[caption caption="Ilustrasi - Anak bermaik-main dengan cacing ditanah berlumpur akan meningkan resiko terserang penyakit cacingan | kompas.com"][/caption]Kisah ini berawal, ketika suatu hari saya mendatangi Koperasi Karyawan untuk membeli obat cacing, ketika orang-orang sekitar mendengar saya beli obat cacing, mereka sepertinya memandang dengan rasa jijik, takut dan terheran-heran, bagimana mungkin seorang kakek yang masih kelihatan gagah dengan perut one pack terserang penyakit memalukan serta menurunkan harkat dan martabat keluarga, yaitu cacingan?
Saya memang sudah terbiasa mengkonsumsi obat cacing secara teratur, jika sering bertugas ke daerah-daerah pedalaman, obat cacing saya konsumsi enam bulan sekali atau minimal setahun sekali, ini saya lakukan untuk melakukan pencegahan jangan sampai ada banyak “ular naga” besemayam dalam perut. Karena jika sudah ke daerah, makan biasanya kurang diperhatikan tingkat kebersihannya, yang penting kenyang dulu, urusan belakangan.
Seberapa sering obat cacing harus dikonsumsi?
DR Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, Konsultan Penyakit Lambung dan Pencernaan dari Divisi Gastroenterologi RSCM, mengatakan bahwa tidak ada aturan yang mengharuskan seseorang mengkonsumsi obat cacing secara rutin dalam periode tertentu. Menurutnya, anjuran agar mengkonsumsi obat cacing 6 (enam) bulan sekali ditujukan sebagai upaya pencegahan, jika sudah hidup dalam lingkungan yang sehat dan bersih, anjuran tersebut tidak perlu diikuti, anjuran tersebut lebih ditujuka kepada orang-orang yang memiliki resiko tinggi terserang cacingan.
Siapa saja yang beresiko cacingan?
Pennyebab utama terjadinya cacingan adalah sesuatu yang kotor, bisa jadi lingkungan yang kotor, makan makanan yang tidak dicuci dengan bersih. Beranjak dari kondisi tersebut, orang-orang ini memiliki resiko tinggi terserang cacingan.
- Orang berdiam dan hidup di lingkungan kumuh, seperti di pinggiran kali atau daerah-daerah tertentu yang lokasi terbukanya lebih banyak tanah.
- Orang yang bekerja tanpa menggunakan alas kaki.
- Anak-anak yang sering bermain tanah.
- Orang-orang yang suka makan makanan kurang bersih
Maka berhati-hatilah, walaupun tidak terlalu sering bersinggungan dengan tanah, sangat dianjurkan jika keluar rumah selalu mengenakan alas kaki. Tidak perlu mahal, yang penting kaki terlindung dengan baik dan nyaman dipakai. Menurut dr. Pandu Ranggabi, orang yang tinggal di daerah pertanian dan pertambangan adalah orang yang sering terserang cacingan dari jenis cacing tambang. Sementara masyarakat perkotaan lebih sering terserang cacing kremi, yang penyebarannya melalui makanan yang kotor.
Gejala, jenis dan bahaya cacingan.
Untuk mengetahui dengan pasti apakah seseorang menderita cacingan atau tidak, harus melalui pemeriksaan feses, selain itu munculnya rasa gatal pada “saluran pembuangan” merupakan ciri umum seseorang terserang cacingan, gejala lainnya seperti menurunnya nafsu makan, perut secara tiba-tiba terasa tidak enak, kadang sakit-sakitan dan kembung yang berlebihan. Itulah sebabnya, penderita cacingan digambarkan kurus dan perut membuncit.
[caption caption="Diagram penyebaran-penyakit-cacingan | cacingan.org"]
Dari kajian dr. Adi Sasongko MA, Direktur Pelayanan Kesehatan di Yayasan Kusuma Buana menyatakan ada 3 jenis cacing yang sering ditemukan dalam usus manusia, yaitu :
Yang pertama cacing gelang (Ascaris lumbricoides), berwarna merah muda atau putih, panjangnya bisa mencapai 30 cm, hidup dan bersarang diusus kecil, memiliki kemampuan menghasilkan telur sampai 200 ribu butir perhari. Tetapi sebagian besar keluar melalui tinja. Jenis cacing ini yang paling banyak ditemukan pada manusia.
Yang kedua, cacing cambuk (Trichuris trichiura), ciri-cirinya berwarna merah muda atau abu-abu, besarya sampai 5cm, bersarang dan benak pinak di usus besar. Penularannya melalui air dan makanan yang kurang bersih.
Jika cacing sudah bersarang dalam perut bisa menyebabkan diare terus menerus disertai ingus dan darah.
Yang ketiga cacing tambang dari spesies cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Cacing ini berwarna merah, besarnya atara 8 sampai 13mm, penularannya melalui larva yang dapat menembus kulit kaki.
Larva yang tembus sampai ke paru-paru akan menyebabkan batuk.
Dan terakhir cacing kremi, berbentuk kecil dan berwarna putih. Cacing ini bersarang di usus besar. Cacing dewasa akan berpindah ke anus untuk bertelur. Telur inilah yang menimbulkan rasa gatal pada anus. Bila digaruk, telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Penularannya sangat mudah dan jika seseorang tertular cacing jenis ini, seluruh keluarga perlu diobati.
Menurut dr Adi Tagor SpA DPH dari RS Pondok Indah Jakarta, cacingan memberikan dampak yang bisa berakibat fatal, berupa pertumbuhan fisik yang terhambat, IQ loss sampai terjadi anemia. Jika tidak segera ditangani, di dalam tubuh, cacing-cacing ini akan beranak lagi, lagi, dan lagi. Kadang-kadang, kalau menggumpal, bentuknya seperti bola. Bisa juga terjadi erratic, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.
Tips Menghindari Cacingan.
- Biasakan anak untuk membersihkan tangan dengan sabun, sebelum makan, seusai makan, atau setelah bermain, khususnya di luar rumah.
- Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing.
- Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
- Jaga kebersihan sanitasi lingkungan, misalnya dengan rajin membersihkan kakus atau septictank.
Walaupun sudah mengetahui ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya jangan sembarangan minum obat, bawa segera berobat ke dokter. Para ahli juga menyarankan, obat cacing hanya diminum sekali saja, karena obat cacing berdosis tunggal. Konsumsi rutin enam bulan sekali hanya diperuntukan bagi orang-orang yang beresiko tinggi terserang cacingan dan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Dan yang lebih penting dari itu semua adalah menjaga kebersihan, walaupun cacingan bisa diobati dengan mudah, tetapi jika lingkungan sekitar kotor dan anggota keluarga tidak mengindahkan kaidah-kaidah kebersihan, maka penularan akan berulang. Masih mikir mau minum obat cacing?
Sumber : kompas.com, doktersehat.com, health.detik.com,lifestyle.bisnis.com, gaya.tempo.co, wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H