Mohon tunggu...
Devi Nur
Devi Nur Mohon Tunggu... Freelancer - Jangan bosan menulis, membaca dan mendengarkan.

Terima kasih sudah menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bukan Kegagalan!

9 Maret 2021   23:31 Diperbarui: 9 Maret 2021   23:35 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan Kegagalan!

Pencapaian dianggap sebagai keberhasilan yang diimbangi dengan usaha maksimal serta doa. Sedangkan yang tidak dapat mencapainya sering disebut sebagai kegagalan atau keberhasilan yang tertunda. 

Tidak salah, ketika ada yang berhasil pasti ada yang gagal. Sama halnya dengan ada yang tersenyum pasti ada yang menangis. Kehidupan berjalan secara seimbang dan berirama. Tidak selamanya bahagia atau bersedih.

Namun, hidup bukan perlombaan itu yang perlu diingat. Semua manusia akan sampai di pelabuhan tepat pada waktunya dan bukan secara bersamaan. 

Jika itu terjadi maka pintu masuk akan penuh sesak, riuh, berusaha sampai di kapal lebih dulu dan tidak peduli dengan mereka yang terjatuh atau terjungkal. 

Berbeda cerita jika semuanya sudah terjadwal pasti tidak akan terjadi hal seperti itu. Semuanya akan berjalan secara tertib diiringin dengan senyum penuh bahagia.

Tak ada yang tahu

Kapan kau mencapai tuju

Dan percayalah bukan urusanmu untuk menjawab itu

Katakana pada dirimu

Besok mungkin kita sampai

Besok mungkin tercapai

Begitulah lirik lagu Hindia "Besok Mungkin Kita Sampai" mewakili perasaan orang-orang yang merasa belum sampai pada tujuannya atau merasa gagal meskipun sudah mencoba berbagai macam cara. 

Belum dapat mencapai apa yang diharapkan. Lelah dengan segala pertanyaan mengenai kapan sampai pada tujuan yang diinginkan. 

Sebenarnya itu bukan sebuah kegagalan, melainkan sebagai proses belajar menanjaki hal baru dalam kehidupan. Berproses bersama kesalahan dan keleliruan.

Dikatakan oleh Albert Einstein, "Seseorang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah mencoba hal baru." 

Tidak lolos SNMPTN, SBMPTN dan Ujian Mandiri berkata gagal karena sudah belajar dan mengerjakan latihan soal menjadi makanan pokok setiap harinya. 

Ditolak sana sini ketika melamar pekerjaan, berkata gagal karena sudah memiliki kualifikasi yang lengkap dan pengalaman mumpuni. Di tolak oleh gebetan padahal menjalani pendekatan sudah lama, saling memahami, memberikan perhatian dan selalu ada jika salah satunya membutuhkan. Kemudian berkata gagal untuk memiliki seutuhnya.

Ketiga kasus tersebut bukan gagal apalagi akhir dari kehidupan, kiamat bukan ditentukan dari tidak lolosnya seseorang yang mengikuti SBMPTN. 

Namun, ada tempat lain yang sudah menanti jauh-jauh hari. Sudah menyiapkan ruangan, kursi dan orang-orang yang akan memberikan warna di hidup selanjutnya. 

Akan memberikan banyak pengalaman, keluh kesah, canda tawa dan tangis ketika merasa lelah. Jangan kemudian berkecil hati ketika ada pengumuman, "Maaf Kamu Belum Lolos" atau lain sebagainya.

Hei, bilang saja pada diri sendiri bahwa itu semua bukan gagal dan bukan keberhasilan yang tertunda. Bukanlah sebuah kegagalan yang membuat roda kehidupan berhenti begitu saja. Masih ada jalan yang lain, ruangan, kursi dan hati yang siap untuk menjadi pemberhentian terakhir. Ada banyak jalan dan tempat yang lebih pantas disinggahi dalam waktu yang lama untuk mendapatkan hal-hal baru. Lantas mengapa harus bersedih terlalu lama?

Iya, paham. Sudah menjadi tujuan utama sehingga ketika hasilnya berbeda merasa menjadi manusia bernasib paling buruk di muka bumi. Sudah direncanakan jauh-jauh hari bahkan sejak kecil. Hingga pada waktunya tiba tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Memang benar yang dikatakan dalam sebuah buku yang berjudul "Berdamai dengan Takdir" karya Sony Adams. Mengatakan bahwa, "Namun, sekali lagi jangan ada ekspektasi karena ekspektasilah yang akan membuat Anda menderita. Bahwa berserah diri adalah kunci paling mujarab untuk hidup pada zaman yang karut-marut seperti sekarang ini."

Ketika seseorang membangun ekspektasi dan hasilnya bertolak belakang, meraka akan merasa bahwa semesta berlaku tidak adil. Namun, ketika sudah berusaha sesuai dengan kemampuan kemudian berserah diri tentang apapun hasilnya nanti maka tidak ada rasa penyesalan apalagi menyalahkan Tuhan. 

Mereka akan berterima kasih pada diri sendiri karena sudah berusaha hingga detik ini untuk memperjuangkan mimpi, cita-cita dan hati seseorang.

Belajar bukan hanya dari orang tua dan guru, bisa datang dari mana saja contohnya seperti kejadian di atas. Semuanya bisa dijadikan pelajaran supaya tidak mengalami hal yang sama esok hari. 

Menjadi pelajaran bahwa bersedih terlalu lama tidak menjamin semua ekspektasi berbalik dan memeluk erat. Justru bangkit, menegakkan punggung, tersenyum berani dan mulai berjalan lagi adalah sebuah langkah terbaik. Belajar dari pengalaman sudah sebaik-baiknya perbuatan yang patut dilakukan sepanjang masa.

Mulai sekarang berhenti berkata pada diri sendiri, "Kamu sudah gagal." Berkatalah, "Kerja bagus, kamu memang manusia paling hebat yaa sudah mau kerja keras selama ini tanpa mengeluh. 

Hebat bangetlah pokoknya. Kalau lelah, istirahat sebentar yaa jangan terlalu memaksakan diri itu tidak baik. Ingat, semuanya akan segera berlalu dan semuanya akan baik-baik saja. Masih ada banyak kesempatan di luar sana, jangan langsung putus asa begitu saja."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun