Mohon tunggu...
ahmad alfinfirdaus
ahmad alfinfirdaus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - live learn lead

Sebaik-baik manusia ialah yang bisa bermanfaat untuk manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibuku Wanita Tangguh

11 Agustus 2021   09:44 Diperbarui: 11 Agustus 2021   10:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari ketika saya mengantarkan ayah saya untuk berobat, saya bertemu dengan seorang ibu-ibu di tempat parkir sambil menunggu pendaftaran untuk pengobatannya di buka. Seperti biasa, kami bercakap-cakap mulai dari bertanya tentang siapa yang sakit, berkenalan dan menanyakan di mana rumahnya. Kami mengobrol kesana kemari membahas tentang keadaan yang terjadi sekarang dan semakin kesini rasanya semakin asik topik obrolannya. 

Saya dan ibu tersebut semakin akrab, kemudian ibu tersebut meenceritakan sebuah kisah nyata tentang perjuangan seorang ibu kepada saya, isi ceritanya di sebuah keluarga miskin yang memiliki seorang anak laki-laki. Sang ayah sudah meninggal dunia saat si anak tersebut masih duduk di bangku sekolah dasar. Tinggalah hanya seorang ibu dan anak laki-laki tersebut. 

Sang ibu bersusah payah banting tulang untuk mempertahankan hidup. Tibalah saat penerimaan ajaran baru, sang anak memakusi sekolah menengah atas. Tetapi pada saat yang bersamaan itulah ibunya menderita penyakit yang amat parah, sehingga tidak bisa lagi bekerja di sawah. 

Kebetulan di sekolah sang anak ini masih tergolong baru dan membutuhkan bantuan dari wali murid. Setiap bulannya, siswa dan siswi di sekolah ini di haruskan membawa beras sebanyak 20 Kg untuk di bawa dan dikumpulkan di kantin. Sang anak memberitahu informasi tersebut kepada ibunya dan sang anak mengerti bahwa ibunya tidak bisa memberikan sumbangan sebanyak itu, kemudian dia berkata kepada ibunya "bu, saya akan berhenti sekolah saja dan membantu ibu bekerja di sawah" 

kemudian ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata "nak, kamu memiliki niat seperti itu ibu sudah senang sekali, tapi kamu harus tetap ke sekolah, jangan khawatir kalau ibu sudah melahirkanmu, pasti bisa merawat dan menjagamu, cepatlah pergi dan daftar ke sekolah tersebut, nanti berasnya biar ibu yang membawa kesana"

sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan ke sekolah, ibunya memaksa dan membentak anak tersebut. Sang anak akhirnya pergi ke sekolah. 

tak lama setelah itu, dengan langkah terpincang-pincang dan nafas yang tergesa-gesa ibunya datang ke kantin sekolah dan menurunkan sekantong beras yang di bawanya.

pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras, membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras sambil berkata "kalian para wali murid suka sekali mengambil keuntungan kecil, lihatlah, di sini isinya campuran beras dan gabah"

sang ibu pun malu dan meminta maaf berkali-kali kepada petugas yang bertaggung jawab. 

pada awal bulan berikutnya ibu membawa sekantong beras dan masuk ke kantin, seperti biasa, di sana ada petugas yang menimbang beras tersebut dan melihat dengan sedikit naik emosinya sambil berkata "masih dengan beras yang sama?. Tak peduli beras apapun yang ibu berikan, tapi jenis berasnya harus di pisah jangan di campur seperti ini. selanjutnya jika masih seperti ini, maka tidak akan saya terima" kata petugasnya. 

pada bulan yang berikutnya, sang ibu tetap membawa beras yang sama dengan bulan-bulan yang sebelumnya, melihat hal ini, petugas kantin marah dan berkata "kamu sebagai wali murid kok keras kepala? bukannya bulan kemarin sudah kuberitahu? knp masih membawa beras yang sama dengan bulan sebelumnya?"

dengan mata yang berkaca-kaca, sang ibu berlutut di hadapan petugas kantin, "maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapatkan dari mengemis."

setelah mendengar penjelasan sang ibu, petugas kantin tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu menceritakan semua kepada petugas kantin, mulai dari keinginan sang anak untuk berhenti sekolah dan sakitnya yang selama ini di tahan dan tidak memberitahukan penyakitnya kepada saudara yang lain sebab takut melukai harga diri sang anak. 

Pada saat ibu tersebut bercerita, tanpa sadar air mata petugas kantin mengalir sambil mengangkat ibu dari lantai dan berkata "bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah supaya bisa memberikan bantuan atau keringan kepada keluarga ibu". Sang ibu menolak, dia khawatir nanti harga diri anaknya akn hancur jika tahu selama ini yang dilakukan ibunya.
akhirnya berita ini sampai di telinga kepala sekolah, secara diam-diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup selama tiga tahun. 

setelah tiga tahun kemudian, tibalah saat sang anak lulus dan masuk perguruan tinggi. Di momen perpisahan, kepala sekolah mengundang ibunya dan di berikan tempat duduk tamu khusus, sang ibu bingung dan bertanya-tanya. Petugas kantin berjalan maju kedepan panggung dan menceritakan kisah sang ibu yang mengemis demi anaknya bersekolah, kemudian petugas kantin menunjukkan dan mempersilahkan sang ibu untuk maju keatas panggung. 

Anak dari ibu tersebut penasarn dengan sosok ibu yang dicerikatan petugas kantin. setelah tahu bahwa yang di maksud adalah ibunya, tanpa ragu sedikitpun sang anak menghampiri obunya dan memeluknya sambil menangis dan berkata "ibu.... terima kasih" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun