Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Shodo

12 Maret 2024   00:04 Diperbarui: 12 Maret 2024   00:06 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Andaikan sepatu olahraga Anda sudah usang alih-alih rusak dan Anda harus menggantinya, kira-kira hal-hal apa yang nanti akan Anda pertimbangkan saat hendak membeli sepatu olahraga Anda yang baru? 

Bagi sebagian atau malah umumnya orang, warna akan menjadi salah satu hal yang akan mereka pertimbangkan, termasuk ketika hendak membeli sepatu. Memang warna tidak selalu menjadi bahan pertimbangan yang utama, namun dalam beberapa situasi, warna dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk jadi atau sebaliknya tidak jadi membeli sepatu.

Andaikan William Shakespeare sempat menulis kembali role play baru yang setema dengan Romeo and Juliet, bisa jadi ia akan menggunakan kalimat baru untuk melengkapi khazanah kepopuleran karyanya. Jika di Romeo and Juliet ia mengungkapkannya dengan what is in a name, bisa jadi ia akan menciptakan kalimat baru pada karya barunya dengan what is in a colour.

Namun rupanya, warna bagi masyarakat Jepang memiliki ruang kesan tersendiri. Mereka setidaknya memiliki empat warna yang mendominasi kehidupan mereka. Disarikan dari tensai-indonesia.com, empat warna itu adalah ungu (murasaki), merah (aka), hitam (kuro), dan biru (ai).

Dulu di Jepang warna ungu sangat sulit ditemukan karena membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan warna ungu yang akan digunakan sebagai warna pakaian. Adapun cara menghasilkannya dengan mengekstraksi tanaman shigusa yang juga jarang ditemui.

Warna merah yang familiar untuk kita lihat adalah warna lingkaran yang digunakan di bendera Jepang. Selain itu, para wanita bangsawan di Jepang, akan menggunakan bunga safflower sebagai warna dasar lipstik mereka. Bunga safflower ini masih bisa dipetik hingga sekarang untuk melindungi kecantikan wanita Jepang. Hitam juga merupakan warna penting dalam seni Jepang, terutama dalam hal kaligrafi yang lazim dikenal dengan shodo. Shodo adalah seni kaligrafi Jepang yang menggunakan kuas untuk melukis karakter individu, kata, dan puisi pendek. Terakhir, orang-orang Jepang sangat suka menggunakan warna biru indigo untuk semua hal: kimono, tempat tidur, handuk tangan, dan juga kain-kain Jepang.

Dalam seni shodo, salah satu alat yang digunakan adalah tinta tradisional Jepang yang disebut dengan sumi. Proses pembuatan sumi berasal dari pembakaran kayu, seperti kayu pinus, cemara, atau bambu pada suhu yang tinggi sehingga terbentuk arang yang diolah menjadi serbuk halus dan dicampurkan dengan air untuk menghasilkan warna hitam pekat.

Meteoroid Grey Metallic

 

Maka, selalu ada makna di balik sebuah warna. Juga dalam hal ini warna meteoroid grey metallic yang dibesut oleh Honda untuk varian Honda BR-V Prestige. Meski abu-abu tidaklah sama persis dengan hitam, warna ini masih memberi kesan yang sama dengan warna sumi, yakni gelap.   

Ada beberapa keuntungan saat kita memutuskan untuk membeli kendaraan dengan warna gelap, seperti abu-abu. Pertama, citra keanggunan sekaligus kekuatan. Abu-abu tidak memberikan kesan warna yang mencolok, justru sebaliknya kerendahhatian dan dalam beberapa hal kemisteriusan. Kedua, kemudahan perawatan. Saat body mobil mengalami goresan kecil, goresannya masih cukup terlihat samar. Pun ketika mengalami ringsek, pengecatan ulangnya pun juga mudah. 

Mengendarai kendaraan dengan warna yang selaras dengan warna ruas jalan (raya) yakni hitam atau abu-abu memberikan pengaruh psikologis ketenangan disebabkan ketiadaan kontradiksi antara warna kendaraan dan warna ruas jalan. Berbeda jika warnanya kontras, daya konsentrasi kita akan mudah terbagi pada dua hal: kendaraan dan jalan.  

Warna kendaraan pada akhirnya juga berkaitan dengan citra atau karakter pengendara di dalamnya. Abu-abu menjadi cermin bagi sosok yang sederhana, tidak suka menonjolkan sendiri, memegang teguh tradisi, dan memerhatikan setiap detail.

Kesederhanaan

              

Sisi kesederhanaan inilah yang kemudian saya tanamkan dan tumbuhkan dalam diri Izzi (6 th). Saya membiasakannya untuk senantiasa bersyukur dengan apa pun yang ada. Maka, kembali ke paragraf di awal tulisan, membeli sepatu baru bagi seorang Izzi tidaklah didasari oleh faktor popularitas merek, harga, ataupun tren fashion terkini. Selama sepatu baru itu nyaman untuk dipakai dan juga awet, buat Izzi sudah lebih dari cukup. Kalaupun memang ada rezeki berlebih, saya akan mengingatkannya agar menggunakan untuk hal yang lain yang memang diperlukan atau menyedekahkan kepada mereka yang lebih membutuhkan.

Dan tidak sebatas pada ranah material, saya juga mendidiknya dalam ranah verbal atau tindakan. Membiasakan Izzi untuk berbicara dengan nada yang sesuai tanpa harus berteriak-teriak, menggunakan air untuk keperluan secukupnya, mengambil minuman atau makanan dalam porsi yang tepat untuk dihabiskan, pun menahan diri dari memamerkan anugerah kecerdasan ataupun keterampilan yang dimilikinya. 

"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra': 26-27)      

Waalahu alam bisshawaab.          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun