga menghambat pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.

Menurut laporan UN Women, negara-negara yang berhasil mencapai kesetaraan gender yang lebih baik cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ketika perempuan diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pendidikan dan pasar kerja, mereka dapat berkontribusi secara signifikan pada perekonomian. Pemberdayaan perempuan tidak hanya menguntungkan individu, tetapi juga memperkuat komunitas dan mendorong kesejahteraan global. Dengan demikian, penghapusan diskriminasi gender bukan hanya sebuah kewajiban moral, tetapi juga investasi yang cerdas untuk masa depan yang lebih inklusif dan sejahtera.

Kerangka Kerja Legislatif sebagai Solusi

Kerangka kerja legislatif berperan penting dalam menciptakan perubahan yang sistematis dan berkelanjutan. Kerangka ini mencakup:

1. Penyusunan Undang-Undang yang Mendukung Kesetaraan Gender 

Setiap negara diharapkan memiliki undang-undang yang secara eksplisit melarang segala bentuk diskriminasi berbasis gender dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, pendidikan, dan hak kepemilikan. Hal ini tidak hanya memberikan perlindungan hukum bagi perempuan, tetapi juga menegaskan komitmen negara terhadap kesetaraan.

Contoh konkret dari upaya ini dapat dilihat pada kebijakan upah yang setara, di mana banyak negara telah mengesahkan undang-undang yang memastikan perempuan dan laki-laki menerima bayaran yang sama untuk pekerjaan yang setara. Kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan upah yang sering kali merugikan perempuan dan mempromosikan keadilan di tempat kerja. Dengan adanya undang-undang semacam ini, perempuan tidak hanya mendapatkan hak mereka secara hukum, tetapi juga diberdayakan untuk berpartisipasi secara penuh dalam ekonomi, yang pada akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

2. Penguatan Penegakan Hukum 

Undang-undang yang ada harus diiringi dengan mekanisme penegakan hukum yang efektif, termasuk pengawasan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran. Meskipun undang-undang telah disusun dengan baik, tanpa mekanisme penegakan yang efektif, perlindungan hukum terhadap perempuan tidak akan berfungsi secara optimal. 

Misalnya, Ketika lembaga peradilan dan aparat penegak hukum dilatih untuk menangani kasus diskriminasi gender dengan cara yang adil dan empatik, mereka dapat lebih memahami konteks sosial dan budaya yang sering kali mempengaruhi kasus-kasus tersebut. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum, tetapi juga mendorong korban untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi. Dengan demikian, penguatan penegakan hukum tidak hanya memberikan perlindungan bagi perempuan, tetapi juga menciptakan efek jera bagi pelanggar, sehingga membantu membangun masyarakat yang lebih aman dan setara.

3. Peningkatan Kesadaran Publik 

Selain kebijakan formal, penting untuk melibatkan masyarakat dalam upaya penghapusan diskriminasi. Kampanye pendidikan dan kesadaran publik dapat menjadi sarana efektif untuk mendidik masyarakat tentang hak-hak perempuan dan pentingnya kesetaraan gender.

Melalui berbagai inisiatif, seperti seminar, lokakarya, dan media sosial, informasi dapat disebarluaskan untuk mengubah pandangan dan sikap yang diskriminatif. Kesadaran yang meningkat akan membantu menghilangkan stigma dan norma sosial yang membatasi peran perempuan, sehingga membuka ruang bagi mereka untuk berpartisipasi secara penuh dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih menghargai dan mendukung kesetaraan, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan adil bagi semua individu.

Implementasi Efektif dalam Kesetaraan Gender

Beberapa negara telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam penerapan kerangka kerja legislatif yang mendukung kesetaraan gender, menjadi contoh praktik baik yang dapat diadopsi oleh negara lain.

1. Rwanda

Rwanda memiliki salah satu persentase keterwakilan perempuan tertinggi di parlemen, yang mencapai lebih dari 60%. Hal ini dicapai melalui penerapan undang-undang kuota gender yang menetapkan bahwa setidaknya 30% dari semua posisi di lembaga pemerintahan harus diisi oleh perempuan. Selain itu, pemerintah Rwanda telah mengambil langkah-langkah untuk memberdayakan perempuan dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan dan ekonomi. Program-program seperti pelatihan kewirausahaan dan akses terhadap pembiayaan telah membantu perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan sosial dan ekonomi negara. Keberhasilan Rwanda dalam meningkatkan keterwakilan perempuan di ranah politik juga menunjukkan bahwa kebijakan yang tepat dapat menghasilkan perubahan yang signifikan.

2. Islandia

Islandia secara konsisten berada di peringkat atas dalam Indeks Kesetaraan Gender Global, dan hal ini sebagian besar berkat kebijakan yang mendukung kesetaraan di tempat kerja. Negara ini telah menerapkan undang-undang yang mewajibkan perusahaan untuk membuktikan bahwa mereka membayar upah yang setara untuk pekerjaan yang setara. Selain itu, Islandia memiliki perlindungan hukum yang kuat terhadap diskriminasi gender di tempat kerja, termasuk mekanisme pengaduan yang efektif bagi korban diskriminasi. Kebijakan cuti orang tua yang inklusif, yang memberikan hak cuti bagi kedua orang tua, juga berkontribusi pada pembagian tanggung jawab yang lebih adil di rumah. Melalui berbagai langkah ini, Islandia tidak hanya berhasil menutup kesenjangan upah, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan inklusif bagi perempuan.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai dalam upaya menghapus diskriminasi gender dan mencapai kesetaraan gender, tantangan tetap ada dan memerlukan perhatian serius. Beberapa tantangan utama meliputi:

1. Resistensi Budaya

Banyak masyarakat masih terikat pada norma dan nilai tradisional yang membatasi peran perempuan. Resistensi budaya terhadap perubahan sering kali menghambat penerimaan kebijakan kesetaraan gender. Misalnya, dalam beberapa komunitas, pandangan bahwa perempuan seharusnya tidak terlibat dalam politik atau memiliki karier yang setara dengan laki-laki masih kuat. Untuk mengatasi ini, diperlukan kampanye pendidikan yang menyasar perubahan sikap dan perilaku, serta pelibatan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk mempromosikan kesetaraan.

2. Kurangnya Pendanaan

Pendanaan yang tidak memadai menjadi kendala besar dalam implementasi program-program yang mendukung kesetaraan gender. Banyak inisiatif yang dirancang untuk memberdayakan perempuan, seperti program pelatihan, akses pendidikan, dan perlindungan hukum, memerlukan sumber daya yang cukup untuk berjalan dengan efektif. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi internasional sangat penting untuk menggalang sumber daya dan investasi yang diperlukan.

3. Pelaporan yang Tidak Memadai

Sistem pelaporan yang lemah sering kali membuat sulit untuk memantau kemajuan dan dampak kebijakan yang telah diterapkan. Tanpa data yang akurat dan transparan, sulit untuk mengevaluasi efektivitas program dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan. Penguatan sistem pengumpulan data dan pelaporan yang komprehensif sangat diperlukan untuk memastikan bahwa kebijakan diimplementasikan dengan baik dan hasilnya dapat diukur.

Langkah ke Depan

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan komitmen yang lebih besar dari semua pihak. Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan kesetaraan gender diintegrasikan ke dalam rencana pembangunan nasional dan dialokasikan sumber daya yang memadai. Sektor swasta juga perlu berperan aktif dengan menerapkan praktik kerja yang adil dan mendukung inisiatif kesetaraan di tempat kerja.

Sementara itu, masyarakat sipil dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran publik dan mendorong perubahan sosial. Melalui pendidikan, advokasi, dan kampanye, mereka dapat membantu membangun dukungan untuk kebijakan yang mendukung kesetaraan gender. Dengan upaya kolaboratif ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan berkeadilan, sehingga perempuan dapat berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan masyarakat.

Oleh karena itu, komitmen bersama dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangat penting untuk memastikan keberlanjutan upaya ini. Melalui kolaborasi dan advokasi yang efektif, kita dapat mewujudkan dunia yang lebih adil dan inklusif, di mana setiap perempuan memiliki kesempatan untuk berkembang dan berkontribusi pada kemajuan masyarakat. Dengan cara ini, kita tidak hanya membangun masa depan yang lebih baik bagi perempuan, tetapi juga bagi seluruh umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun