Mohon tunggu...
Valdo AlMalik
Valdo AlMalik Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

UAS, Izinkan Kami Pilih Jokowi

11 September 2018   14:57 Diperbarui: 11 September 2018   15:42 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum, warahmatullaahi, wabarakaatu...

Surat Terbuka untuk Tuan Guru kami; Ustadz H. Abdul Somad Batubara,  Lc.,Ma. Semoga selalu berada dalam lindungan dan rahmat Allah Subhanaawata'ala. Amin.

Meski tak pernah bertemu langsung dengan Tuan guru UAS, saya adalah pengikut ceramah Ustadz. Tak jarang, saya berniat dahulu saat mengisi kuota internet. "Sengaja aku mengisi kuota internet 2GB, untuk mengaji, mendengarkan ceramah UAS, berharap hidayah, karena Allah SWT, dengan harga Rp.22.000,- dibayar tunaiii.."

Saya star habis Isya, Insya Allah jam 12 malam, sudah masuk sms peringatan: quota internet anda akan segera habis. Tapi saya bahagia, bisa mendapat pencerahan demi pencerahan dari tuan guru yang saya yakini telah dimuliakan oleh Allah.

Karena kerap mengikuti tuan guru ku UAS, dan memperhatikan beberapa perkembangan informasi belakangan ini terkait UAS, dari itu lah saya merasa harus menuliskan surat. Besar harapan dapat dibaca, pada saluran kompasiana ini, akhirnya saya sampaikan.

1. Terkait dugaan intimidasi yang membuat tuan guru UAS urung berkunjung ke beberapa daerah, kedepan, saya tidak lah gundah. Karena saya yakin pemerintahan Jokowi, kedepan akan segera belajar melihat tuan guru UAS sebagai aset besar NKRI, dan aset penting bagi Pilpres 2019.

Sebab, jika Intimidasi pada tuan guru UAS terus terjadi, apalagi sampai mengancam jiwa dan raga tuan guru UAS, sudah hampir pasti, sekali lagi jika ini terjadi, mau pemilu tidak pemilu di tahun 2019 nanti, Jokowi  tentu tidak akan terpilih menjadi Presiden NKRI, setidaknya di hati para umat muslim.

Namun, karena pada banyak kejadian saya melihat Jokowi adalah person yang mudah untuk diingatkan, beliau akan segera meminta bawahannya, agar tuan guru UAS dijaga dengan cara sebaik-baiknya. Walau pun tuan guru, dalam berbagai  materi ceramah, gerak dan geriknya sudah condong  ke  kubu sebelah. Yaitu Prabowo.

Tidak gundah, saya justru sangat bersyukur, tuan guru UAS dikirim Allah ke Indonesia, paska reformasi. Tak terbayang jika tuan guru ceramah dimasa Orba, atau bilang lah saat era bergolak reformasi.  Tentu tak akan sebebas ini tuan guru UAS berceramah, mengajarkan umat.

Satu kali saja tuan salah bicara, misal Intel merekam tuan guru  UAS mendo'akan Abu Bakar Ba'asyir, yang pada salah satu ceramahnya menyatakan Presiden (SBY kala itu) yang tidak menjalankan hukum berdasarkan syariat Islam, adalah kafir. Dan anggap kejadian terjadi dimasa Orba dimana Pak Soeharto yang jadi presiden kita, tentu bukan lagi intimidasi yang terjadi, tapi innalillahi tuan guru UAS. Yang terjadi tuan akan Ceramah Pagi, Lalu hilang Petang.  

Agar tak menjadi fitnah, kita bisa melakukan tabayyun atau klarifikasi atas ilustrasi tersebut berdasarkan catatan sejarah sepanjang masa gelap itu terjadi.  Banyak nama dan kejadian bisa kita kenang bersama tuan guru ku UAS. Seperti Marsinah, Munir, kejadian Tanjung Priuk, Wiji Tukul, dll.

Meskipun dengan alasan politis, sebagai korban fitnah anak PKI CINA KRISTIANI pada pilpres lalu, sangat mungkin Jokowi paranoid, lalu membalas dengan sikap sepadan, Alhamdulillah, hal seperti itu saya yakini tak akan terjadi lagi di masa-masa reformasi ini. 

2. Saat Tuan guru UAS, menolak menjadi  Cawapres  Prabowo, ini  juga menjadi yurisprudensi (rujukan hukum) bagi umat. Padahal jika tuan guru menerima, besar kemungkinan sudah pasti Prabowo presiden kami, tuan guru UAS wakil presiden kami.

Saya sudah bulat akan memilih tuan guru UAS, jika maju waktu. Namun maha besar Allah yang menggerakkan dan menguasai hati manusia, tuan guru UAS malah menolaknya.

Prabowo pun menolak rekomendasi ulama GNPF yang lazim disebut IJTIMA' kala itu. Bedanya, tuan guru UAS menolak halus dengan alasan yang jelas pada ceramah di Semarang , sedangkan Prabowo menolak IJTIMA' itu dengan alasan 'mantik' takut umat terbelah, karena Jokowi sudah memilih ulama. 

Maksud tuan guru UAS, kami tangkap jelas. Maksud Prabowo yang tak kami mengerti. Mungkinkah maksud Prabowo agar umat tak terbelah, yang mengatas namakan umat, silahkan pilih Jokowi saja karena ada ulama disana? walahualam bisawab, hanya Allah yang tau tuan guru ku UAS yang dimuliakan Allah.

Tuan guru ku UAS dan Prabowo sama-sama tidak mengikuti IJTIMA', maka saya berkesimpulan hukum mengikuti IJIMA' GNPF waktu itu adalah JAIZ. Boleh dikerjakan, boleh tidak.

Tak mungkin tuan guru UAS menghindar dari amal yang kelas hukumnya SUNNAT. Dikerjakan berpahala, tak dikerjakan tak berdosa.

3. Melihat jejak Jokowi 

Pertama, skandal hukum terbesar hanya terjadi saat pemilihan Calon Kapolri BG, lalu KPK & rakyat bergolak. Meski keluar Putusan Pra Peradilan teraneh sejagat hukum modern,  Jokowi  meresponnya dengan berbagai cara, dengan tetap condong ke Rakyat. BG tetap tak jadi KAPOLRI. Posisi lain untuk BG, hanyalah hadiah "kipas angin" untuk menghibur yang kalah agar tak terlalu panas. Dari sini, saya membaca sebuah kearifan. Tentu beda kelas dengan skandal cicak buaya dan Antasari. Apalagi dengan skandal Tanjung Priok masa orba atau Trisakti pada masa reformasi.

 Kedua, Kebijakkannya membatasi impor, yang kemudian berbuah tuntutan hukum internasional bagi Indonesia dari negara-negara pengimpor  seperti Canada, dll. Mengambil Blok Rokan, benar-benar meletakkan fondasi pemerataan pembangunan membuka akses di wilayah timur Indonesia, memberantas mafia pakang minyak kelas dunia di Petral (Elit-elit lama cendana), hingga tanpa subsidi energi sekalipun, Indonesia berhasil menyeragamkan harga BBM dibanyak tempat di Indonesia.  Kebijakan-kebijakan itu, buah dari ketegasan sikap dari Orang yang secara fisik badan "sati" (sama tipis) dengan tuan guru UAS.

Ketiga, benar Indonesia sedang krisis ekonomi tuan guru ku UAS. Dolar sempat Rp.15.000,- mungkin nanti akan tinggi lagi dari itu. Kita berdo'a itu tidak terjadi.

Tidak lah ilmu saya, soal ekonomi ini ya tuan guru UAS. Sekarang, saya menghidupi satu istri dan dua anak saya.  Saya bukan PNS. Mencari reziki halal, dapat pagi habis petang. Hidup masih seperti main catur. Dibeli luncup, hilang kuda. Kuda dibeli, ratu terancam. Tapi saya coba juga berpandai-pandai.

Alhamdulillah, Rp.100.000,- sehari cukup bagi saya dan keluarga hidup diperantauan, di Kota Bogor. Dan anak saya bisa tetap sekolah.

Tapi yang saya pahami benar tuan guru ku UAS, bila krisis ekonomi datang mendera, Seperkasa Pak Soeharto pun orangnya, terbukti tak kuat dan terjungkal juga. Beliau sudah lah jendral, lima pula bintangnya. Semua tentu sepakat Pak Soeharto lebih hebat dari Prabowo yang bintangnya didapat via jalan tol cendana.

Waktu itu, Pak Soeharto sudah 'jalan pulang', sudah mendekat pada ulama cendikiawan islam, pak Habibie salah satu orangnya, tetap tak kuasa di tengah krisis ekonomi.  Padahal sudah panjang beliau menoreh catatan sejarah di NKRI. Dalam hitam maupun putih.

Karena tau rasanya krisis ekonomi, saya berharap semua kita terus berdo'a, krisis ini tidak terjadi seperti tahun 1998. Sementara sikap lain yang  terkesan ingin menangguk di air keruh, berharap pemimpin lain bisa merubah keadaan? Saya khawatir, merasa ini mulut singa, kita melompat ke mulut buaya. Apa ada yang lebih keras dari Pak Soeharto sekarang ni tuan guru ku UAS?

Dari ketiga hal itu, saya menilai Pemimpin seperti Jokowi masih ada sisi tegasnya, dan bila salah, masih lunak hatinya, hingga masih mungkin untuk dikritik, diingatkan, dirangkul untuk kepentingan umat.  Dari tuan guru, saya dengar juga beliau sudah mencoba mendekati tuan guru UAS. Tapi dengan alasan sendiri yang saya yakini kuat, tuan pilih untuk membuat jarak aman.

Jika tuan guru UAS hendak mengkritiknya secara terbuka, tuan guru tentu lebih faham cara yang pas untuk menyampaikannya. Jika beliau tak mendengar, tolong umumkan agar umat pun mengetahuinya.

Akhirnya, saya mohon izin dan keridhaan tuan guru UAS, mungkin ini juga akan mewakili umat islam Indonesia lainnya yang satu hikmat dengan saya, ingin terus belajar dari ceramah tuan guru UAS, namun di Pilpres 2019, mungkin akan bersimpang jalan & pilihan dengan tuan guru UAS yang kami cintai.

Mohon jangan pula kami dideportasi nanti dari barisan setia yang tetap ingin menyimak kaji-kaji mendalam dari tuan guru kami UAS. Apalagi jika kami di-do'akan masuk neraka pula, mohon jangan.

Semoga tuan guru UAS selalu dibahagiakan, diberi kesehatan, ilmu dan kearifannya semakin ditajamkan oleh Allah, semata-mata untuk kemaslahatan seluruh umat, Amin Ya Rabbal'alamin. Wassalamu'alaikum, warahmatullahi, wabarakaatu ya tuan guru ku Ustadz H. Abdul Somad Batubara, Lc.,Ma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun