Orang tua sangat sering tidak menyadari jika anak sering memperhatikan bagaimana ayah atau ibu berinteraksi dengan orang lain. Maka dari itu jika orang tua memberikan contoh yang baik maka anak sudah berada di jalur yang tepat. Karena pada usia dini anak juga akan mengenal dunia luar. Disini yang dimaksud dunia luar seperti pengaruh dunia luar terhadap dirinya.
Menurut R. Andi Ahmad Gunadi (2013: 87) memaparkan bahwa Piaget membagi perkembangan moral anak menjadi 3 fase yaitu :
- Fase absolut. Pada fase absolut disini menerangkan bahwa anak dapat menghayati bahwa peraturan itu adalah suatu hal yang bisa di ubah karena hal itu berasal dari otoritas yang dihormatinya. Peraturan sebagai moral disini adalah obyek eksternal yang tidak boleh diubah.
- Fase Realitas. Disini anak dapat menyesuaikan dirinya untuk menghindari penolakan orang lain. Mereka menganggap bahwa peraturan dapat di ubah karena berasal dari perumusan bersama. Mereka dapat menyetujui perubahan yang jujur dan disetujui bersama, dan mereka juga merasa bertanggung jawab mentaatinya.
- Fase Subyektif. Di fase ini anak lebih memperhatikan kesengajaan dalam berperilaku. Maka dari itu ketika anak bermain dengan guru, teman atau orang dewasa lainnya, anak akan memperhatikan peraturan yang harus di taati. Karena mereka sudah dapat berfikir jika mereka melalukan kesalahan mereka akan dapat punisment dan jika mereka berbuat baik mereka akan mendapatkan reward. Untuk orang tua, guru atau orang dewasa lainnya sebaiknya memperhatikan dan membimbing anak agar mematuhi aturan yang sudah disepakati agar membiasakan anak untuk mentaati peraturan atau perintah yang sudah ada disekitarnya.
Semakin anak sudah bertambah usia, orang tua harusnya sudah mengenalkan anak kepada sebuah punishment atau yang biasa di sebut hukuman. Orang tua boleh memberi anak hukuman yang menurut orang tua wajar, agar anak tidak melanggar peraturan yang dibuat orang tua atau meminimalisir kenakalan anak.
Tidak hanya itu, juga sebaliknya jika anak melakukan hal yang patuh berikan lah anak reward. Reward disini tidak hanya hal yang besar boleh juga reward yang sederhana. Seperti, jika anak sanggup duduk manis selama bertamu atau ada tamu jika di rumah, berikanlah anak pujian "Mama senang deh, tadi adik berperilaku yang manis dan sopan. Nanti mama ajak jalan-jalan ya. Dan besok kalau bertamu lagi ke rumah orang lain, adek harus bisa seperti itu lagi, ya.."
Dari sini anak dapat belajar tentang konsep benar dan konsep salah. Pada konsep benar atau salah ini, nanti dapat berkaitan dengan konsep lainnya seperti konsep keadilan, konsep kejujuran, dan dapat menghormati orang lain. Dari sini orang tua dapat memilih konsep mana yang mau di utamakan jika ingin konsep kejujuran dahulu maka terapkan dahulu konsep kejujuran pada anak. Pada masalah ini kuncinya hanya satu yaitu konsisten dan terus menerus untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Yang harus orang tua ingat yaitu penanam nilai-nilai moral akan lebih cepat terserap jika di terapkan pada kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa cara yang bisa orang tua lakukan dalam mengajarkan disiplin yang benar atau salah kepada anak, yaitu :
- Bersikap tegas, tetapi penuh kasih sayang.
- Saat mendisiplinkan anak, alih-alih mengatakan “tidak" dengan keras kepadanya, berikan penjelasan yang mudah dimengerti mengapa ia tidak boleh melakukan hal tersebut. Katakan dengan lembut supaya ia pun dapat menyerap informasi dengan tenang tanpa merasa ketakutan atau ikut marah.
- Konsisten dengan ucapan dan terus dilakukan.
- Anak yang usianya masih kurang dari 2 tahun belum bisa mengerti ucapan yang diberikan oleh orang tuanya adalah perintah. Orang tua harus menjelaskan jika memang tidak boleh dilakukan, ada konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya, “Mainnya di bawah saja ya, Nak. Kalau main di tangga, kamu bisa jatuh dan kesakitan.” Atau, Mums juga bisa mengatakan, “Cuci tangan sebelum makan agar tidak ada kuman yang masuk ke mulut. Jika masuk, kamu bisa sakit perut.”
- Yang dikritik perilakunya, bukan anaknya.
- Jangan pernah membuat anak merasakan bahwa ia tidak lagi disayangi atau sayang orang tua terhadapnya akan berkurang karena perbuatan yang ia lakukan. Jelaskan kepadanya bahwa perbuatannya yang buruk atau tidak baik.
- Biarkan anak mengerti dengan konsekuensi dari perilakunya.
- Anak usia 2 tahun akan memasuki fase terrible two, masa ketika anak dinilai sedang ‘nakal-nakalnya’. Jika anak merusak mainan yang ia mainkan, Mums bisa mengatakan, “Kamu tidak dapat bermain dengan mainan itu lagi karena sudah rusak. Mama tidak akan membelikannya lagi, lho.”
- Jadilah contoh bagi anak.
- Ingatlah untuk memberi rasa hormat yang sama terhadap anak. Ucapkan terima kasih dan tolong jika org tua meminta anak untuk mengambilkan sesuatu dengan intonasi dan cara pengucapan yang sama seperti org tua ingin ajarkan kepada anak.
- Memperkuat perilaku positif.
- Jika sesekali orang tua melihat sang Kakak berbagi es krim dengan adik kecilnya, itu hal yang sangat bagus! Beritahu ia bahwa hal yang ia lakukan adalah hal yang baik dan harus dipertahankan hingga ia tumbuh besar.
- Belajar dan percaya diri.
- Pada usia ini, anak mengharapkan orang tuanya dapat menjawab semua pertanyaan yang ia ajukan. Namun, jangan jawab pertanyaannya dengan jawaban yang tidak benar karena hal itu sama saja membohongi dirinya. Jika orang tua tidak mengetahui jawaban dari pertanyaannya, katakan bahwa orang tua akan mencari tahu terlebih dahulu lalu akan memberitahukannya.
- Jangan berikan hukuman fisik.
- Memberi hukuman fisik kepada anak hanya akan membuatnya berpikir bahwa tindakan tersebut diperbolehkan. Dengan memukul, mencubit, atau menjewernya, kondisi psikis anak akan terbentuk menjadi keras dan penuh emosi. Sebisa mungkin jangan berikan hukuman fisik kepada anak dalam kondisi apapun.
Referensi :
Khaironi, Mulianah . Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age. Vol.01, No. 1 (2017); hal 1,2,6,8
Mukarromah, Aenullael . Pendidikan dan Moral Pada Anak Usia Dini. Journal of Science and Education Research. Vol. 1, No.1 (2022).hal 18,20. https://jurnal.insanmulia.or.id/index.php/jser/
Nasirun, Muhammad, dkk . Peran Orang Tua dalam Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal PENA PAUD. Vol, 2 No.1 (2021) ; hal 94,95.
Yuliana, Lia. Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini. Hal 3,4