Pada akhirnya, Khadijah yang tengah berada dalam pangkuan mengalami kejang. Matanya melihat ke atas dan seperti merasakan sakit yang begitu sakit. Seketika kami bawa ke klinik, namun klinik bilang harus di rujuk ke Rumah Sakit. Sesampainya di sana, Khadijah langsung ditangani tim medis. Setelah ditangani kurang dari 60 menit, ternyata nyawa Khadijah tidak tertolong.
Kepergian Khadijah meninggalkan isak tangis keluarga, terutama bagi orang tua saya yang begitu merasa kehilangan. Sebagai sahabat sejati, kembali saya membuka Alquran untuk penghibur hati, bahwa setiap yang bernyawa pasti meninggal dunia. Kalau saya tidak kembali membuka Alquran untuk mengingat kasih sayang Allah, mungkin sikap saya pun akan seperti orang tua pada umumnya, yang cukup histeris karena ditinggal anak pergi.
Kejadian ini, saya jadikan sebagai introspeksi diri. Melihat secara langsung anak sekarat dalam pangkuan, cukup menjadi pecut bagi diri. Anak kecil saja merasakan sakit, bagaimana kami? Astagfirullah. Di lain sisi saya pun bahagia, karena Khadijah masih kecil belum punya dosa. Dia sudah pasti masuk surga, sedangkan saya sebagai Ibunya belum tentu. Sekarang tugas saya dan suami adalah, bagaimana bersikap dan bertingkah laku di dunia ini, supaya saya dan suami dapat kembali bertemu Khadijah di surga nanti. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H