Satu yang membuat saya agak merinding hingga saat ini saya menulis artikel ini adalah apa yang pernah diucapkan oleh Dato Sri Tahir ketika diwawancarai oleh jurnalis Warta Ekonomi, "Saya adalah orang Indonesia satu-satunya. Satu-satunya dari 270 juta orang Indonesia yang telah menandatangani Giving Pledge. Giving Pledge ini memberikan satu deklarasi, 'Apakah saudara Tahir bersedia tanda tangan secara resmi'? Artinya secara komit bersedia mempersembahkan 50% harta untuk pekerjaan baik? Dan saya telah tanda tangan.
Saat saya menelusuri kanal givingpldege.org, dituliskan bahwa pada Agustus 2010, sebanyak 40 orang terkaya Amerika berkomitmen untuk memberikan sebagian besar kekayaan mereka untuk mengatasi beberapa masalah masyarakat yang paling mendesak. Diciptakan oleh Warren Buffett, Melinda French Gates, dan Bill Gates, Giving Pledge kemudian menjadi nyata setelah serangkaian percakapan dengan para pegiat filantropis tentang bagaimana mereka dapat menetapkan standar baru kemurahan hati di kalangan orang-orang yang sangat kaya. Dan meskipun awalnya hanya berfokus di Amerika Serikat, Giving Pledge akhirnya dengan cepat menarik minat para filantropis dari seluruh dunia. Dan secara jelas saya lihat, nama Dato Sri Tahir terpampang bersama ratusan filantropis dunia lain, termasuk Elon Musk dan Rockefeller.
Rekam jejak Dato Sri Tahir ini mengingatkan saya pada momen ketika pebulutangkis peringkat 5 dunia saat ini, Jonathan 'Jojo' Christie, menyisihkan 50% dari 1,8 miliar dari bonus yang ia terima, untuk membangun masjid di Lombok. Dan apakah Anda tahu keajaiban yang terjadi setelahnya? Jojo seperti mendapatkan cashback berupa tawaran pekerjaan yang menghasilkan nilai nominal 10 kali lipat lebih banyak dari nilai nominal yang pernah ia berikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI