Mohon tunggu...
Allysa Aditya
Allysa Aditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Interest in Science

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bertindak Sekarang atau Terlambat! Dampak Mematikan Perubahan Iklim

20 Juni 2024   14:50 Diperbarui: 20 Juni 2024   15:26 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama dan terpenting, kita harus segera dan drastis mengurangi emisi gas rumah kaca. Ini berarti transisi cepat dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin. Studi dari Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) menunjukkan bahwa mempercepat penyebaran energi terbarukan bisa mengurangi emisi CO terkait energi sebesar 70% pada 2050 (IRENA, 2021). Selain itu, kita perlu meningkatkan efisiensi energi di semua sektor, dari bangunan hingga transportasi.

Kedua, kita harus melindungi dan memulihkan ekosistem alami. Hutan hujan, lahan basah, dan lautan adalah penyerap karbon alami yang vital. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Nature Climate Change, alam saat ini menyerap sekitar setengah dari emisi CO yang dihasilkan manusia (Friedlingstein et al., 2019). Namun, deforestasi dan degradasi lahan mengancam kapasitas ini. Inisiatif seperti Bonn Challenge, yang bertujuan untuk memulihkan 350 juta hektar lahan terdegradasi pada 2030, adalah langkah positif (IUCN, 2020).

Ketiga, kita perlu berinvestasi dalam inovasi teknologi. Ini mencakup pengembangan penyimpanan energi yang lebih baik untuk mengatasi intermittency energi terbarukan, serta teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon untuk mengurangi emisi dari industri yang sulit dikurangi. Bahkan, untuk mencapai emisi nol bersih, kita mungkin perlu mengandalkan teknologi penghapusan karbon yang masih dalam tahap awal pengembangan (National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine, 2019).

Keempat, kita harus memastikan transisi yang adil. Negara-negara dan komunitas yang paling rentan terhadap perubahan iklim sering kali yang paling sedikit berkontribusi terhadap masalah ini. Pendanaan iklim internasional, seperti Green Climate Fund, harus diperkuat untuk membantu negara-negara berkembang beradaptasi dan membangun ketahanan. Di tingkat nasional, kebijakan harus dirancang untuk melindungi pekerja dan komunitas yang bergantung pada industri berbasis fosil.

Kelima, pendidikan dan keterlibatan publik sangat penting. Survei global oleh YouGov menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar orang menganggap perubahan iklim sebagai ancaman serius, tidak semua memahami penyebab atau solusinya (YouGov, 2019). Sekolah, media, dan pemimpin masyarakat memiliki peran kunci dalam meningkatkan literasi iklim dan mendorong perubahan perilaku.

Terakhir, kita membutuhkan kepemimpinan politik yang kuat. Mengatasi perubahan iklim membutuhkan kerjasama internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, seperti yang kita lihat dalam respons global terhadap pandemi COVID-19, tindakan cepat dan terkoordinasi mungkin dilakukan jika ada kehendak politik. Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (COP) tahunan adalah forum kritis untuk memperkuat ambisi dan akuntabilitas.

Oleh sebab itu, perubahan iklim bukanlah ancaman masa depan yang jauh; ini adalah krisis saat ini yang dampaknya sudah dirasakan di seluruh dunia. Dari kenaikan permukaan laut hingga kebakaran hutan, dari kepunahan spesies hingga ketidakstabilan sosial, bukti semakin jelas. Namun, pesan dari ilmu pengetahuan juga jelas: masih ada waktu untuk menghindari skenario terburuk, tetapi jendela tindakan semakin sempit.

Mengatasi perubahan iklim akan membutuhkan transformasi besar dalam cara kita menghasilkan dan menggunakan energi, mengelola lahan, dan bekerja sama secara global. Ini tidak akan mudah, tetapi biaya ketidakaktifan jauh lebih tinggi. Lebih dari itu, tindakan iklim menawarkan peluang untuk membangun dunia yang lebih bersih, lebih adil, dan lebih makmur. Seperti yang dinyatakan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antnio Guterres, "Solusi untuk perubahan iklim adalah juga solusi untuk kesejahteraan kita."

Kita adalah generasi pertama yang merasakan dampak perubahan iklim, dan mungkin yang terakhir yang dapat mencegah konsekuensi terburuknya. Kita memiliki pengetahuan, teknologi, dan (jika kita mau) sumber daya untuk bertindak. Yang diperlukan sekarang adalah kemauan kolektif untuk mengubah pemahaman menjadi tindakan, dan tindakan menjadi transformasi. Masa depan kita, dan masa depan generasi yang akan datang, tergantung pada apa yang kita lakukan hari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun