Mohon tunggu...
Disra Alldrick
Disra Alldrick Mohon Tunggu... Lainnya - Ahsan Muamalah

Seorang pekerja yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Relawan Founder’s Day, Bak Temukan Oase di Desa Wisata

29 November 2021   09:04 Diperbarui: 29 November 2021   09:10 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bidak rombongan relawan Founder's Day menyeberangi Sungai Kampar menuju Desa Kuala Terusan./dokpri

KUALATERUSAN – Hamparan langit biru dihiasi corak awan putih nan lembut memayungi rombongan kami di waktu pagi sekitar jam 08.00 WIB, Sabtu (6/11/2021) menuju Desa Kuala Terusan, Kabupaten Pelalawan. Desa ini merupakan desa tertua yang terletak di tepi aliran Sungai Kampar dan Sungai Nilo.

Cuaca pagi nan cerah saat itu membuat tubuh bugar dan semakin bersemangat. Meski sempat khawatir akan banjir karena masih periode musim hujan, namun sinaran matahari kaya vitamin yang memancar membuat kami para relawan menjadi tak gentar.

Diawali dengan doa dan pertemuan singkat jelang keberangkatan, ratusan paket yang dibawa relawan bergerak menuju dermaga Desa Kuala Terusan. Masyarakat setempat menyebut lokasi ini Pantai Kute, berasal dari singkatan nama desa. 

Tepat di sebelah dermaga, ada lokasi obyek wisata tepi sungai yang mirip pantai dan berlatar belakang pepohonan hijau di seberang. Lokasinya berjarak sekitar 30 menit dari Kota Pangkalan Kerinci. Sementara, Desa Kuala Terusan sendiri persis berada di seberang Sungai.

Dalam perjalanan, kekhawatiran di kepala kami tadi mulai memancing kecemasan dalam tubuh. Ternyata akses ke lokasi ditutup karena terendam banjir cukup dalam. 

Tak ada kendaraan yang bisa melintas. Palang kayu terlihat melintang di tengah jalan aspal itu. Kami diarahkan pemuda setempat agar melewati jalur tanah alternatif yang melintasi kebun sawit masyarakat. Untungnya sudah ada tim pendahulu yang sudah melakukan survei lokasi sebelumnya.

Setiba di pelabuhan penyeberangan Pantai Kute, tiga unit Bidak, sejenis kapal kayu bermuatan 10-15 orang, terlihat bersandar. Armada hias khas kepunyaan masyarakat setempat itu juga telah dipasangi spanduk dan baliho acara. Bidak sejenis pompong, biasanya disewakan bagi pengunjung yang ingin berwisata Sungai.

Bidak-bidak yang memeriahkan kegiatan Founder's Day di Desa Kuala Terusan/dokpri
Bidak-bidak yang memeriahkan kegiatan Founder's Day di Desa Kuala Terusan/dokpri
Para relawan segera membentuk formasi berbaris, bergotong royong memindahkan paket secara estapet ala semut dari mobil angkut ke atas Bidak. Tak butuh waktu lama, ratusan paket telah berpindah tempat dan siap diseberangkan.
Sekitar 7 menit melintasi aliran Sungai yang terkenal dengan ombak bono tersebut, kami akhirnya sampai di seberang dengan selamat. Bidak-bidak ditambatkan di batang pohon tepi sungai. Para relawan dengan sigap kembali berbaris, sambut menyambut menurunkan ratusan paket dari Bidak.

Sambil mengangkat barang, kami disuguhkan dengan pemandangan desa yang asri dan bersih. Rumah-rumah panggung yang tingginya hampir sekepala orang dewasa ini terlihat klasik dan menenangkan. Terasa bernostalgia dengan suasana kampung disertai tiupan angin yang mengurai dedaunan dan gemercik air sungai di tepian.

“Rumahnya hampir setinggi kepalaku dan aku ga bisa bayangkan bagaimana keadaannya ketika air sungai lagi pasang,” ujar Susan Slabbert, salah seorang relawan ketika melihat jejeran rumah panggung di sana.

Susan Slabbert, saat menjadi relawan Founder's Day di Desa Kuala Terusan./dokpri
Susan Slabbert, saat menjadi relawan Founder's Day di Desa Kuala Terusan./dokpri
Susan yang berprofesi sebagai Sustainability Specialist ini mengaku terpukau dengan keindahan Desa Kuala Terusan. Seolah menemukan oase karena setahun lebih dia dan rekannya harus menahan diri untuk tidak berkeliling sejak pandemi melanda.

“Kegiatan ini sangat positif, bagian dari self relief kita bisa melihat indahnya alam pedesaan, bercengkerama dengan penduduk setempat, ini sangat menyenangkan,” ungkap perempuan cantik asal Afrika Selatan ini.

Saya secara pribadi juga termasuk yang mengagumi desa ini. Suasananya mengingatkan pada kampung halaman yang masih banyak berdiri rumah panggung. Banyak rerumputan hijau diiringi suara serangga tonggeret atau uwia-uwia (uir-uir), yang nyaring dan panjang dari pepohonan di siang hari.

Terbersit keinginan untuk bisa tinggal dan menghabiskan waktu bersama orang dicintai di rumah legendaris ini. Menikmati masa pensiun, bertani, berkebun atau memancing.

Suasana Desa Kuala Terusan di lihat dari udara./dokpri
Suasana Desa Kuala Terusan di lihat dari udara./dokpri
Beragam panganan lokal dihidangkan bagi seluruh peserta acara. Mulai dari Singkong rebus sambal belacan, kacang rebus, bolu pandan, jagung rebus, ikan pindang, udang bakar, dan sebagainya.

M Arsid Kirdla (37) relawan lainnya terlihat sangat menikmati singkong rebus yang dicelup ke sambal belacan khas Kuala Terusan. Tampaknya ia belum sarapan usai mengangkat beberapa karung beras dan paket bantuan dari Bidak ke lokasi acara.

“Enak banget, singkong rebus pakai sambal belacan ini, bikin nagih ga bisa berhenti,” katanya bersama relawan lain yang sedang menunggu kedatangan Bupati.

Namun, khayalan saya tadi tiba-tiba buyar saat panitia memanggil kami para relawan dengan alat pengeras suara, TOA. Tenaga kami sedang dibutuhkan.

Para relawan dan masyarakat bergotong royong memindahkan paket sembako Founder's Day dari Bidak ke lokasi acara./dokpri
Para relawan dan masyarakat bergotong royong memindahkan paket sembako Founder's Day dari Bidak ke lokasi acara./dokpri
Paket-paket bantuan disusun rapi di tempat acara. Sesuai rencana, sebelum paket didistribusikan, akan ada acara penyambutan oleh masyarakat yang turut dihadiri oleh Bupati Pelalawan sebagai bentuk silaturrahim antar sesama.

Saat menunggu kedatangan orang nomor satu di Kabupaten Pelalawan itu, ratusan masyarakat sudah berkumpul dan berbaur dengan para relawan. Ada yang swafoto, foto dengan bule, hingga bercengkerama di bawah pohon rindang di halaman rumah panggung tepat di depan lokasi acara.

Kedatangan Bupati disambut meriah oleh masyarakat setempat. Tak heran, karena beliau merupakan putra asli kelahiran Desa ini.

Saat menyampaikan sambutannya, Bupati Pelalawan, Zukri Misran mengatakan Desa Kuala Terusan telah dicanangkan sebagai salah satu Desa Wisata karena besarnya potensi yang dimiliki. Untuk itu, keberadaan RAPP dan APR sangat berarti bagi kemajuan desa dan menjadikan Kabupaten Pelalawan semakin dikenal serta ekonominya juga semakin membaik.

“Desa Wisata akan kita luncurkan ke depan, semoga Desa Kuala Terusan ini menjadi desa yang sejuk dalam segala hal, sejuk udaranya, sejuk masyarakatnya, sejuk ekonominya dan sejuk juga demokrasinya, kita harap RAPP dan APR bisa terus mendukung ini,” kata Zukri.

Bupati Pelalawan, Zukri sedang menyampaikan sambutan di depan para relawan Founder's Day dan masyarakat Desa Kuala Terusan./dokpri
Bupati Pelalawan, Zukri sedang menyampaikan sambutan di depan para relawan Founder's Day dan masyarakat Desa Kuala Terusan./dokpri
Sejuk demokrasi memang secara khusus disampaikan oleh Zukri. Pasalnya, saat ini memang musim pemilihan kepala desa (Pilkades), termasuk di Desa Kuala Terusan. Terlihat di sudut desa, poster dan spanduk kampanye para calon kades terpampang dengan nomor urut, visi misi dan slogan masing-masing.

Bupati yang khas dengan syal hijau di leher ini juga menyampaikan apresiasi atas dedikasi dan kontribusi perusahaan di bawah naungan kelompok usaha RGE terhadap kemajuan perekonomian daerah.

“Tadi kita menaiki Pompong atau Bidak menyeberang ke sini, itu jumlahnya puluhan, yang punya masyarakat semua dan setiap hari ada saja pengunjung yang datang untuk menyewa, potensi ini harus kita garap dengan baik,” tambahnya.

Bidak rombongan relawan Founder's Day menyeberangi Sungai Kampar menuju Desa Kuala Terusan./dokpri
Bidak rombongan relawan Founder's Day menyeberangi Sungai Kampar menuju Desa Kuala Terusan./dokpri
Masih di acara penyambutan, Pejabat Kepala Desa Kuala Terusan, Jumnasril mengaku berbagai program telah banyak dijalankan oleh PT RAPP di desanya. Mulai dari kegiatan kemasyarakatan hingga kepemudaan kerap mendapat dukungan setiap tahun.

“Kalau bahasa kami, tak bisa kami mengumpat lagi kepada PT RAPP, setiap program CSR yang berkaitan dengan masyarakat, RAPP tidak pernah alpa dan selalu membantu kami di sini,” ujar Jumnasril.

Jumnasril menambahkan, Desa Kuala Terusan juga telah masuk dalam 300 besar ajang Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2021 yang diumumkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, bulan Agustus 2021 lalu. Sebanyak 8 desa wisata di Provinsi Riau dua di antaranya dari Kabupaten Pelalawan yakni Desa wisata Bono dan Desa wisata Kuala Terusan.
 

Bidak bersandar di Dermaga Desa Kuala Terusan./dokpri
Bidak bersandar di Dermaga Desa Kuala Terusan./dokpri
Kemudian seluruh pihak secara sukarela terlibat mendistribusikan paket sembako kepada masyarakat ke rumah-rumah. Mulai dari rumah yang di darat, hingga ke rumah yang berada persis di tepi aliran sungai sehingga harus menaiki sampan untuk mencapainya.

Sebuah pengalaman menarik bagi kami semua pada saat itu. Senyum semringah masyarakat setempat seakan pelepas dahaga kepenatan sedari pagi hingga siang. Mulai dari penyusunan ribuan paket hingga pendistribusian.

Senyum semringah ibu-ibu di Desa Kuala Terusan saat mendapatkan paket dari relawan Founder's Day 2021./dokpri
Senyum semringah ibu-ibu di Desa Kuala Terusan saat mendapatkan paket dari relawan Founder's Day 2021./dokpri
Paket yang dihimpun dari sumbangan para karyawan dan keluarganya bersempena peringatan hari lahirnya grup usaha Raja Garuda Emas (RGE) ke-54 tahun dan dikemas dalam kegiatan RGE Founder’s Day 2021.

RGE Founder’s Day, sebuah kegiatan tahunan yang pertamakali digelar pada tahun 2018 lalu. Kegiatan ini menjadi momen berkesan bagi grup usaha berbasis sumber daya alam yang didirikan oleh Sang Founder dari sebuah toko kecil suku cadang kendaraan di Medan, Sumatera Utara 54 tahun silam.

Usaha tersebut terus berkembang pesat hingga menjadi perusahaan besar berskala global di berbagai lini dan telah memberi manfaat bagi ribuan bahkan ratusan ribu orang di seluruh dunia. Salah satunya di tempat kami berkarya saat ini, yang bergerak di bidang manufaktur, mengolah fiber dari pohon menjadi bahan baku pulp, kertas hingga rayon viskosa sejenis kapas dan benang hingga menjadi kain yang ramah lingkungan.

Berlokasi di Pangkalan Kerinci sejak tahun 1994 lalu, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan mitranya PT Asia Pacific Rayon (APR) turut memeriahkan peringatan Founder’s Day melalui berbagai kegiatan.

Diawali dengan Fund Raising atau penggalangan dana bantuan kepada masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19 menjadi fokus utama kegiatan ini. Kegiatan ini tergolong unik dan menarik.

Fund Raising Founder's Day 2021./dokpri
Fund Raising Founder's Day 2021./dokpri
Pasalnya, sumbangan yang diperoleh dari karyawan, perusahaan melipatgandakan jumlahnya sebesar tiga kali total dana yang terkumpul. Tahun 2020 lalu, perusahaan mensubsidi sebesar dua kali lipat total sumbangan.

Di tahun 2021 ini, total dana terkumpul mencapai lebih dari 1 milliar rupiah. Dana tersebut disalurkan dalam bentuk 8.155 paket sembako plus beras 5 kilogram, bantuan 521 vitamin untuk ibu hamil dan 5.239 paket untuk balita yang disebarkan ke 28 titik di 5 kabupaten meliputi Pelalawan, Siak, Kepulauan Meranti, Kuantan Singingi dan Kampar. Selain itu, kegiatan ini juga menyediakan vaksinasi COVID-19 secara gratis sebanyak 800 vaksin kepada masyarakat.

Pendistribusian paket sembako kepada masyarakat di Desa Kuala Terusan./dokpri
Pendistribusian paket sembako kepada masyarakat di Desa Kuala Terusan./dokpri
Disebut juga dengan “CSR Day” atau “Hari CSR”, Founder’s Day menjadi momentum bagi seluruh karyawan untuk mendalami makna CSR atau tanggung jawab sosial.

Berbicara tentang CSR, tentu pandangannya akan sangat beragam. Berbagai definisi CSR cukup banyak yang sudah ditawarkan oleh para akademisi, praktisi atau ahli lainnya. Sebut saja definisi oleh Howard R. Bowen, William C. Frederick, Joseph W. McGuire, Donna J. Wood, Abagail McWilliams & Donal Siegel, World Business Council for Sustainable Development, Two Tomorrows, hingga Milton Friedman.

Meski beragam, kesamaan pandangan tentang CSR berada pada harapan dan kesediaan untuk berbuat baik terhadap sekitarnya. Howard D. Bowen (1953) menyatakan keberadaan dunia usaha harus sejalan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan tidak boleh mengabaikannya atau menempatkan nilai mereka sendiri di atas nilai-nilai sosial masyarakat.

Girangnya hati dua ibu yang datang menggunakan sampan lalu dihampiri Bupati Pelalawan dan Manajemen perusahaan/dokpri
Girangnya hati dua ibu yang datang menggunakan sampan lalu dihampiri Bupati Pelalawan dan Manajemen perusahaan/dokpri
Pandangan yang agak menggelitik adalah Milton Friedman. Milton menekankan tugas CSR seharusnya dijalankan oleh pemilik usaha secara individu tidak berlaku pada korporasinya. Menurutnya, tanggung jawab sosial sebuah usaha atau bisnis itu hanya bersifat artifisial. Pendapat Milton di tahun 1970 ini mendapat banyak reaksi.

Donna J. Wood di tahun 1991 mengatakan keberadaan perusahaan dan masyarakat sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, masyarakat memiliki ekspektasi tertentu terhadap hasil dan perilaku bisnis yang sesuai.

Bidak dan sampan masyarakat yang ditambatkan di pinggir Sungai Kampar/dokpri
Bidak dan sampan masyarakat yang ditambatkan di pinggir Sungai Kampar/dokpri
Demikian pula dengan Two Tomorrows di tahun 2013 menjelaskan tentang CSR yang menggambarkan komitmen perusahaan untuk bertanggung jawab kepada para pemangku kepentingannya. CSR menuntut agar sebuah usaha harus mampu mengelola dampak ekonomi, sosial dan lingkungan untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalisir kerugian.

World Business Council for Sustainable Development di tahun 2000 memaparkan CSR adalah cara di mana sebuah usaha berkontribusi terhadap stabilitas lingkungan sosial, ekonomi dan investasi. Dengan terus mengedepankan dan memenuhi prioritas sosial, sebuah perusahaan menampilkan wajah manusianya kepada masyarakat, pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya.

Keith Davis dan Robert L. Bromstrom, sebelum Milton, di tahun 1966 berpendapat tanggung jawab sosial itu merupakan sebuah cara berpikir yang sistematis. Ia tidak hanya berkutat pada keputusan tradisional seperti nilai ekonomi dan teknis yang sempit, melainkan pemikiran yang lebih luas meliputi keseluruhan sistem sosial daripada persoalan mencari keuntungan belaka.

Kemudian juga pandangan yang cukup baik disampaikan oleh Joseph W. McGuire di tahun 1963 mengatakan sebuah perusahaan tidak hanya memiliki kewajiban ekonomi dan hukum, tetapi juga tanggung jawab tertentu kepada masyarakat yang melampaui kewajiban ini. Menurutnya, perusahaan harus menaruh minat pada politik, kesejahteraan masyarakat, pendidikan, “kebahagiaan” karyawannya bahkan di seluruh dunia sosial.

Dari definisi-definisi tentang CSR yang dipaparkan oleh berbagai sumber tadi, terdapat kesamaan dan perbedaan sudut pandang yang digunakan. Setiap perusahaan tentu memiliki interpretasi mereka sendiri dalam menjalankan program CSR sesuai definisi yang paling sesuai.

Salah satu sudut pemandangan Desa Kuala Terusan yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah nelayan sungai./dokpri
Salah satu sudut pemandangan Desa Kuala Terusan yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah nelayan sungai./dokpri
Sebagai contoh yang dilakukan oleh perusahaan tempat saya bekerja saat ini, CSR berarti tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Bahkan, ada hari khusus setiap tahunnya mengingatkan setiap orang yang menjadi bagian dari usaha keluarga ini bahwa semakin banyak kita memberi, maka semakin banyak pula kita memiliki. Begitu kira-kira credo yang diyakini oleh pendiri perusahaan sehingga lahirlah kegiatan RGE Founder’s Day.

Perusahaan ini kemudian melahirkan prinsip yang ditanamkan oleh Founder. Filosofi 5C dipegang teguh sebagai landasan keberlangsungan usaha. Dalam menjalankan kegiatannya, perusahaan harus memberikan kebaikan bagi masyarakat (Community), negara atau daerah (Country), iklim atau lingkungan (Climate), pelanggan (Customer), dan ketika semua aspek tadi sudah baik, tentu akan membawa kebaikan pula bagi perusahaan atau karyawan (Company).

 
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun