Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pasar Pon

1 Maret 2022   21:31 Diperbarui: 1 Maret 2022   21:32 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Wo Tulus tahu persis ke mana Mbah Trimah akan pergi. Kumandang azan bagi Mbah Trimah seperti sinar rembulan yang kemudian hadirkan kerlip bintang. Kapan pun panggilan azan berkumandang, Mbah Trimah lantas menyambutnya dengan langkah kaki menuju tempat pemandian untuk mengambil air wudu dari padasan.

Mbah Trimah menuruni jalan di samping pasar. Ada sebuah musala kecil tempat penduduk menunaikan salat fardu berjamaah. Terlebih di saat hari pasaran seperti ini, musala itu terlihat lebih ramai dengan kedatangan para pedagang dari luar daerah seperti Sleman dan Bantul.

“Sugeng enjang Mbah,” sapa Pak Pong.

“Nggih,” balas Mbah Trimah.

Pak Pong adalah salah satu pedagang pasar yang terbilang rajin menunaikan salat fardu. Jika boleh dihitung dengan jari, dengan asumsi ada lima ratus orang berlalu lalang di pagi buta di kawasan pasar, hanya hitungan tak lebih dari sepuluh di antara mereka yang tetap menjaga kewajiban pada sang Pencipta. Selebihnya, uang lembaran dan receh terlihat lebih berharga dan bermanfaat nyata. Lebih baik ketinggalan salat daripada ketinggalan pembeli yang akan mengangkut barang dagangan mereka ke pasar yang lebih besar di kota.

Mbah Trimah berusaha untuk mencari sendalnya di antara remang lampu sentir di ujung pintu musala. Kembali ke pasar untuk menjajakan dagangannya.

“Matur suwun nggih Wo,” kata Mbah Trimah.

“Sami-sami Mbah,” sahut Wo Tulus tertahan.

Wo Tulus sebenarnya agak iri dengan Mbah Trimah. Usia Wo Tulus lebih muda, badan juga lebih trengginas, kuat. Namun, berulang-ulang panggilan azan tetap tak mampu menyentuh sisi kalbunya untuk melaksanakan salat. Mbah Trimah pun juga rajin pergi ke langgar setiap sore.

“Wo Tulus, ayo tindak musala?” ajak Mbah Trimah saat itu

Namun seperti biasanya Wo Tulus hanya tersenyum dan diam. Bukan sekali Mbah Trimah sering mengajaknya ke pengajian-pengajian. Bukan hanya di kampung tetapi juga di luar kampung. Buat Wo Tulus agama itu yang penting eling. Ingat kalo badan manusia itu ada yang menciptakan. Ingat kalau mencuri itu bakal masuk neraka. Ingat kalau sesama orang muslim itu harus saling tepo seliro. Tidak boleh saling menyakiti, menjauhi, apalagi memusuhi. Ingat kalau sedang diberi kelebihan rezeki itu harus saling berbagi. Ingat kalau nggak boleh makan daging babi. Ingat kalau sedang dalam kondisi kesusahan itu cukup menyebut nama, “Duh Gusti Allah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun