Namun ada pengalaman lain dimana manusia harus berhenti sejenak untuk menatap hidupnya. Manusia harus berhenti sesaat dari perjalanan rutinitasnya untuk melihat kembali kehidupannya kemudian memulai kembali kehidupannya. Manusia tidak hanya sekedar melihat kembali perjalanan hidupnya, ia juga harus menemukan makna dari perjalanan tersebut. Setelah menemukan makna manusia harus menatap-melihat ke depan- ke arah hidup yang akan datang.
Menatap hidup di masa mendatang mengandung dua dimensi. Dimensi pertama ialah periode waktu yang akan kita hadapi. Segala rencana dan kegiatan yang akan dan harus dilakukan di dunia ini. Sementara, dimensi waktu kedua ialah keterarahan hidup manusia menuju suatu kehidupan setelah kehidupan dunia ini. Dimensi waktu yang kedua ialah suatu kehidupan setelah kematian. Suatu kehidupan sesudah kehidupan di dunia ini.
Dimensi waktu kedua inilah yang sering menghantui pikiran saya dan anda juga. Pikiran mengenai dimensi kedua ini sedikit banyak menguras energi dan pikiran. Kita bertanya-tanya mengapa harus menghadapi kenyataan itu. Berhadapan dengan kenyataan itu segala kedigdayaan manusia, kebaikan manusia, atau pun kejahatan manusia diruntuhkan. Berhadapan dengan waktu tersebut seolah-olah mengingatkan manusia bahwa dirinya tidak beda dengan makhluk lainnya yang akan selesai bila waktunya tiba. Itulah ketakutan yang dihadapi manusia, yaitu kematian.
Manusia tidak pernah terhindar dari kematian. Cepat atau lambat realitas itu pasti datang dan ia datang tanpa meminta persetujuan apa pun dari manusia.Â
Sebagian filsuf menilai bahwa kematian itu seperti sesuatu yang dicerabut dari kehidupan manusia. Ia seolah-olah mengambil segala kebebasan manusia yang ingin hidup selama-lamanya. Mereka kemudian memaknai kematian sebagai akhir dari segalanya. Mereka menolak realitas kematian karena kematian memisahkan mereka dengan orang-orang tercinta.Â
Namun, ada sebagian orang menilai bahwa kehidupan itu sungguh berarti apabila ada kematian. Justru dengan adanya kematian, manusia tersadarkan bahwa hidup di dunia ini hanyalah suatu peralihan belaka. Manusia harus memaknai kehidupannya agar kelak ia mampu menerima kematian. Namun, harus diakui bahwa kita tidak bisa berlari dari kenyataan itu. Secara sadar atau tidak, perjalanan hidup manusia itu sebenarnya menuju ke kematian.
Ketakutan, Kecemasan, dan Kematian merupakan sesuatu yang sangat eksistensial bagi kehidupan manusia. Setiap manusia pasti mengalami perasaan-perasaan itu. Manusia tidak memiliki banyak cara untuk terhindar dari semuanya itu. Satu hal yang pasti ialah menyadari dan menerima ketakutan atau kecemasan serta kematian sebagai bagian dari hidup manusia. Sama seperti kelahiran yang mengantar manusia untuk melihat dunia, demikian pula kematian mengantar manusia kembali pada asal kehidupan.
Semoga kita senantiasa sadar bahwa suatu saat ketakutan yang tidak beralasan itu pasti menghampiri setiap manusia. Ketakutan, kecemasan, bahkan takut akan kematian adalah realitas kehidupan manusia. Hadapi semunya itu, persiapkan diri dengan baik, dan berbuatlah sesuatu yang lebih konstruktif dalam kehidupan ini agar kelak ketika waktunya tiba kita menjadi sadar bahwa hidup itu berguna.
Semoga...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H