Mengendarai kendaraan dengan warna yang selaras dengan warna ruas jalan (raya) yakni hitam atau abu-abu memberikan pengaruh psikologis ketenangan disebabkan ketiadaan kontradiksi antara warna kendaraan dan warna ruas jalan. Berbeda jika warnanya kontras, daya konsentrasi kita akan mudah terbagi pada dua hal: kendaraan dan jalan. Â
Warna kendaraan pada akhirnya juga berkaitan dengan citra atau karakter pengendara di dalamnya. Abu-abu menjadi cermin bagi sosok yang sederhana, tidak suka menonjolkan sendiri, memegang teguh tradisi, dan memerhatikan setiap detail.
Kesederhanaan
       Â
Sisi kesederhanaan inilah yang kemudian saya tanamkan dan tumbuhkan dalam diri Izzi (6 th). Saya membiasakannya untuk senantiasa bersyukur dengan apa pun yang ada. Maka, kembali ke paragraf di awal tulisan, membeli sepatu baru bagi seorang Izzi tidaklah didasari oleh faktor popularitas merek, harga, ataupun tren fashion terkini. Selama sepatu baru itu nyaman untuk dipakai dan juga awet, buat Izzi sudah lebih dari cukup. Kalaupun memang ada rezeki berlebih, saya akan mengingatkannya agar menggunakan untuk hal yang lain yang memang diperlukan atau menyedekahkan kepada mereka yang lebih membutuhkan.
Dan tidak sebatas pada ranah material, saya juga mendidiknya dalam ranah verbal atau tindakan. Membiasakan Izzi untuk berbicara dengan nada yang sesuai tanpa harus berteriak-teriak, menggunakan air untuk keperluan secukupnya, mengambil minuman atau makanan dalam porsi yang tepat untuk dihabiskan, pun menahan diri dari memamerkan anugerah kecerdasan ataupun keterampilan yang dimilikinya.Â
"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra': 26-27) Â Â Â
Waalahu alam bisshawaab. Â Â Â Â Â