Book Reviews
Prof. Abdurrahman Mas'ud, M.A., Ph.D. (2021).
Paradigma Islam Rahmatan Lil 'Alamin: Studi Agama, Pendidikan, dan Masalah-masalah Kebudayaan.
Banguntapan, Yogyakarta: IRCiSoD. ISBN 9786236166666. 382 pages.
Â
Kutipan: Ali Yansah. (2022). Book Review: Abdurrahman Mas'ud. (2021). Paradigma Islam Rahmatan Lil 'Alamin: Studi Agama, Pendidikan, dan Masalah-masalah Kebudayaan. Banguntapan, Yogyakarta: IRCiSoD, 1-382.
Analisis yang dilakukan oleh Abdurrahman Mas'ud melalui bukunya, "Paradigma Islam Rahmatan Lil 'Alamin: Studi Agama, Pendidikan, dan Masalah-masalah Kebudayaan" ini sungguh telah memberikan warna baru dengan sebuah solusi tentang bagaimana seharusnya perkembangan pendidikan khususnya di Indonesia kedepannnya. Mengingat bahwa pendidikan memang mengambil peran penting dalam pembangunan berkelanjutan dan berjangka panjang tidak terkecuali dalam perihal agama.Â
Buku ini pada dasarnya muncul atas tulisan-tulisan yang merupakan respons dari masalah-masalah yang timbul saat Abdurrahman Mas'ud mengikuti acara-acara seminar, workshop dan problem-problem pendidikan yang ia jumpai, dalam hal ini sebenarnya telah ditulis secara reflektif di koran, majalah, dan jurnal ilmiah, namun kemudian menjadi sebuah buku dengan kemasan dan sajian gagasan yang menarik, terfokus, aktual dan kritis.
Abdurrahman Mas'ud dikenal sebagai seorang dosen di Universitas Islam Negeri Walisongo yang pada masanya pernah memegang jabatan sebagai Direktur Program Pascasarjana, dalam perjalanan pengabdiannya pun Abdurrahman Mas'ud juga banyak mengajar di berbagai Pascasarjana Universitas ternama di Indonesia seperti UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Diponegoro Semarang, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UNISMA Malang, dan UII Yogyakarta.Â
Abdurrahman Mas'ud sendiri berhasil meraih M.A. dan Ph.D-nya di Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat. Posisi Abdurrahman Mas'ud yang sebagai penasihat kegiatan keagamaan Konsulat Jenderal RI di Los Angeles, California, Amerika Serikat sejak tahun 1990-1997 bersamaan dengan kegiatan-kegiatan ekstranya dalam social engagements seperti inilah kemudian sangat mempengaruhi pola pemikiran yang dituangkannya.
Sebuah kata pengantar yang diberikan oleh M. Sahal Mahfudh dalam buku ini memberikan pandangan bahwa pola pendidikan terbaik yang kemudian membawa islam pada masa keemasannya ialah atas mengikuti petunjuk dari ajaran-ajaran ayat-ayat Allah sendiri, baik ayat tertulis (qauliyah) maupun ayat yang tidak tertulis (kauniyah). Kemudian pada akhir kalimatnya diikuti dengan pendapat bahwa Abdurrahman Mas'ud tampak sekali mencoba (atau "kebetulan") menyajikan pembahasan yang cukup adil, dari hal-hal yang sifatnya normative menjadi praktis, menjabarkan wahyu yang tertulis tidak lupa diiringi konsep wahyu Allah yang tidak tertulis, sampai pada pendekatan teoritis ke pengalaman praktis.Â
Buku ini memuat cukup banyak tema, diantaranya seperti Islam, Terorisme Internasional, dan Nilai-nilai Humanisme Universal yang dalam hal ini memberikan solusi landasan peradaban modern dengan menerapkan pluralisme etik sebagaimana yang Nabi dalam kasus membangun masyarakat Madinah. Piagam Madinah contohnya yang banyak memberikan pelajaran kepada umat manusia untuk saling menghormati, menyayangi, dan saling menghargai.
Tema berikutnya tentang beberapa persoalan umat dan respon islam dalam hal ini dimulai dengan konsep amar makruf nahi munkar memasuki era globalisasi mengemukakan bahwa dengan mencapai puncak dialog interaktif dengan kebudayaan modern dan secara aktif mengsisinya dengan substansi dan nuansa-nuansa islami maka secara tidak langsung telah aktif juga dalam dakwah Islamiyah, tentu dengan prinsip-prinsip seperti penegasan agama Islam sebagai agama damai, berani menyuarakan kebenaran karena bersikap benar bukanlah bersikap pendiam, menghindari kerusakan harus didahulukan daripada mengejar target pembangunan (dalam hal ini pendidikan keagamaan), kesabaran, dan kasih saying.
Bagian selanjutnya Abdurrahman Mas'ud mencantumkan tema Islam dalam ranah politik kebangsaan, dalam bagian ini ia menawarkan prinsip-prinsip perdamaian dari Islam itu sendiri, bahwa dalam islam itu sendiri perbedaan dan pluralism adalah kehendak Allah yang harus terjadi, bahwa sejak semula Islam telah mengajarkan kepada umatnya bahwa perbedaan terhadap agama, ras, dan keturunan adalah bukan satu halangan untuk berbuat baik dan berlaku adil satu sama lain. Melalui kalimat ini Abdurrahman Mas'ud mengajak sebuah keterbukaan, saling menghargai dan toleransi sebagaimana ajaran penting dalam Al-Quran Q.S Al-Mumtahanah ayat 7-9, dan Q.S Al-Kafirun ayat 1-7.Â
Dalam bagian ini juga tidak terlepas konstribusi Islam terhadap nasionalisme. Bagian studi agama dan pendidikan dalam buku ini juga menjadi sarana Abdurrahman Mas'ud dalam memberikan format baru dalam pendidikan islam di Indonesia, lengkap ia tulis dengan gagasan pendidikan yang berwawasan lingkungan serta konteks sosiologis pendidikan agama islam.Â
Dalam hal ini Abdurrahman Mas'ud menyampaikan bahwa Islam sebagai religion of nature maka segala bentuk jarak pengertian agama dan sains harus dihindari. Iman dan sains sesungguhnya tidak bertentangan karena iman adalah rasio dan rasio adalah iman, maka yang bermasalah itu adalah kekuatan diantaranya, yang satu terbuka, mendogmatisasi dan yang lain tertutup, mendedogmatisasi.
Dalam bagian yang lain di buku ini juga, Abdurrahman Mas'ud juga memuat topik formulasi pendidikan: menyongsong harapan baru. Terdapat citra sosial nilai-nilai islam, terkhusus pada wilayah local yang berkembang. Persaudaraan adalah salah satu nilai agama yang berkembang ditengah masyarakat.Â
Abdurrahman Mas'ud mengemukakan bahwa tidak ada budaya lokal manapun yang tidak memprioritaskan persaudaraan dalam kelangsungan hidup mereka. Perihal lainnya seperti kesopanan, budaya gotong-royong, dan bahkan budaya bernuansa islami seperti slametan atau syukuran. Dalam bagian lain Abdurrahman Mas'ud menulis tentang Islam, budaya, dan teologi Pembebasan dan diakhiri dengan bagian Peran dan potensi pondok pesantren: kini dan esok.
Prinsip kepekaan sosial dengan kolaborasi solusi-solusi disertai dalil-dalil agama yang disampaikan oleh Abdurrahman Mas'ud dalam buku ini secara konsisten memberikan penjelasan yang tidak hanya logis, tapi juga sangat nasionalis sehingga menarik untuk terus diikuti. Sebagai contoh, sebuah pemikiran Abdurrahman Mas'ud yang dicantumkannnya sebagai bentuk dari Formulasi Pendidikan Islam: Menyongsong Harapan Baru dalam pembahasannya tentang Pendidikan Islam dalam Era Reformasi dan Globalisasi mengemukakan beberapa poin penting bahwa pertama, dibutuhkan perumusan etika yang dibangun dari percikan agama yang mengakomodasi budaya local dan berorientasi ke depan.
Yakni Indonesia yang religius dan modern. Kedua, penciptaan lingkungan yang kondusif terhadap aktualisasi system nilai dalam rangka reformasi total, bersih lingkungan, gerakan disiplin nasional, dan memusatkan manusia sebagai aktor perubahan merupakan proses yang tidak pernah dan tidak boleh berhenti untuk digaungkan jika dirasa ajaran agama masih bersifat normative dan pasif.Â
Ketiga, bahwa upaya-upaya pengembangan dan pendidikan masyarakat dengan misi liberation dan empowerment (pembebasan dan pemberdayaan) umat perlu ditegakkan secara kontinu, terpadu, dan bertanggung jawab. Abdurrahman Mas'ud dalam konteks ini pada dasarnya sangat memperhatikan konsep pendidikan yang mampu melahirkan sikap kritis berani menyuarakan kebenaran dan tidak hanya diam.
Argumen yang tidak kalah penting dalam buku ini Abdurrahman Mas'ud sampaikan dalam kalam akhir dalam menuju paradigma islam humanis melalui tema feminis, bahwa konsep ajaran Islam rahmatan lil 'alamin adalah konsep yang seharusnya merata secara adil dalam setiap aspek umat manusia, tanpa terkecuali.Â
Mengambil kasus Aisyah, istri Rasul, banyak menerima hadits dari Rasul yang kemudian juga banyak diriwayatkan oleh para perawi setelahnya membuktikan bahwa dalam bidang ilmu pendidikan tidak ada deskriminasi, dalam kasus ini antara laki-laki dan perempuan. Abdurrahman Mas'ud mengemukakan bahwa dalam pendidikan harus ada kesejajaran antara laki-laki dan perempuan, walaupun dalam orientasinya sangat diperlukan adanya rekonstruksi ajaran islam sebagai wacana yang betul-betul adil dalam memandang laki-laki dan perempuan.
Tidak sampai disitu, sebuah kepengaran yang kuat dan dapat dipegang teguh argumennya dapat dilihat dari referensi apa yang ia pakai, Abdurrahman Mas'ud dalam hal ini sangat telaten dalam mengambil rujukan, dalam pokok pembicaraan dalam tema pokok permasalahan umat dan respons islam misalnya, dengan akurat ia merujuk sumber primer yakni beberapa kitab center dalam kajian agama islam seperti Marah Labid Tafsir An-Nawawi karangan Syaikh Nawawi Al-Bantani, Tadzhibul Akhlaq karangan Ibnu Miskawaih, dan Ihya 'Ulumuddin, Ayyuhal Walad karangan Al-Imam Al-Ghazali.
Sebuah buku karangan Abdurrahman Mas'ud ini banyak memuat tema-tema yang lebih menyentuh pada aspek-aspek pendidikan islam seperti masalah, solusi, pendekatan, sampai harapan. Oleh karena itu, menjadikan buku ini hanya sebagai sebuah bahan bacaan tanpa tindak lanjut dikemudian harinya bisa dikatakan adalah sebuah kesalahan karena buku ini pada dasarnya dapat menjadi pembuka jalan bagi para penelaah pendidikan islam untuk mengembangkannya menjadi praktek-praktek pola pikir membangun dalam beragama, pendidikan yang cerdas dan mencerdaskan serta rumusan solusi dalam kehidupan masyarakat berbudaya khususnya.
Ali Yansah
MSKI, FAH, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H