Sebagai salah satu dari banyaknya iklan yang mengenalkan sistem patriarki dan stereotip gender di masyarakat, Iklan kecap ABC “Bantu Suami Hargai Istri” berhasil membuat masyarakat memahami pesan bahwa seorang suami harus lebih menghargai istri dengan cara membantu meringankan beban pekerjaan rumah tangga yang dihadapi oleh istri. Tetapi, iklan ini juga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai ketimpangan gender dalam rumah tangga. Ketika masyarakat berulang kali melihat dan mengonsumsi iklan ini, peningkatan kepercayaan masyarakat tentang kehidupan wanita setelah menikah yang hanya mengurus rumah tangga dan kehidupan pria yang terselamatkan dari hiruk pikuk pekerjaan rumah tangga akan meningkat bahkan dampak negatifnya masyarakat dapat mengimplementasikan simbol-simbol patriarki dan stereotip gender yang mereka tonton melalui iklan ini dalam kehidupan sehari-hari. Dampak negatif lainnya dapat dirasakan oleh kaum wanita yang sedang meniti karir dan harus tetap terbelenggu oleh kewajiban peran domestiknya dalam kehidupan rumah tangga tanpa terlibatnya suami.
Untuk itu, diperlukannya pemberantasan terhadap iklan yang merepresentasikan ketimpangan gender agar dampak negatif dari iklan semacam ini dapat dicegah (Christanti & Wicandra, 2021). Adanya edukasi mengenai kesetaraan gender juga perlu digiatkan di kalangan masyarakat agar mereka dapat mengkritisi dan mengubah persepsi mereka tentang ketidaksetaraan gender serta memusnahkan segala bentuk ketidaksetaraan gender yang berkembang saat ini. Pencipta iklan juga harus lebih memerhatikan keadaan saat ini. Di era modernisasi seperti sekarang, cukup banyak wanita yang memiliki peran ganda dan berhasil mendobrak stereotip yang merendahkan kaum nya. Banyak wanita yang meraih kesuksesan karirnya dan tetap menyeimbangi peran mereka sebagai ibu dalam kehidupan rumah tangga. Hal ini berarti penggambaran keadilan terhadap gender wanita dalam iklan perlu disesuaikan dengan kenyataan.
Secara keseluruhan iklan Kecap ABC yang mengusung tema “Bantu Suami Sejati Hargai Istri” menjadi salah satu contoh nyata bagaimana media visual berpengaruh dalam memperkenalkan dan ketimpangan gender dalam pembagian pekerjaan rumah tangga. Meskipun penggunaan frasa dalam iklan ini termasuk positif, iklan ini tetap memvisualisasikan bahwa sebenarnya peran suami hanya sebagai pihak yang membantu peran istri dalam waktu yang singkat. Representasi patriarki dan stereotipe gender banyak dimunculkan dan dipertegas dalam iklan ini sehingga menumbuhkan persepsi buruk di masyarakat. Untuk itu, peran aktif masyarakat dalam mengkritisi setiap iklan yang dikonsumsi dan peran produsen iklan dalam menghasilkan iklan yang selaras dengan kehidupan gender saat ini sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliandra, S., & Krisnani, H. (2021). Perilaku Diskriminatif Pada Perempuan Akibat Kuatnya Budaya Patriarki Di Indonesia Ditinjau Dari Perspektif Konflik. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 3(1), 1. https://doi.org/10.24198/jkrk.v3i1.31968
Christanti, C., & Wicandra, O. B. (2021). Kesetaraan Gender dalam Iklan-Iklan Televisi Indonesia. Nirmana, 18(2), 66–73. https://doi.org/10.9744/nirmana.18.2.66-73
Najna, N., Siti Maryam, & Ratu Nadya W. (2020). REPRESENTASI BUDAYA PATRIARKI DALAM TELEVISI SARIWANGI VERSI #MARIBICARA. Ikon, 24(1), 16–27.
Nurmila, N. (2015). PENGARUH BUDAYA PATRIARKI TERHADAP PEMAHAMAN AGAMA DAN PEMBENTUKAN BUDAYA. Karsa, 23(1), 1–16. https://doi.org/https://doi.org/10.19105/karsa.v23i1.606
Pratiwi, H. A., & Wiyanti, E. (2017). Representasi kesetaraan gender pada iklan. Jurnal Desain. Jurnal Desain, 4, 212–230. https://core.ac.uk/download/pdf/236196818.pdf