Mohon tunggu...
ahmad alfinfirdaus
ahmad alfinfirdaus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - live learn lead

Sebaik-baik manusia ialah yang bisa bermanfaat untuk manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibuku Wanita Tangguh

11 Agustus 2021   09:44 Diperbarui: 11 Agustus 2021   10:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dengan mata yang berkaca-kaca, sang ibu berlutut di hadapan petugas kantin, "maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapatkan dari mengemis."

setelah mendengar penjelasan sang ibu, petugas kantin tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu menceritakan semua kepada petugas kantin, mulai dari keinginan sang anak untuk berhenti sekolah dan sakitnya yang selama ini di tahan dan tidak memberitahukan penyakitnya kepada saudara yang lain sebab takut melukai harga diri sang anak. 

Pada saat ibu tersebut bercerita, tanpa sadar air mata petugas kantin mengalir sambil mengangkat ibu dari lantai dan berkata "bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah supaya bisa memberikan bantuan atau keringan kepada keluarga ibu". Sang ibu menolak, dia khawatir nanti harga diri anaknya akn hancur jika tahu selama ini yang dilakukan ibunya.
akhirnya berita ini sampai di telinga kepala sekolah, secara diam-diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup selama tiga tahun. 

setelah tiga tahun kemudian, tibalah saat sang anak lulus dan masuk perguruan tinggi. Di momen perpisahan, kepala sekolah mengundang ibunya dan di berikan tempat duduk tamu khusus, sang ibu bingung dan bertanya-tanya. Petugas kantin berjalan maju kedepan panggung dan menceritakan kisah sang ibu yang mengemis demi anaknya bersekolah, kemudian petugas kantin menunjukkan dan mempersilahkan sang ibu untuk maju keatas panggung. 

Anak dari ibu tersebut penasarn dengan sosok ibu yang dicerikatan petugas kantin. setelah tahu bahwa yang di maksud adalah ibunya, tanpa ragu sedikitpun sang anak menghampiri obunya dan memeluknya sambil menangis dan berkata "ibu.... terima kasih" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun