Setiap hari kami kenyang dengan debu, lumpur di tengah jalan saat musim hujan, dan jalan raya yang selalu rusak tiap tahun. Bahkan jalan yang hampir tiap tahun diaspal, dicor, atau sekedar ditambal rasanya nggak pernah bagus karena dilewati truk bermuatan berat tiap hari. Kalaupun mungkin ada kompensasi atau sekedar tombo bledug (kompensasi akibat dampak debu) yang diberikan ke pihak pemerintah desa, nyatanya kami nggak pernah merasakan apapun. Pembangunan ya gitu gitu saja.
#3 Perekonomian masyarakat masih biasa-biasa saja
Menurut teori, setiap ada sebuah proyek tertentu di suatu daerah termasuk tambang batu kapur ini, katanya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Nyatanya, nggak begitu. Tidak semua masyarakat mencari nafkah dengan bekerja di tambang, dan mereka yang bekerja disana pun hanya sekedar bisa hidup atau punya penghasilan dari sana. Kalaupun perekonomiannya meningkat, itu dari sektor-sektor lain seperti pertanian, perikanan, atau niaga. Bukan dari tambang. Bahkan resiko bagi para pekerja pun sangat besar. Sudah puluhan kali terjadi kecelakaan kerja sejak Gunung Ragas mulai dikeruk.
Itulah sekelumit kisah dan uneg-uneg saya sebagai warga desa yang telah menyaksikan pengerukan Gunung Ragas selama bertahun-tahun. Saya cuma bisa berdoa supaya Allah SWT menyelamatkan desa dari bencana akibat eksploitasi alam yang dilakukan terus menerus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H