Mohon tunggu...
Allen Rangga
Allen Rangga Mohon Tunggu... Guru - Unity in Diversity

Saya, Albertus Rhangga. Biasa dipanggil Allen. Kalian mungkin bertanya mengapa saya dipanggil Allen? heheh, Ya, itulah saya, dengan nama yang unik, yang menggambarkan keunikan saya sebagai pribadi. Saya tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan politik, sosial-budaya, olahraga, dan tentu sesuatu yang bernuansa filosofis. Selain itu, saya suka membaca, menulis, bermusik, dan berolahraga. Bagi saya, tubuh yang sehat adalah pancaran jiwa yang sehat. Maka, berolahraga, bermusik, menulis dan membaca adalah cara yang ampuh untuk menjaga tubuh agar tetap sehat sekaligus penanda jiwa yang sehat pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kecemasan sebagai Alasan Keberadaan Manusia

5 April 2021   20:56 Diperbarui: 5 April 2021   21:28 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam derajat dan level tertentu, semua manusia tentu mengalami cinta, mencintai dan dicintai. Manusia pasti mampu menjelaskan alasan mengapa ia bahagia karena hidupnya dikelilingi oleh hal-hal baik, termasuk dikelilingi oleh orang yang ia cintai. 

Namun, kegembiraan dan keceriaan seakan-akan menguap ketika kehancuran, kekhawatiran, kecemasan, bahkan kematian menghampiri orang yang kita cintai, bahkan diri kita sendiri, mampukah manusia memberi arti dari semua itu?

Manusia pasti mampu mencari cara untuk terhindar dari objek ketakutan yang memiliki wujud. Ia bisa mencari cara untuk menghancurkan objek ketakutan itu atau mencari jalan lain agar tidak berhadapan dengan objek tersebut. 

Saya biasanya menghindari perempatan jalan ketika mengendarai sepeda motor. Saya takut ditilang pak polisi karena motor saya tidak memiliki kelengkapan administrasi, bahkan saya sendiri tidak memiliki surat izin mengemudi kendaraan. Ketakutan saya ditilang polisi itu sangat masuk akal. Ada objek ketakutan, yaitu pak polisi akan memeriksa kelengkapan surat-surat kendaraan saya dan akan menahan motor tersebut. Apabila itu terjadi maka segala rencana yang telah saya buat menjadi berantakan.

Saya memiliki partner hidup yang sangat saya cintai. Saya selalu mengingatkan dia untuk menjaga kesehatannya, dalam hal menjaga pola makannya. Ia suka makan. Kebiasaannya yang suka makan itu seringkali mengakibatkan kolesterolnya meningkat tajam. 

Ketakutan saya tersebut mempunyai alasan yang sangat jelas dan kuat. Saya takut orang yang saya cintai itu sakit gara-gara tidak mampu mengontrol kebiasaan makannya. 

Ketakutan ini juga memiliki objeknya, yaitu jangan sampai ia sakit dan kolesterolnya naik kembali. Saya bisa mengingatkannya untuk lebih moderat dalam mengonsumsi suatu makanan. Lalu bagaimana dengan ketakutan yang tak memiliki objek?

Kelahiran dan kematian sebagai pengalaman mendasar hidup manusia

Kelahiran dan kematian merupakan pengalaman mendasar kehidupan manusia. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Selalu ada sisi dalam kehidupan manusia, antara perjumpaan dan perpisahan, antara datang dan pergi, sama halnya dengan antara kelahiran dan kematian. Ada satu masa yang menjadi penghubung dari kedua sisi tersebut. Masa tersebut ialah "antara." Saya menyebutnya sebagai momen "kemewaktuan" dari pengada.

Manusia mengalami pengalaman dilahirkan atau melahirkan. Setelah manusia melewati fase tersebut, ia harus menghadapi masa "antara" tersebut. Ia harus menjalani kehidupannya agar mewujdkan eksistensinya sebagai pengada di dunia ini. 

Menjalani kehidupan sebagai manusia itulah yang disebut sebagai momen antara. Momen ini pun dapat dipahami juga sebagai suatu proses "kemenjadian" dimana manusia sesuai dengan siklus kehidupannya berkembang menjadi pribadi yang seharusnya. Ia berproses menjadi manusia yang seutuhnya sesuai dengan siklus perkembangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun